“Sayang, kenapa?” tanya Byan seraya memeluk Clarita dari belakang, ia merasa jika memang tubuh istrinya menegang padahal ia hanya memeluk saja, tak bermaksud lebih. “Aa –aa –aaku gak papa mas. Aku ke bawah sebentar ya mas, lupa toko belum dicek.” Clarita menjawab dengan gugup, ia pun buru-buru melepas dekapan suaminya dan hendak keluar kamar. “Sayang,” cegah Byan seraya menggenggam erat jemari wanita itu. “Kenapa? Kamu takut atau belum siap? Jangan dipaksa jika memang kamu belum siap, tujuanku menikahimu bukan hanya sekedar urusan ranjang. Jika sejak awal aku hanya ingin dipuaskan di ranjang kenapa harus menikah? Aku ‘kan bisa melakukannya kapan saja? Tetapi tujuanku menikah itu untuk menyanyangi, menjaga dan juga membagi kisah hidup bersama kamu, seluruh perjalanan cerita ini aku ingin kamu juga menjadi bagian di dalamnya. Tujuanku menikah bukan hanya untuk urusan itu, sayang.&rdqu
Read more