Pov Serena. Sekitar pukul setengah empat aku terbangun karena mendengar rengekan Zena. "Kenapa sayang? Mau minum?" Suara Mas Dirga sedang berusaha menenangkan Zena yang merengek sambil menggoyangkan lenganku. "Sama Papa saja ya! Mama capek," bujuknya namun tetap tidak bisa membuat Zena berhenti merengek. Aku segera bangun dan menenangkan Zena, "Iya sayang. Maaf Mama gak dengar," ucapku sembari memeluknya. "Ma, pusing.." rengek Zena yang membuat hatiku terasa nyeri. Rasanya tidak tega melihat Zena September ini. "Iya, nanti ke dokter ya!" bujukku sambil mengelus keningnya supaya sedikit mengurangi rasa pusing yang dirasakannya. "Gendong,," pinta Zena menangis. "Iya, Mama gendong," Aku beranjak bangun dan mengulurkan kedua tanganku ke depan Zena. Saat aku hendak mengangkat Zena, tiba-tiba Mas Dirga menarik tanganku pelan. "Biar aku saja. Zena sudah besar nanti kamu kelelahan." ujarnya menahan tanganku. "Gak papa aku sudah biasa," Aku menarik tanganku dan segera mengangkat Zena y
Read more