POV Ainun"Ini, Mbak motornya. Makasih ya dan maaf sekali tadi soalnya lama. Gak apa-apa, kan?"Aku menekuk wajah, lalu memutar bola mata malas ketika melihat wajah Ningsih. Sial, dia malah tersenyum manis sampai amarah kian membuncah."Ya, pulanglah!" usirku bernada ketus.Bagaimana aku bisa bahagia jika melihat perempuan yang baru saja pergi? Sabtu kemarin rencana malam minggu bareng Mas Agung, sudah di perjalanan malah putar balik gara-gara orangtuanya datang.Kedua, hari ini. Hasrat sudah membuncah, baru saja selesai melepas rindu dengan memeluk, dia malah datang meminjam motor. Mas Agung sendiri bodoh mencari alasan, jadinya tertangkap basah di sini.Aku mengembus napas kasar, kemudian menutup pintu kamar. Dalam kamar aku teringat kejadian tadi setelah Ningsih pergi. Benar-benar sial."Sayang, kita anu, yuk!" ajak Mas Agung menyandarkan kepalaku di dadanya yang bidang."Anu apa, Mas?" Sementara aku bertanya pura-pura tidak tahu."Anu-anuan, kuda-kudaan, jungkir balik sana-sini,"
Baca selengkapnya