Part 18 DiceraikanAneh sekali, Bu Ida dan Haris datang dengan wajah baik, sambil membawa buah tangan. Perubahan yang hanya hitungan jam saja. Aku tahu maksud kedatangan mereka. Tetapi, bukan karena buah dan beras ini aku akan luluh. Apa yang terjadi degan Mila tidak bisa dimaafkan. Luka batin tak semudah mengobati luka fisik.“Ini, Mila.” Bu Ida masih menyodorkan kantong berisi buah-buahan itu pada putriku.Mila diam tanpa menjawab. Hanya terpana saja dengan tatapan ..., ah, aku tidak bisa mengartikan tatapan putriku kali ini.“Buat apa kalian datang ke sini?” tanyaku ketus. Untuk mereka tidak perlu berbaik-baik. Baik hanya ada maunya saja. Lebih baik kibarkan bendera peperangan biar jelas kalau aku sangat geram dengan mereka.“Oke, kalau pemberianku ini ditolak, tak masalah.” Bu Ida menurunkan tangannya karena buah tersebut tidak diterima Mila.“Bu, aku ke sini dengan niat baik.” Haris bicara terdengar sangat ramah. Loh? Ke mana ucapannya menghina anakku kala di rumah makan ketahua
Read more