"Jadi, bagaimana selanjutnya?" tanya Ibu padaku, Marni tengah tidur setelah makan dan minum obat. Ini hari ke tiga setelah dia sadar, kondisinya semakin membaik, kecuali ingatannya. Dokter mengatakan, besok dia sudah diperbolehkan pulang. Tapi sekali dua Minggu, dia harus dibawa cek rutin ke rumah sakit."Kata dokter, dia tak boleh dipaksa untuk mengingat, biarkan semua terjadi secara alami.""Ya, bahkan dia lupa dengan Ayah, padahal waktu dia SMP, kami sempat beberapa kali bertemu."Waktu itu Ayah masih muda, masih gagah, sekarang sudah tua. Rambut putih dan kulit keriput, mana dia ingat?" sahut Ibu cepat, Ayahku hanya melirik Ibu sekilas kemudian kembali memandang ke arahku. Dia tak tertarik untuk berdebat."Setelah ini, kau akan mendapatkan kejutan yang sangat banyak, tak tertutup kemungkinan dia akan jorok kembali. Ibu tak menduga, ujian ini akan menimpa kita, padahal Ibu sudah sangat senang dengan perubahan yang ada pada Marni."Aku membenarkan ucapan Ibu, dia akan hidup dengan
Baca selengkapnya