AKHIRNYA Airlangga berhenti. Malam telah datang, bulan sabit semakin menipis. “Kita sampai,” ujar Airlangga pada tawanannya. Baru kali ini dia berkata seperti itu. Ells, yang sudah terbiasa dengan diamnya, sedikit terkejut, tapi akhirnya mengangguk. Matanya menatap ke pohon trembesi dengan pokok yang besar dan daun yang rimbun. Di atas sana, di cabang utama pohon trembesi itu, berdiri sebuah rumah pohon, terlindung lebatnya daun. Ini rumah pohon yang lain lagi. Entah ada berapa banyak rumah pohon di hutan. Ells tidak peduli. “Aku akan mengantarmu naik. Lalu akan mencari makan malam kita.” Terbelalak, Ells berkata, “Mencari makan?” “Kenapa? Apa kau tidak lapar?” Bukankah tadi dia memetik buah tak begitu lama sehabis menghabiskan makan siangnya dengan lahap? Wajahnya pun sangat kuyu, wajah orang kelaparan.. “Kenapa tidak tadi di perjalanan kau mencari makan?” Suaranya seperti tercekik, Ells begitu panik dan ketakutan. Bibir Airlangga membe
Last Updated : 2022-08-03 Read more