“Astagfirullah!” Zyan yang dari tadi larut dalam kesedihan mulai menyadari sesuatu. Mamanya pasti saat ini khawatir, karena Zea belum kembali. Ia merogoh saku celana, mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Alina. “Mas, Zea belum siap ketemu Mama,” lirih Zea, ketika Zyan mendekatkan ponselnya ke telinga. Zea tak mau menambah beban Alina, apalagi luka di wajahnya masih terlihat jelas. Sudah pasti wanita itu akan bersedih, jika mengetahui masalah yang menimpa dirinya.“Bagaimana kalau Zea tinggal di apartemen saya dulu, Mas?” tanya Bryan memberi solusi. “Hari ini adalah hari terakhir ujian, beberapa siswa ada yang sedang merayakannya. Mungkin, Bu Alina bisa mengerti.”Mendengar perkataan Bryan, Zea tersenyum dalam kesedihannya. “Teman-teman merayakannya dengan hangout, jalan-jalan, dan makan bersama, tetapi aku di kantor polisi,” ungkap Zea tiba-tiba.Zyan memeluk pundak adiknya dengan seulas senyum di bibir. Ia merasa lebih tenang, ketika Zea mulai membaik dan bisa tersenyum. “Nanti Ma
Last Updated : 2022-08-20 Read more