All Chapters of Mengembalikan Senyum Bidadari : Chapter 11 - Chapter 20

119 Chapters

Part 11

Hari Sabtu, Bagas mengajak putranya ke kantor. Pria itu sengaja memindahkan jadwal pertemuan dengan beberapa relasi, agar putranya bisa ikut serta dan diperkenalkan dalam lingkungan kerja. Bagas tersenyum menatap tubuh jangkung itu yang tampak gagah memakai kemeja biru muda dan celana hitam. Regina ikut mendukung dengan memasangkan sebuah dasi bermotif abstrak. Semula Bryan menolak, tetapi Bagas bersikeras karena ini adalah pertemuan formal. “Pak Sarmin boleh libur hari ini, karena saya akan pergi bersama Bryan,” ucap Bagas pada sopir pribadinya. “Baik, Pak.”Bryan mengendarai mobil sedan keluaran terbaru itu, sedangkan Bagas duduk di sebelah putranya. Suasana hatinya makin baik, ketika Bryan mengikuti semua titahnya. Mereka masuk ke ruang pertemuan. Beberapa karyawan dan rekan bisnisnya sudah berkumpul di sana. Bryan menatap satu per satu peserta rapat yang hadir. Ia merasa tak percaya diri ketika mendapati hanya dirinyalah peserta rapat termuda.“Perkenalkan, ini putra saya, Brya
last updateLast Updated : 2022-07-21
Read more

Bab 12

“Aku enggak bisa.” Untuk kesekian kalinya, kata-kata yang sama kembali terlontar dari mulut Pandu. “Berikan aku alasan yang bisa membuat aku paham akan pikiranmu itu!” seru Rosa mengeluarkan sesak di dadanya.Pandu menatap Rosa yang tampak berantakan karena tangis. Ia tak terpengaruh, meski air mata Rosa terlihat jelas. Dulu, ketika Alina mengeluarkan air mata, hatinya tak tega, tetapi ia tutupi dengan keangkuhan. Apalagi saat itu Rosa merengek mengemis cintanya. “Sampai kapan pun, aku akan tetap di sini. Karena aku menunggu mereka kembali ke rumah ini!”Rosa mendekat, menghujani pria itu dengan pukulan. “Mas, kamu jahat! Kamu enggak pernah menghargai aku. Aku istrimu, tetapi kamu perlakukan seperti orang asing! Di mana hati nuranimu?” Pandu mengambil tangan Rosa yang berkali-kali memukul dadanya. “Iya, aku jahat! Aku berengsek! Dari dulu kamu sudah tahu kalau aku juga bajingan.” Dada Pandu naik turun mengeluarkan kemarahan yang telah lama tersimpan. “Seharusnya kamu sudah tahu, pr
last updateLast Updated : 2022-07-26
Read more

Part 13

Alina yang melihat putrinya pulang dalam keadaan berantakan mendekat. “Ada apa, Sayang?”Tangis Zea pecah. Dengan terbata-bata, ia menceritakan penghinaan teman-temannya yang baru saja dialami. Ini adalah pengalaman pertama Zea dihina di depan umum. Jika mereka membicarakan Zea di belakang, ia tak peduli karena Zea tak mendengarnya. Namun kejadian tadi siang cukup membuatnya bersedih, seakan dunia tak berpihak kepadanya yang tak salah apa-apa.“Zea enggak mau sekolah lagi, Ma,” lirihnya dengan isak tak tertahan.“Kenapa begitu, Sayang?” tanya Alina.“Zea mau belajar di rumah aja sampai ujian kelulusan.” Tangis Zea menggema. Alina terluka melihat putrinya bersedih. Ia masih ingat kapan terakhir kali putrinya menangis sekencang ini, tepatnya enam tahun lalu ketika meminta ikut dengan Alina. Sekarang, tangis itu muncul kembali. Alina menatap kantong plastik yang berisi dagangan putrinya. Semua tampak berantakkan dan tak layak untuk dimakan. Walaupun Zea tak jujur, Alina mengerti alasan
last updateLast Updated : 2022-08-02
Read more

Part 14

Dada Pandu berdegup kencang, ketika mendatangi sebuah kafe kekinian yang banyak dikunjungi remaja. Setelah memarkirkan mobil, ia berjalan menuju sebuah meja kosong. Pandangan Pandu menatap sekeliling, mencari seseorang yang telah lama ia rindukan. Menurut pemilik kontrakkan, putranya bekerja paruh waktu di kafe ini. Namun sudah beberapa menit menunggu, orang yang dinantikannya tak kunjung terlihat.“Bapak mau pesan apa?” tanya seorang pelayan wanita seusia dengan Zyan. Pandu melirik deretan menu yang sama sekali tak menarik baginya. “Saya pesan cappuccino dan seporsi tahu crispy.”“Baik, Pak,” ucapnya sambil menuliskan pesanan Pandu. “Boleh saya bertanya sesuatu?”“Ya, Pak?”“Kalau Zyan, masuk kerja jam berapa, ya?” “Oh, Zyan. Dia masuk kerja jam 5 sore, setelah pulang kuliah,” jawabnya.Zyan kuliah? Ada rasa bangga dalam diri Pandu, ketika putranya tetap melanjutkan pendidikan. Alina benar-benar wanita hebat. Ia tak menyangka, di tengah kesulitan ekonomi, wanita itu tetap mempers
last updateLast Updated : 2022-08-03
Read more

Part 15

Dini hari, Alina mulai menggoreng roti dan donat untuk dititipkan ke warung. Sementara itu, Zea membantu dengan membuat glaze warna-warni sebagai topping donat. Satu per satu donat dicelupkan ke dalam glaze. Sambil menunggu topping itu mengeras, Zea memasukkan roti goreng ke dalam plastik untuk dibungkus.Zyan menatap heran adiknya yang belum memakai seragam sekolah. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 05.30. Biasanya, Zea sudah rapi dan bersiap ke sekolah. “Zea, kamu enggak sekolah?” Alina yang mendengar pertanyaan Zyan seketika menoleh. Wanita itu memberi isyarat pada Zyan untuk tak meneruskan pertanyaannya. Ia mematikan kompor, kemudian membawa Zyan ke kamar untuk bicara berdua. “Biarkan Zea tenang dulu,” ucap Alina setelah menceritakan perundungan yang dialami putrinya.Seketika, kemarahan Zyan tersulut. Ia tak terima ketika adik kesayangannya di-bully hingga menimbulkan trauma.“Jangan buat masalah, Nak. Sebentar lagi Zea lulus dan keluar dari sekolah itu. Jangan sampai tinda
last updateLast Updated : 2022-08-04
Read more

Part 16

Pandu melajukan mobil, setelah melihat sesosok pria muda keluar dari Max Cafe yang baru saja tutup. Dengan hati-hati, ia mengikuti motor yang dikendarai Zyan. Pandu terpaksa menginjak pedal rem, ketika motor itu berhenti di depan pedagang martabak telur. Ia bisa melihat Zyan memesan sebungkus martabak, sebelum melanjutkan perjalanannya.Dengan cepat, Pandu memarkirkan mobil di depan jalan utama, ketika motor yang dikendarai putranya berbelok ke sebuah gang kecil yang hanya bisa dilalui sepeda motor. Pria itu berlari mengejar agar tak kehilangan jejak. Napasnya mulai tersengal, ketika harus berlari kecil mengikuti motor Zyan dari kejauhan dan berhenti di depan sebuah kontrakan kecil. Dada Pandu berdebar, ketika pria muda itu mengetuk pintu. Ia tak berani menampakkan diri, apalagi pertemuan mereka tak berjalan sesuai harapan. Pandu mengintip dari balik dinding rumah yang tak jauh dari kontrakan anaknya. Jantungnya bergetar dan sorot matanya menajam ketika pintu terbuka. Suara seorang g
last updateLast Updated : 2022-08-05
Read more

Part 17

Beberapa hari setelah ikut serta dalam pekerjaan papanya, Bryan mulai mengerti banyak hal. Semula ia hanya menjadi pendengar yang baik, tetapi setelah beberapa lama, Bryan mulai paham bagaimana cara berbisnis dan menghadapi tantangan. Hari ini Bryan ikut andil memberikan ide dan gagasan, bahkan banyak peserta rapat yang terdiri dari rekan bisnis setuju dengan ide cemerlang Bryan. Pria muda yang sering melanglang buana bersama teman-temannya itu lebih tahu apa yang sedang tren saat ini, daripada mereka yang banyak menghabiskan waktu di balik meja kantor.Aksi Bryan pun tak luput dari pantauan Bagas. Selain ikut andil dari belakang, ia juga meminta para rekan bisnis dan petinggi perusahaan membantu putranya belajar. Sosok Bryan yang cerdas, sangat mudah menyerap ilmu di lapangan.“Minggu depan saya enggak bisa bergabung dalam proyek ini,” ungkap Bryan ketika rapat usai.“Kenapa, Bryan?” tanya Pandu yang juga ikut dalam rapat tersebut dan duduk di sebelahnya.“Saya ujian, Om.”Pandu ter
last updateLast Updated : 2022-08-06
Read more

Part 18

Alina terkejut ketika membukan pintu. Sesosok pria muda tampan telah berdiri di hadapannya. Mata wanita itu menatap sekeliling, memastikan apa yang dilihatnya tak salah. “Bryan, sama siapa ke sini?”“Sendiri, Bu.”“Mari masuk,” ajak Alina membukakan pintu utama. Dengan sigap, Alina menggelar tikar plastik yang ada di sudut ruangan. Ia merasa tak enak, ketika putra majikannya itu terlihat kesusahan duduk di lantai, apalagi kakinya yang panjang tak terbiasa duduk bersila. “Tahu dari mana rumah Ibu?” tanya Alina sambil meletakkan beberapa bungkus roti goreng dan donat. Tak lupa wanita itu menyuguhkan sebuah air mineral cup kepada Bryan.“Mama yang ngasih tahu.”Alina tak menyangka Bryan menemukan tempatnya tinggal, padahal ia tak menceritakan dengan detail alamatnya pada Regina.Zea yang dari tadi belajar di kamar menjadi terusik dengan suara yang ia kenal. Gadis itu segera menutup buku pelajaran, lalu berjalan ke luar. “Hi, Zee,” sapa Bryan menatap gadis yang memandangnya heran.“Lo n
last updateLast Updated : 2022-08-09
Read more

Part 19

Dengan langkah gontai, Pandu kembali ke rumah. Suara mobilnya yang menderu membuat sang istri menyambutnya di luar. Sejenak Pandu terdiam, menatap wanita yang telah berusaha menjadi istri yang baik untuknya, tetapi kesalahan yang ia lakukan tak cukup bagi Pandu untuk memaafkan.“Shanum, itu Papa, Sayang.”Seorang bocah kecil berlari menghampiri. “Papa!” Pandu meraih gadis berusia lima tahun itu ke dalam gendongannya.Rosa tersenyum senang, ketika pria itu berjalan masuk dan ia mengikuti dari belakang. Shanum sangat bahagia, karena telah lama Pandu tak bermain dengan putrinya. Kejadian ini jarang terjadi di antara mereka. Rengekan Shanum untuk menemaninya bermain tak bisa ditolak Pandu. Keduanya tampak akrab dan makin dekat. Momen ini dimanfaatkan Rosa dengan mengambil beberapa foto mereka dan selfie dengan latar keduanya yang sedang bermain. Tak lama, Rosa meng-upload ke media sosial dan menuliskan sebuah kalimat ....‘Ayah adalah cinta pertama anak perempuannya. Pria yang paling tul
last updateLast Updated : 2022-08-11
Read more

Part 20

Bryan menunggu Zea di parkiran. Hari ini mereka akan pulang bersama. Sejenak Zea bingung menghadapinya, apalagi melihat senyum Bryan yang tak putus menatapnya.“Duduk di depan, dong. Gue bukan sopir lo,” protes Bryan, ketika gadis itu membuka pintu belakang.“Gue duduk di depan atau di belakang, sama aja. Sama-sama bisa sampai ke rumah, kan?”“Lo nurut aja, apa susahnya, sih?” gerutu Bryan. Zea menurut, ia duduk di sebelah Bryan. Pria muda itu mengemudi dengan santai. Sekali-kali ia menoleh pada Zea yang diam tak bersuara. “Kita ke mana?” tanya Zea, ketika menyadari mobil melaju pada arah yang berbeda.“Beliin lo pakaian.”“Enggak usah, gue masih punya pakaian layak pakai.”“Ini bukan kemauan gue, tetapi perintah Mama.”Gadis itu terdiam. Kalau sudah menyebut nama Regina, ia tak bisa menolak permintaan wanita yang sangat baik dan perhatian itu. Mobil berhenti tepat di sebuah butik ternama. Bryan mengajak Zea turun dan membawa gadis itu menuju deretan gaun mewah yang terpajang. “Ini
last updateLast Updated : 2022-08-12
Read more
PREV
123456
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status