Beranda / Pernikahan / Hati yang Terbagi / Bab 121 - Bab 130

Semua Bab Hati yang Terbagi : Bab 121 - Bab 130

147 Bab

Bab 122

Aku menunduk menyembunyikan tawa. Alina sungguh cerdas. Dia membumkam mulut Ibu. Ibu kena mental, tak berani lagi memuji-muji perempuan ga jelas itu.Tak lama, Mas Arsyad pulang. Aku menyambut kedatangannya. "Mas tadi dapat pesan dari Ibu, jika Ibu mau mampir. Jadi, Mas buru-buru pulang,"bisiknya."Bukan karena ada mantan kamu, 'kan?""Ya, enggak lah. Buat apa!" sahutnya.Kami pun berjalan beriringan ke ruang tamu. Mas Arsyad menciumi tangan Ibunya. Lalu mengangguk ke arah Tasya yang masih menatap dengan tatapan penuh kerinduan."Apa kabar, Mas?" "Baik!" Jawab Mas Arsyad singkat.Mama yang menyadari jika perempuan itu menatap Mas Arsyad berkata "Mbak Tasya ini belum nikah, ya?"Dia gelagapan."Be-- belum, Tante.""Oh, pantes. Buru-buru nikah saja. Menikah itu bagian dari usaha untuk menghindari kemaksiatan yang tak sengaja maupun yang sengaja kita lakukan.""Maksud, Tante?" "Iya! maksud, Jeng apa?" Ibu ikut bertanya, dengan suara meninggi."Ya, misalnya, maksiat melihat suami orang
Baca selengkapnya

Bab 123

POV Alina.Kasian Lea. Ternyata kisah hidupnya ga semanis drama Korea. Aku baru tau jika Ibu mertua Lea, tak menyukai pilihan anaknya. Bahkan terang-terangan membawa perempuan yang menjadi mantan kekasih suaminya dulu. Ingat itu, hatiku seakan menangis. Gimana dulu aku juga pernah merasakan hal yang sama, saat Mama membawa Aina ke rumah. Bahkan berniat mau menikahkan kembali perempuan itu dengan Mas Ubay.Beruntung semua kebusukan perempuan itu dapat terbongkar, dan kini mendekam di penjara karena kebodohannya sendiri. Karir yang cemerlang seketika padam. Padahal jika berjalan lurus-lurus saja dia pasti akan hidup bahagia, terlebih saat ini dia sedang hamil. "Mikirin apa, Sayang?" Mas Ubay yang baru masuk kamar langsung merebahkan diri disampingku yang sedang menidurkan Hafidz."Kasian Lea, ya, Mas."Mas Ubay menghela napas panjang. "Rumah tangga memang begitu, ada ujian yang akan membuat kita kuat. Karena rumah tangga, bertemunya dua insan dalam pernikahan adalah satu-satunya ibadah
Baca selengkapnya

Bab 124

Pagi-pagi, Lea sudah duduk di taman belakang. Pandangannya lurus ke depan. Entah apa yang dia pikirkan, apa masih mikirin masalah kemarin?"Lele! Jangan ngelamun! Ayam tetangga kemarin ngelamun mulu, esoknya jadi opor!""Astaghfirullah, Abang! Lu do'a in gw jadi opor?""Tuh, kumat! Sama Abang sendiri la-lu-la-lu!""Ngeselin sih!" sungut Lea."Alifa mana, Le?"tanyaku yang kemudian menjatuhkan bobot tubuh di samping Lea."Sama Mbak Yati," jawabnya singkat."Suami kamu? Sudah berangkat?""Sudah, katanya ada rapat penting pagi ini.""Bang, aku kapan bisa mulai kerja?""Sekarang boleh!" sahut Mas Ubay yang sedang memainkan ponselnya. Hari ini dia tak ke kantor. Katanya mau mengajakku juga Lea dan Mama jalan-jalan, entah kemana."Yang serius, Bang ..." rengek Lea."Serius! nanti Abang akan menjelaskan semuanya pada kamu.""Papa?""Papa sudah setuju. Abang udah memberitahu Papa.""Serius?""Serius lah, masa bohong!"Wajah Lea berbinar, matanya terlihat berkaca-kaca."Ga usah nangis! Gitu aja
Baca selengkapnya

Bab 125

POV Alina.Kasian Lea. Ternyata kisah hidupnya ga semanis drama Korea. Aku baru tau jika Ibu mertua Lea, tak menyukai pilihan anaknya. Bahkan terang-terangan membawa perempuan yang menjadi mantan kekasih suaminya dulu. Ingat itu, hatiku seakan menangis. Gimana dulu aku juga pernah merasakan hal yang sama, saat Mama membawa Aina ke rumah. Bahkan berniat mau menikahkan kembali perempuan itu dengan Mas Ubay.Beruntung semua kebusukan perempuan itu dapat terbongkar, dan kini mendekam di penjara karena kebodohannya sendiri. Karir yang cemerlang seketika padam. Padahal jika berjalan lurus-lurus saja dia pasti akan hidup bahagia, terlebih saat ini dia sedang hamil. "Mikirin apa, Sayang?" Mas Ubay yang baru masuk kamar langsung merebahkan diri disampingku yang sedang menidurkan Hafidz."Kasian Lea, ya, Mas."Mas Ubay menghela napas panjang. "Rumah tangga memang begitu, ada ujian yang akan membuat kita kuat. Karena rumah tangga, bertemunya dua insan dalam pernikahan adalah satu-satunya ibadah
Baca selengkapnya

Bab 125

"Yang serius, Bang ..." rengek Lea."Serius! nanti Abang akan menjelaskan semuanya pada kamu.""Papa?""Papa sudah setuju. Abang udah memberitahu Papa.""Serius?""Serius lah, masa bohong!"Wajah Lea berbinar, matanya terlihat berkaca-kaca."Ga usah nangis! Gitu aja mewek!"Kini Lea beneran terisak."Makasih, ya Bang, Alina. Seharusnya perusahaan itu ada hak kalian di sana. Tapi, kalian malah mengikhlaskan untukku."Aku mengusap punggung Alina."Lea, bagi kami. Harta itu adalah persaudaraan tak pernah lekang oleh waktu, tidak terkikis oleh kebencian dengan alasan apapun itu.""Hiks ... Alina ... Ga salah aku memilih kamu menjadi Kakak ipar. Kamu yang terbaik dan tak akan pernah tergantikan," Lea menitikkan air mata haru.Aku tersenyum, berharap itu sebuah do'a. "Dah, yuk siap-siap!""Kemana, Bang?""Hari ini kita jalan-jalan. Abang sudah minta ijin sama Arsyad tadi. Jadi, buruan sana dandan. Alifa biar dijaga sama Mbak Yati, kamu sudah stok Asip kan?""Beneran, Bang?""Bener, kapan a
Baca selengkapnya

Bab 126

Wajah anggun nan menawan tersenyum ramah. Bibir terasa kelu untuk berucap. Di depanku berdiri Mama dengan pakaian tertutup berwarna abu-abu, sangat cocok dengan kulit Mama. Jilbabnya yang panjang membuat sosok sosialita itu menjelma bak seorang ibu yang begitu bijaksana. Kesempurnaan yang begitu nyata."Mama, udah ketemu, Sayang?" Mas Ubay yang datang dari belakang Mama terlihat heran karena aku sedang ngobrol dengan sosok yang jelas tak akan dikenalinya."Ini siapa?" bisiknya, sambil menunjuk ke arah Mama yang sedang kupegang tangannya. Mama berusaha menahan tawa. Dari belakang Mas Ubay berusaha mengintip wajah wanita di depanku itu.Setelah lama terdiam, dan Mas Ubay tampak mulai tak sabar, Mama berbalik menghadap ke arahnya."Mama? MasyaAllah, Allahuakbar!" Mata Mas Ubay melebar, lalu refleks memeluk Mama dengan erat."Mama cantik sekali, MasyaAllah. Ubay sampai pangling, kirain tadi ada istri Ustad di pondok yang kebetulan kemari."Memang istri-istri Ustadz di sana rata-rata memak
Baca selengkapnya

Bab 127

"Biarkanlah, Ma. Biar anak kita itu mandiri, belajar menyelesaikan masalahnya. Itu proses pendewasaan!" Papa yang baru keluar dari kamar langsung menyela. Hari ini Papa kurang sehat, jadi Lea yang menghandle pekerjaannya. Namun, karena harus ke rumah Ibunya Mas Arsyad, Lea terpaksa meminta bantuan orang kepercayaannya untuk menangani pekerjaan di kantor. Ini sudah bulan kelima, Lea memegang perusahaan Papa. Menurut Mas Ubay, lea mulai mahir bekerja. Bahkan beberapa kebijakan yang dia terapkan membawa dampak positif untuk kemajuan perusahaan.Dengan berat hati, Mama melepaskan Lea pergi ke rumah mertuanya. Arsyad yang baru muncul mungkin melihat kekhawatiran Mama."Ma, Arsyad janji akan menjaga Lea. Arsyad pastikan Lea pulang dengan selamat," ujarnya meski terdengar berlebihan, tapi itu cukup membuat Mama tenang."Arsyad, bantu Lea untuk merebut hati Ibu kamu, ya. Sekiranya Ibu kamu masih belum bisa menerima kehadiran Lea. Semua Mama serahkan padamu. Kalian yang menjalani kehidupan ru
Baca selengkapnya

Bab 128

"Maafkan adik saya, Bu Alina. Padahal saya sudah berusaha untuk memberikan pengertian padanya. Bahwa, Pak Baihaqi sudah punya istri dan tak akan menikah untuk kedua kalinya. Tapi, Aisyah seakan mati hatinya untuk memahami itu," ujar Ustadz Malik frustasi.Setelah acara kemarin, Ustadz muda itu berkunjung ke rumah. Dia sangat merasa malu akan kelakuan Aisyah yang datang ke rumah di saat aku dan Mama berada di pondok. Mas Ubay yang panik, menutup pintu dan menelpon Ustadz Malik agar adiknya segera di bawa pulang. Dari rekaman cctv aku melihat Mas Ubay tampak sangat marah. Bahkan mengomeli Aisyah."Tak apa-apa, Ustadz. Bukan salah Ustadz. Mungkin pesona Mas Ubay saja yang membuat Aisyah tak mampu menahan diri. Sejujurnya saya siap berpoligami, jika memang sesuai syariat. Tapi, saya tak bisa memaksa suami. Karena dialah imam yang akan bertanggung jawab atas istri-istrinya.""Saya paham, Bu. Saya juga tak ingin Aisyah menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga Ibu dan Pak Baihaqi. Saya san
Baca selengkapnya

Bab 129

Aku pun langsung mengirim pesan pada Yati. Yati yang sedari awal diminta untuk melaporkan setiap kejadian buruk yang di alami Lea itu menjawab pesanku. Katanya Lea hari ini tak ke kantor. Dan dari Yati juga aku tau, Lea baik-baik saja. Sikap sang mertua juga sudah mulai menghangat. Meski kata Yati lagi, perempuan bernama Tasya itu masih suka datang ke rumah Ibu Arsyad. Kejadian yang sama persis dengan apa yang kurasakan saat itu.Mendengar pesan Yati itu, Mama sedikit tenang. Dan memutuskan untuk membatalkan rencananya ke rumah mertua Lea tersebut."Begini rasanya punya anak perempuan, ya Al. Walau sudah punya suami, tetap saja rasanya masih punya kewajiban untuk menjaganya," Lirih Mama."Alina ga tau, Ma. Kan belum punya anak perempuan. Baru dalam proses pembuatan,"Mas Ubay yang tiba-tiba datang langsung menyahut ucapan Mama."Ucapin salam dulu, dong, Mas!" Protesku saat melihat Mas Ubay datang tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu."Eh, Iya. Assalamu'alaikum ..."Serentak kami me
Baca selengkapnya

Bab 130

Kehamilan kedua Lea disambut bahagia oleh Mama, begitu juga denganku dan Mas Ubay. Meski Lea memilih tinggal di rumah mertuanya, tampaknya dia bahagia. Entah bagaimana cara Lea menaklukkan Ibunya Arsyad itu."Kamu di sini saja, Nak. Kasian Alifa di bawa-bawa terus.""Gapapa, Ma. Kan ada Mbak Yati yang menjaga."Memang Mbak Yati selalu ikut kemana pun jika Lea sedang tak bekerja. "Kalau bisa kamu istirahat saja di rumah. Perusahaan biar Ubay yang nanganin.""Yah, gw lagi!" gumam Mas Ubay. "Ubay, sama adiknya sendiri begitu! Sama saudara itu harus saling membantu. Gimana kalau nanti ga ada Mama dan Papa. Kalian jangan sampai bertengkar terus."Lea tersenyum."Tenang, Bang. Lea akan berusaha untuk tidak merepotkan Abang lagi. Sudah besar, sudah jadi Emak-emak.""Kalau ada apa-apa, ngomong aja, Le. Masa iya Mas Ubay ga mau bantu. Ayahnya Hafidz kan baik hati dan tidak sombong, rajin membantu.""Huu ... Kalau ada maunya aja, bilang Mas Ubay baik hati," Mas Ubay mencebik."Faktanya begitu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status