Home / Romansa / Malam Pertama Dengan Majikan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Malam Pertama Dengan Majikan : Chapter 21 - Chapter 30

91 Chapters

Bab 21

"Ya biarin, kamu kalau mau mengacau mending pergi dari rumah ini, Rosa!" ucap Ibu. Aku tersenyum miring padanya. Sejak kehadirannya, kehidupanku dan keluarga ini seakan dipenuhi drama. Canda tawa seakan menguap begitu saja. Tak bisa dibiarkan, aku harus mengembalikan suasana dulu, sebelum Mbak Rosa datang ke sini.Acara sarapan kali ini sungguh membuatku tak berselera. Apa lagi Mbak Rosa yang seakan enggan untuk pergi dari rumah ini. Aku pun sebenarnya tak ingin egois. Namun, aku perlu memperjuangkam cintaku. Meskipun mungkin, di dalam hati Mas Andra bukan hanya ada aku saja. "Ning, nanti kita ke rumah sakit, ya?" "Buat?" tanyaku. "Ya kita periksa. Siapa tahu memang di dalam rahimmu sudah bersemayam buah cinta kita," ucap Mas Andra. Aku tersenyum, lalu mengangguk. Meskipun belum yakin seratus persen jika memang aku hamil, karena sudah terbiasa dengan siklus haid yang tak menentu. Mas Andra menatap mataku lekat. Duh, kenapa jadi deg-degan begini? "Ke-kenapa, Mas?" "Ning?" "Em
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more

Bab 22

"Diam kamu, Rosa. Ikut campur aja."Mbak Rosa cemberut, kemudian menghentakkan kakinya menuju kamar. Aku masih diam saja, malas juga rasanya meladeni wanita setengah-setengah kaya dia. "Ayo, Ma, kita pergi!" "Yok!" Kami bertiga pamitan sama Ibu, lalu pergi menggunakan mobil. Sepanjang perjalanan, Keysha tak hentinya berceloteh. Malah aku yang tak bisa fokus mendengarkannya. Masih kepikiran tentang jika aku tak hamil, bagaimana? Takutnya, semua akan kecewa karena kecerobohanku yang langsung periksa ke dokter kandungan, tanpa memeriksanya sendiri terlebih dahulu. "Kamu kenapa, Ning?" tanya Mas Andra mengagetkanku. "Aku cuma takut aja, Mas. Takut mengecewakan kalian. Kalau ternyata nggak hamil, bagaimana? Pasti kalian semua kecewa banget," ucapku. Mas Andra menghela napas, sementara Keysha langsung diam. Bocah kecil nan menggemaskan itu seakan tahu jika orang tuanya tengah berbincang serius. "Jangan terlalu dipikirkan. Jika hamil, ya alhamdulillah. Jika tidak, ya belum rezekinya.
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more

Bab 23

Setelah menunggu beberapa detik, kok malah burem yang satunya? Tak nampak jelas seperti garis di sebelahnya. Aku keluar dengan gontai. Sepertinya aku memang belum hamil, rezeki itu belum datang padaku dan Mas Andra. Aku menjadi merasa bersalah pada mereka. "Bagaimana, Ning?" "Dok, kok yang satu burem, ya?" Dokter Natasha tersenyum, kemudian mengambil testpack itu tanpa rasa jijik. "Ini belum pasti. Besok pagi, coba di tes lagi ya, Bu? Sehabis bangun tidur." "Jadi, belum bisa dipastikan itu hamil apa nggak ya, Dok?" "Iya, Bu.""Mas," panggilku pada Mas Andra. "Sudah, Ning. Gapapa, belum rezeki seandainya belum hamil." Aku mengangguk, dengan langkah gontai kami pergi dari ruangan itu setelah mengucapkan terima kasih. --"Bagaimana, Ndra?" tanya Ibu begitu kami sampai. "Belum pasti, Bu. Sementara tadi Nining diminta untuk USG, tapi dia nggak mau. Padahal, seumuran segitu, belum muncul jenis kelamin kan ya, Bu?" tanya Mas Andra. "Ya iya, Ning. Lagian, Ibu nggak maksa kamu cepet
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more

Bab 24

"Bismillah. Rosalinda Evelyn binta Suganda, saya talak kamu dengan talak tiga. Setelah ini, putus sudah kewajibanku atas kamu dan kewajibanmu padaku. Sekarang, pergi dari sini." Mbak Rosa terkejut, begitupun dengan aku. Aku memang menyuruhnya untuk menceraikan Mbak Rosa, tapi tak pernah sekalipun aku menyangka jika Mas Andra akan langsung memberinya talak tiga. "Kamu, mentalakku, Mas?" "Ya. Jujur saja, Ros. Selama ini aku menahanmu karena Keysha semata. Sekarang, pergi lah. Aku tak melihatmu di sini." "Tapi, Mas..." Belum selesai Mbak Rosa berbicara, Mas Andra sudah lebih dulu berbalik badan, lalu pergi dari depan kamar Mbak Rosa. Aku pun melakukan hal yang sama, karena aku sedang tidak mood menghadapinya. "Aaah!" Aku mengerang karena merasakan perih tak terhingga di kepalaku. Pedas, perih, pusing bercampur jadi satu. Mbak Rosa tengah menarik rambutku sekarang. "Dasar j*l*ng! Iblis! Puas kamu hancurkan rumah tanggaku, hah? Puas kamu sudah memupus harapan Keysha yang ingin memi
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more

Bab 25

Ma, Key takut.""Gapapa, Sayang." Ibu keluar dengan menarik koper milik Mbak Rosa. Aku segera mengikuti, sementara Keysha kuberi pada Desi. "Pergi kamu dari rumah ini. Aku masih berbaik hati menerimamu kembali setelah menghilang tiga tahun. Sudah cukup rasanya, Rosa. Melihat bagaimana kamu memperlakukan Nining, aku tak memiliki batas kesabaran lagi," ucap Ibu. "Bu, maafkan Rosa, Bu." "Sudah, pergilah! Aku sudah menalak tiga padamu. Segera kuurus surat perceraian kita," ucap Mas Andra tegas sambil menarik lenganku masuk ke dalam, setelah sebelumnya Ibu pun masuk. Blam! Aku tersentak saat mendengar suara pintu dibanting. "Astaghfirullah," ucapku. "Ya Allah, maaf, Ning. Kamu kaget, ya?" "Nggak papa, Mas." "Apa yang kamu rasakan sekarang? Kepalamu pasti sangat sakit karena tadi Rosa menariknya dengan kuat," ucapnya sambil menyentuh kulit kepalaku. Ibu tersenyum, kemudian mengangguk dan berlalu. Masih kudengar isakan Keysha. Bocah itu pasti tengah bimbang. Antara tak mau dan mau
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more

Bab 26

"Hei, kenapa?""Mas, maafin aku yang sudah egois." "Egois?" "Andai aku tak memintamu untuk menceraikan Mbak Rosa, pasti lah kalian tak akan berpisah. Aku dengar tadi Keysha pun masih menangis. Ia pasti sangat kehilangan mamanya, Mas." Mas Andra mengelus pucuk kepalaku, ditariknya aku ke dalam pelukannya. Isakanku semakin menjadi. "Sudah, jangan nangis. Ini semua bukan salahmu, Ning. Seandainya kamu tak memintaku untuk menceraikannya pun, aku pasti akan segera mengakhiri hubungan itu. Asal kamu tahu, cinta di hatiku untuknya sudah lah hilang." "Bukankah kamu dulu sangat mencintai Mbak Rosa? Bagaimana mungkin cinta itu bisa hilang dengan cepat, Mas?" "Memang, Ning." Aku tersenyum kecut. B*d*h! Kenapa juga harus cemburu saat Mas Andra mengiyakan ucapaku barusan? Mereka berdua menikah pasti karena saling mencintai. Beda dengan yang terjadi padaku dan Mas Andra. Semua karena perjodohan, dan keterpaksaan. Tak ada cinta dan kasih sayang di dalamnya saat awal mulai membina hubungan sak
last updateLast Updated : 2022-07-14
Read more

Bab 27

"Ibu yakin, nggak mau ikut?" tanyaku lagi. Ibu bersikukuh untuk tak ikut ke kampungku. Kakinya sekarang sering sakit apabila menempuh perjalanan jauh, katanya. "Yakin, Ning. Kalian pergi lah, hati-hati di jalan. Ibu di sini kan banyak temannya." "Iya, Bu Nining, percayakan sama saya," ucap Desi padaku. Aku masih merasa risih ia memanggilku dengan sebutan ibu. Tapi jika tidak begitu, nanti bisa-bisa Bu Mega marah. "Ya sudah, kami berangkat ya, Bu. Hati-hati di rumah. Nanti Pak Jaidi akan di sini. Menjaga rumah," ucap Mas Andra. Pak jaidi adalah bekas satpam rumah ini. Sekarang posisi satpam kosong, entah kenapa Mas Andra ataupun Ibu tak mencari orang lagi semenjak Pak Ahmad memutuskan resign selepas aku dan Mas Andra menikah. "Dadah Oma, Key ke rumah Nenek dulu.""Iya, Sayang. Ingat, jangan merepotkan Nenek dan Kakek, ya?" "Siap, Nek." Kami pun pergi, meskipun berat, namun aku merasa senang karena akan menemui kedua orang tuaku. "Makasih ya, Mas, sudah mau ke kampung. Aku sene
last updateLast Updated : 2022-07-14
Read more

Bab 28

Aku menutup mulut saat foto Mbak Rosa tersebar. Astaga! Apakah ini benar? Mbak Rosa, serendah inikah harga dirimu? Perlahan, rasa bersalah itu menguap begitu saja. Apa karena ini, dulu ia meninggalkan Mas Andra? "Kamu kenapa, Ning?"Suara Mas Andra mengejutkanku. Aku langsung mengurut dada, saking terkejutnya. Mas Andra langsung menghampiriku, ia mengusap tangan ini. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran. "Maaf, aku nggak bermaksud ngagetin kamu," ucap Mas Andra. Aku mengangguk, lalu memeluk tubuhnya. Baru kali ini, aku berani secara lebih dulu memeluk tubuh atletisnya. "Mas, apa dulu Mbak Rosa ninggalin kamu karena tergoda lelaki lain?" Mas Andra mendorong tubuhku pelan, hingga mata kami saling bersirobok. Ada keterkejutan di dua manik indahnya. Ah, jadi itu benar, Mas?"Dari mana kamu tahu?" tanya Mas Andra. "Nebak aja. Karena aku baru melihat berita tentangnya," jawabku. "Berita? Berita apa?" tanyanya, ada rasa penasaran yang kuat di pertanyaannya barusan. "Kamu penasaran bang
last updateLast Updated : 2022-07-14
Read more

Bab 29

"Hah?" "Iya. Dia bersama dua orang lelaki dan satu perempuan. Nampak seperti dua pasangan yang sedang berkencan. Mas ikuti kemana mereka pergi. Untungnya, Rosa dan teman-temannya itu menginap di lantai satu, jadi Mas nggak perlu sampai bingung ketika mereka naik lift. Sampai di sana, Mas bingung. Harus dobrak, atau pergi saja? Di tengah kemelut, Mas mendengar suara tawa manja Rosa. Suami mana yang tak panas mendengar istrinya tertawa dan manja dengan lelaki lain? Akhirnya, Mas izin ke pegawai hotel buat labrak mereka. Mas nggak mau main dobrak aja karena Mas nggak mau dianggap sebagi biang ribut. Setelah diperbolehkan, Mas membawa dua pegawai hotel dan membantu mendobrak pintu itu. Sampai di dalam, Mas terkejut banget, Ning." Mas Andra menggantung ceritanya, dua maniknya nampak menerawang. Seolah tengah menggapai ingatan yang pasti amat sangat menyakitkan itu. "Mbak Rosa ada main dengan salah satu lelaki itu?" tebakku. Mas Andra menggeleng. Jika bukan karena itu, lalu apa? Apa ya
last updateLast Updated : 2022-07-14
Read more

Bab 30

Kutajamkan lagi telinga, mencoba mencari dengar dari balik tembok. Kenapa Mas Andra menyebut nama Mbak Rosa? Apa yang sedang meneleponnya itu Mbak Rosa? Nyess...Tiba-tiba hatiku terasa perih memikirkan berbagai kemungkinan yang berkelibat di pikiranku. "Sudah lah, aku capek." Aku segera menyingkir ketika terdengar suara langkah kaki menghampiri. Kenapa Mas Andra seakan banyak misteri? Ah, apalah kamu ini, Ning? Suami sendiri pula kamu curigai. Mungkin, Mbak Rosa menghubungi Mas Andra meminta ingin bertemu dengan Keysha, kan? Atau jangan-jangan, ia meminta untuk kembali lagi ke rumah? Ah tidak mungkin. Mas Andra sudah memberi talak tiga padanya kemarin, dan aku percaya, suamiku itu tak mungkin mengkhianatiku. Mengingat bagaimana pun ia juga merupakan korban pengkhianat. "Ning?" "Eh, kamu habis dari mana, Mas? Kok nggak kelihatan?" tanyaku saat ia menghampiriku yang tengah memperhatikan Keysha dan Bapak. "Ada telepon dari kantor, Ning." "Oh, kantor, ya," lirihku. "Kenapa?" "
last updateLast Updated : 2022-07-14
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status