Home / Fantasi / ANUBIS / Chapter 11 - Chapter 15

All Chapters of ANUBIS: Chapter 11 - Chapter 15

15 Chapters

BERSIAP!

“Tok,, tok,, tok!” Fenhrir mengutuk pintu rumahnya, pintunya sudah dikunci, wajar saja karena sekarang pukul sebelas malam. “Tok,, Tokk,, Ayah aku pulang!” Fenhrir mengetuk pintu sekali lagi. “Hoammhh,, astaga Fen kau baru pulang, cepat masuk udara malam tidak baik untuk Kesehatan!” Huja membuka pintu dengan menguap lebar. “Kau pasti kesusahan menemukan anak kembar itu, lagipula kenapa kau ikut mereka.” Jelas Huja, tentu karena Fenhrir pulang semalam ini. “Aku lelah ingin tidur saja!” seru Fenhrir ketus, dia sudah sangat lelah. “Baiklah, selamat malam Fen.” Jawab Huja, Fenhrir seudah masuk kamarnya. Keesokan harimya, Fenhrir sudah bangun lebih dulu dari Huja. Dia sibuk mengobrak-abrik rak buku Huja, mencari buku sejarah sihir Mesir yang pernah ditunjukkan padanya. Huja bangun, dia melihat Fenhrir terheran. “Hoamhh,, kau sedang apa Fen? Tumben kau bangun sepagi ini. Apalagi mencari buku.” Huja meninggalkan Fenhrir di rak buku, dia memilih untuk buang
Read more

PUSAT KOTA MESIR BAGIAN 1

“Blush!” tubuh Raps si kanguru Afrika menguap menyisakan asap putih pekat. Kanguru itu kembali ke dalam kertas gulungan.“Mantra pemanggil memiliki batasan waktu dan kemampuan, mereka akan keluar dari kertas gulungan ini hanya 10 menit, jika kemampuan hewan pemanggil sudah melemah, segera kembalikan! atau mereka bisa mati sia-sia.”Huja menunjukkan cara mengembalikan hewan pemanggil. Caranya dengan mengacungkan jempol kanan, otomatis mantra pemanggil akan lenyap dan hewan piaraan Huja akan menguap menjadi asap putih-menghilang.“Oke, selanjutnya apa?”“Bawa buku sejarah sihir Mesir, masukkan kedalam peti kayu!” Huja menyuruh Fenhrir. Huja mengecek kembali isi peti kayu itu. ‘Ada yang kurang!’.“Bawa baju ganti Fen!” Huja mengambil baju gantinya juga Fenhrir, melipatnya dan memasukkan kedalam peti kayu.“Baiklah semuanya siap!” Huja memakai topi Het kebanggan ayahnya, mengikat tali sepatu dan melangkahkan kaki. Mereka berangkat berpetualang.
Read more

PUSAT KOTA MESIR BAGIAN 2

Di kediaman Panglima Mesir. Panglima Misri duduk dikursi goyang kesukaannya, kursi itu terbuat dari rotan jumlahnya ada dua, sepasang. Hanya Panglima dan Istri tercinta saja yang boleh duduk disana karena itu oleh-oleh dari negeri seberang. Dia duduk santai di kursi itu, menatap hilir mudik pusat Kota Mesir dari ketinggian tiga lantai rumahnya, pandangannya terfokus pada pembangunan piramida yang masih di lapisan kelima. Belia datang bergabung dengan membawa sepiring buah-buahan. Duduk di kursi goyang sebelahnya, dia menatap wajah Panglima yang mengkerut melihat pembangunan piramida yang sudah seperempat jalan. “Mau anggur suamiku?” Tanya Belia, Panglima Misri tersenyum, mengambil sebutir anggur dari piring buah-buahan. “No, no, no. jangan suamiku! Berikan anggur itu padaku!” sahut Belia ketus, dia manja sekali saat menghibur suaminya. Dia mengambil sebutir anggur dari tangan Panglima Misri. “Yang benar seperti ini! Aku menawarkan anggur bukan berarti a
Read more

PUSAT KOTA MESIR BAGIAN 3

Huja dan Fenhrir dipersilahkan masuk ke rumah Paman Ruth, rumah sederhana yang luas. Huja ingat betul dengan kenangan rumah ini. Rumah inilah saksi bisu perjuangan Paman Ruth dengan Bibi Ruth. Dia juga ingat saat kecil suka bermain dengan Sepupunya di halaaman rumah ini, Jason Ruth. Huja terkenal nakal saat itu, dia suka menangkap anak ayam Bibi Ruth. Tapi itu sudah dulu, sekarang Huja bisa menangkap apa saja jika dia mau. “Brak,” pintu rumah itu di dorong keras oleh Paman Ruth, kemudian berseru keras. “Aku bawa tamu spesial Sayang!” Paman Ruth mencari istrinya, dia tidak ada di ruang tamu. Padahal dia hafal betul dengan istrinya, jam segini dia biasa membaca majalah di ruang tamu, menunggu kepulangannya. “Aku di kamar mandi Sayang tunggu sebentar!” Bibi Ruth berseru membalas, dia sedang di kamar mandi. “Psst, apakah mereka? Hmm, sejak dulu?” Fenhrir terheran dengan keributan suami istri itu juga memotong bagian yang tidak sopan, mereka tidak ada romantisnya. Memiliki kebiasaan ber
Read more

PUSAT KOTA MESIR BAGIAN 4

Panglima Misri berdiri diantara sepuluh rekan penyihirnya, mereka mengadakan kumpul mendadak di sebuah gubuk kayu, tidak jauh dari rumah Panglima Misri, gubuk itu adalah rumah Bo dan Be, adik kakak yang dibesarkan oleh Penyihir hebat Mesir, sayangnya dia sudah meninggal dan namanya akan selalu dikenang oleh penyihir zaman itu.Mereka adalah penyihir abjad, kumpulan penyihir baik yang sangat kuat, bergerak sesukanya asalkan berniat baik dan tidak merugikan pihak lain, berada diluar teritorial hukum Mesir. Mereka menyembunyikan identitasnya, karena mereka adalah bagian terpenting dari pembuatan piramida. Upacara agung tidak akan berhasil tanpa kematian mereka.“Persetan! Berani-beraninya mereka menculik Bo!” pria bercambang putih itu memukul meja, berseru marah. Gelas air alkohol di meja ikut bergeming.“Tenanglah Be, kami turut berduka cita atas Bo, kita bisa mencari jalan keluar bersama-sama! Jadi bersabarlah, kita tidak bisa bergerak sekarang. Masih terlalu dini, bisa s
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status