Home / Romansa / TAWANAN CEO KEJAM / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of TAWANAN CEO KEJAM: Chapter 21 - Chapter 30

47 Chapters

Pria Itu Gila

Adelia diam membisu di dalam kamar. Wanita itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Jantungnya masih terus berpacu dengan begitu cepat karena hal yang terjadi beberapa menit sebelumnya.'Pria itu gila,' batin Adelia dengan keringat dingin mulai membanjiri keningnya.Bagaimana mungkin orang tak punya hati seperti pria itu, melakukan hal aneh seperti tadi?!'Di-dia benar-benar sudah tidak waras.' tubuh Adelia bergetar hebat. Ia menelan kasar ludahnya.'A-apa setelah ini, dia akan menyiksaku dengan cara lain?' batin Adelia. Tiba-tiba tubuhnya meremang, ia menggigit kukunya dengan perasaan takut.Adelia bangkit dari duduknya. Berjalan mondar-mandir bagai setrika sambil menggigit kuku tangannya.'Ba-bagaimana ini? Pria itu pasti sudah menyiapkan ruangan penyiksaan.' batin Adelia terus bertanya tanpa henti.Ia merinding kala membayangkan senyum menyeramkan di wajah Kaisar."Nona?"Sontak Adelia berbalik menatap Lora yang kini berada di ambang pintu. Gadis itu melangkahkan kakinya memasuki ka
Read more

Pertemuan di Restoran

"Demian, bagaimana pendapatmu saat tinggal di sini?"Seketika Demian terdiam di tempat duduknya mendengar pertanyaan itu.Pagi ini, tiada angin tiada hujan tiba-tiba Ayahnya menanyakan hal seperti itu kepadanya.Ada apa ini?"Ya, lumayan." jawab Demian singkat. Ia merasa sedikit canggung mendengar pertanyaan itu.Logan menatap lama wajah putranya yang tetap datar, walau kini Logan tahu jika putra pertamanya itu mencoba menghindari kontak mata dengannya.Logan tersenyum kecil. Sesaat ia terdiam, kemudian menghela napas pelan mengingat percakapan antara dirinya dan Lion semalam."Apa ada sesuatu, Dad?" tanya Demian yang kini menatap Ayahnya.Meski orang-orang di luar sana menilai Demian adalah sosok yang tidak peduli pada sekitar karena eskpresi datarnya, tetapi nyatanya dia adalah orang yang paling sensitif dan tidak akan tinggal diam saat sesuatu terjadi pada keluarganya.Logan membalas tatapan mata putranya yang kini terlihat begitu serius."Bukan hal besar." jawab Logan singkat.Dem
Read more

Apa Aku Hamili Saja Dia?

Keadaan mulai kembali hening. Para pengunjung restoran kembali fokus pada santapan mereka, mengabaikan keributan yang sempat terjadi.Sedang Zeline menatap penuh kekhawatiran pada wanita yang duduk di hadapannya.Adelia berusaha menghentikan tangisnya. Ia terus mengusap kasar wajahnya saat air mata mulai turun membasahi kedua pipinya yang sedikit tirus.'Apa dia tidak makan dengan baik? Dia jadi terlihat lebih kurus dari terakhir kali.' batin Zeline menggigit bibirnya khawatir."Sudah mendingan, Sayang?" tanya Zeline meraih tisu di atas meja, lalu mengusap pelan pipi wanita yang hanya menganggukkan kepala kepadanya."Ada apa, Adelia? Apa mansion Kaisar terasa tidak nyaman? Dia memperlakukanmu dengan baik, 'kan?" tanya Zeline tanpa henti.Adelia menggigit bibir bawahnya. Ia takut mengatakan semuanya pada Zeline. Ancaman Kaisar terus terngiang di benaknya.Kening Zeline mengerut kala melihat Adelia meletakkan buku di atas meja, lalu mulai menulis sesuatu pada kertas putih itu."Aku baik
Read more

Ajaran Sesad

"Syukurlah kamu sudah siuman. Aunty sungguh takut kamu tidak akan pernah membuka mata," ucap Zara memeluk erat tubuh Raila.Gadis itu tersenyum membalas pelukan saudari Ayahnya itu."Tidak apa-apa, Aunty. Raila sudah siuman. Lihat, bahkan Raila sudah bisa berjalan-jalan dan keluar dari rumah sakit." ucap Raila terkekeh pelan.Beberapa orang di ruangan itu terlihat menggelengkan kepalanya. Terutama Revan yang tengah duduk di sofa bersama dengan dua iparnya."Kamu tidak berniat ke sana untuk memeluk Raila?" tanya Revan menatap sosok yang sejak tadi hanya diam dengan tatapan tertuju ke arah brankar.Louis mengalihkan pandangan menatap Revan. Menghela napas pelan sambil mengedikkan bahu acuh."Kau tidak lihat di sana sudah berkumpul tiga wanita? Kalau aku ikut bergabung, hanya akan terlihat aneh." jawab Louis mengedarkan pandangan hingga tanpa sengaja bertatapan dengan Logan."Apa lihat-lihat?!" sentak Louis tak suka.Revan menghela napas kasar. Dari dulu hingga kini, dua iparnya itu tak
Read more

Gadis yang Tak Asing

Suara dentingan jarum jam memenuhi ruang tamu mansion mewah itu.Adelia duduk bersimpuh di lantai dengan tubuh gemetar. Kepalanya menunduk, tak berani mendongak menatap sosok pria yang tengah duduk di sofa tunggal. Menatapnya dengan tatapan elang, seolah mengawasi gerak-geriknya hingga membuat Adelia terus menelan kasar ludahnya tanpa henti.Sesaat suara sesuatu dilempar kasar ke atas meja terdengar memasuki indra pendengaran Adelia. Ia ragu untuk melihat hal apa itu."Tanda tangan." ucap Kaisar tak mengubah ekspresi datar pada wajahnya.Perlahan Adelia mendongak menatap Map berwarna hitam di atas meja. Kedua matanya mengerjap beberapa kali, tersentak kala tanpa sengaja bertatapan dengan Kaisar."Kenapa tidak bergerak untuk menandatanganinya? Kau ingin aku menyeretmu masuk ke dalam kamar, hah?"Seketika Adelia mendekati meja. Meraih pulpen di atas meja dengan tangan gemetar. Tanda tangan Adelia terbubuhi pada kertas tersebut, membuat seutas senyum kecil terbit di bibir Kaisar.Dengan
Read more

Emosi yang Meledak

"Tuan, tunggu saya." ujar Bram dengan kaki berusaha mengikuti langkah Bosnya yang berjalan cepat memasuki kafe.Bram menghela napas pelan saat tiba-tiba Kaisar menghentikan langkahnya. Ia mencoba merapikan sedikit penampilannya yang berantakan.Mereka baru saja menyelesaikan pertemuan dengan salah satu rekan bisnis di restoran terdekat. Karena waktu makan siang telah tiba sesaat setelah mereka keluar dari Restoran, Kaisar melangkahkan kakinya ke kafe yang tidak jauh dari sana."Sepertinya akan bagus jika membeli makanan manis untuknya. Akhir-akhir ini makanan manis di sini cukup digemari oleh orang-orang. Mungkin sebaiknya aku membeli juga untuk Raila dan dia," gumam Kaisar menatap makanan manis yang tersusun baik di balik meja kaca.Sedang Bram mengerutkan keningnya mendengar gumaman Bosnya itu'Tuan Kaisar kerasukan jin dari mana ini?' batin Bram dengan wajah ngeri.Kaisar menghela napas pelan, mengalihkan pandangannya menatap sekretarisnya itu."Jangan memasang wajah menyebalkan se
Read more

Kedatangan tak Terduga

Seketika suara gebrakan meja menggema di dalam ruangan itu.Kakek Lingga menatap tajam pada Liorand. "Beraninya kamu!"Seketika Kakek Lingga menyentuh dadanya yang terasa sesak. Mendudukkan diri di kursi kebesarannya, lalu melirik tajam pada Liorand yang tetap diam di tempat dengan wajah datar."Tuan!" tiba-tiba pintu ruangan terbuka, memperlihatkan Rex -sekretaris Kakek Lingga- yang kini berlari mendekati meja kerja pria paruh baya itu."Tuan," ucap Rex khawatir melihat Kakek Lingga yang menyentuh dadanya dengan napas memburu.Kakek Lingga tetap menatap tajam ke arah Liorand, mengabaikan rasa sakitnya sejenak untuk berbicara dengan cicitnya itu."Kau berbicara dengan begitu berani. Sepertinya kau sudah bertemu dengannya, ya." desis Kakek Lingga yang terdengar tak suka.Rex yang tak tahu apa-apa, hanya bisa diam mendengar hal tersebut."Tuan..." panggil Rex saat Kakek Lingga tiba-tiba bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati Liorand dengan sedikit tertatih.PLAK!Seketika wajah L
Read more

Telepon Penting

"IYAAAAK!" Suara teriakan menggema di dalam mansion mewah kediaman Kaisar.Dua orang yang berdiri tidak jauh dari tangga, menoleh dengan tatapan takut pada sosok yang berdiri di lantai dua. Yang kini menatap mereka dengan tatapan bak belati.'Hik!' Bram berteriak ngeri dalam hati. Ia mundur beberapa langkah menjauh dari sosok wanita di hadapannya.'Wa-wajah Tuan Kaisar terlihat begitu marah. Kenapa ini?' batin Bram bertanya-tanya, sedikit melirik sosok Polin yang kini menatapnya penuh tanya di ambang pintu masuk."Bram!" kini Kaisar melangkah menuruni anak tangga."Ya, Tuan." sahut Bram dengan suara sedikit bergetar."Ikuti aku." titah Kaisar, melirik sosok wanita yang kini menunduk takut menatap lantai."Baik." ucap Bram seraya mengikuti langkah Kaisar. Karena memang itulah tujuannya datang ke mansion mewah bosnya itu di jam 9 malam ini.Kalau bukan karena itu, Bram tidak akan datang dan menganggu waktu istirahat bosnya.Tapi apa ini? Belum apa-apa dia sudah mendapat tatapan tajam da
Read more

Tidak Sengaja

Seorang pria dengan setelan jas yang sedikit berantakan keluar dari lift. Tiba-tiba, pria itu menghentikan langkahnya saat tanpa sengaja bertatapan dengan sosok yang baru saja berniat memasuki lift."Eh, kau sudah pulang?"Demian mengerutkan kening menatap saudara kembarnya yang baru saja keluar dari lift. Tatapan menelisik Demian berikan. Menatap dari ujung kepala hingga ujung kaki tubuh Adiknya."Kau mau ke mana?" tanya Demian dengan wajah datar."Ke Indonesia." jawabnya santai."Mommy memintamu ke sana?" tanya Demian lagi. Ia merasa aneh, karena tidak biasanya saudaranya itu tertarik untuk ke Indonesia, Negara tempat kelahiran sang Ibunda tercinta."Tidak. Aku menerima telepon dari Uncle Lion, dia bilang untuk segera ke sana."Demian menghela napas pelan, "uncle yang meminta, atau kau sendiri yang ingin pergi?" tanya Demian telak, membuat saudaranya itu terkekeh pelan."Ya, seperti itu. Lagi pula Mommy dan Daddy ada di sana. Jadi aku rasa tidak masalah untuk sesekali berkunjung." i
Read more

Nona ... Anda baik-baik Saja?

"Kenapa menatapku?"Seketika Adelia tersentak. Ia menunduk dengan tubuh gemetar takut, menelan ludahnya dengan susah payah."Aku tahu, aku tampan. Kamu bisa menatapnya sepuasnya nanti." ucap Kaisar sambil meletakkan ponselnya di tempat semula.Adelia tak mengindahkan ucapan itu. Ia tetap menunduk dengan ketakutannya.'Ya Tuhan, apa aku melakukan salah? Ke-kenapa pria ini bersikap begini kepadaku? Apa setelah ini dia akan memberikan siksaan lebih menyakitkan?' batin Adelia. Bibirnya bergetar hebat dengan wajah pias.Sedang Kaisar tak memperhatikan hal itu. Ia sibuk dengan pemikirannya, mencoba menebak hal seperti apa yang membuat tangan kanannya itu terdengar begitu terkejut di seberang telepon tadi."Hampir saja aku lupa. Kamu harus makan dengan baik."Kaisar mengulurkan tangannya meraih mangkuk bubur di atas nampan tanpa memindahkan Adelia dari pangkuannya. Pria itu seolah tak rela melepaskan Adelia, meski hanya di atas tempat tidur."Buka mulutmu, aku akan menyuapimu hingga buburnya
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status