Home / Romansa / TAWANAN CEO KEJAM / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of TAWANAN CEO KEJAM: Chapter 31 - Chapter 40

47 Chapters

Operasi

"Minum dulu, Nona Liona." Rex menyodorkan sebotol air mineral pada gadis muda yang kini duduk di kursi tunggu.Mata Rex tak lepas menatap wajah lelah gadis itu."Apa Anda bermimpi buruk lagi?" Tanya Rex mencoba membuka obrolan.Tak ada jawaban, hanya tatapan sendu yang terlihat jelas dari kedua iris mata kecoklatan itu. Hal tersebut sukses membuat Rex menghela napas pelan.Ia cukup paham, bahkan sangat tahu. Kecelakaan yang terjadi tiga bulan lalu benar-benar mengguncang psikis gadis muda itu, cicit dari Tuannya.Masih terekam jelas di benak Rex malam itu. Malam di mana ia memberi laporan pada Kakek Lingga mengenai pergerakan kelompok mafia di Italia. Dan tanpa diduga mendengar kabar yang cukup mengejutkan, di mana cicit perempuan Tuannya menabrak seseorang dan melarikan diri.Tiga bulan yang lalu.Suara dering ponsel mengusik ketenangan dalam ruang kerja kakek Lingga.Pria paruh baya itu menatap lekat ponsel di atas meja, mengulurkan tangan dan meraihnya.Keningnya yang keriput terli
Read more

Aku Menginginkanmu

Hening tak ada yang mengeluarkan suara. Semua mata sesekali melirik ke arah pintu ruang operasi yang belum juga terbuka."Raila, ayo kembali ke ruang rawatmu. Kamu harus istirahat agar segera keluar dari rumah sakit," ucap Kaisar lembut mengusap puncak kepala Raila yang hanya menunduk sejak tadi.Tak ada jawaban. Raila tetap setia menundukkan kepalanya. Sesekali terlihat menggigit bibir bawahnya menahan rasa sesak di dada.Jika ingin jujur, hati gadis itu tak bisa dikatakan baik-baik saja saat ini. Apalagi mendengar hal yang terucap dari bibir Lion saat tiba di rumah sakit pagi tadi."Zara, bantu aku melakukan operasi besar pagi ini. Aku tidak yakin bisa menyelesaikannya sendiri, aku butuh bantuanmu.""Baiklah. Aku harus meminta izin pada pihak rumah sakit lebih dulu, karena aku tidak bekerja di rumah sakit ini." jelas Zara."Aku sudah meminta izin pihak rumah sakit.""Kamu terlihat panik. Jika boleh tahu, siapa orang itu?""Dia kakek istriku."Seketika Raila terisak mengingat ucapan
Read more

Rencana Demian

Kedua mata Adelia terbelalak kala sesuatu yang dingin menyentuh bibirnya. Jantungnya kini memompa dua kali lebih cepat dengan tangan gemetar mencoba mendorong bahu sosok yang kini meraup bibirnya, seolah akan menghabiskannya tanpa sisa."Emp."Sedang Kaisar memejamkan kedua matanya. Menikmati bibir atas dan bawah Adelia secara bergantian, tanpa peduli pada dorongan pelan di bahunya."Ah!" Adelia memekik tertahan kala gigitan cukup keras terasa di bibirnya. Sontak ia membuka bibirnya, membuat Kaisar dengan segera memasukkan lidahnya ke dalam sana.Kaisar mengangkat tubuh Adelia tanpa melepas ciumannya. Berjalan mendekat ke arah tempat tidur, lalu merebahkan tubuh Adelia perlahan.Suara deru napas saling bersahutan di dalam kamar itu. Kaisar menatap lama wajah Adelia yang kini mencoba meraup oksigen saat ciuman mereka terlepas.Senyum kecil terbit di bibir Kaisar, merasa lucu dengan ekspresi Adelia saat ini.Seketika napas Adelia tercekat di tenggorokan saat tangan besar Kaisar kini ber
Read more

Siluet

Kesunyian menguasai salah satu ruang rawat VIP. Sosok Rex terlihat berdiri diam memandang pria yang saat ini duduk berdua di sofa bersama dengan Cucu Tuannya."Dokter Lionardo, bisa kita bicara berdua?" Tanya Rex dengan wajah datar.Seketika pandangan Lion mengarah pada Rex. Menarik napas dalam, lalu beranjak dari duduknya. Mengikuti langkah kaki Rex yang berjalan lebih dulu keluar dari ruang rawat itu."Mari, kita bicara di ruanganku." Ucap Lion sesaat setelah menutup pintu.Rex hanya diam mengikuti langkah Lion ke ruangan pria itu.Sesaat setelah tiba di sana, tatapan Rex kini berubah tajam menatap punggung Lion yang mendekati kursi dalam ruangan bernuansa putih tersebut."Jadi... Hal apa yang ingin kau katakan, Rex?" Tanya Lion to the point."Soal tawaran Anda... Saya tidak yakin dapat mengabulkannya."Senyum miring terbit di bibir Lion, membuat Rex menelan kasar ludahnya."Itu urusanmu. Janjiku sudah terpenuhi, melakukan operasi dan menyelamatkan nyawa Tuan-mu, urusan diterima ata
Read more

Adelia Menghilang

'Malam ini terasa lebih sunyi dari kemarin malam.' batin Adelia lalu tersenyum simpul.Sungguh, jika ia bisa berbicara. Mungkin saat ini Adelia akan berceloteh riah mengungkapkan rasa senangnya. Sosok yang selalu memicu ketakutannya akhirnya pergi walau hanya sementara.Adelia menggigit bibir bawahnya. Degup jantungnya kini berdetak tak karuan. Apakah dirinya masih bisa mengeluarkan suaranya suatu saat nanti?Pertanyaan itu kini terlintas di benak Adelia.Tetapi ia segera menepisnya. Mulai tersenyum kala mengingat jalan-jalan singkat antara dirinya dan Lora di taman tadi sore.Tubuh Adelia tersentak saat mendengar suara samar di luar kamar, lalu keheningan menyelimuti kembali.'Ada apa di luar?' batin Adelia mulai merasakan perasaan tidak enak.Sesaat kening Adelia mengerut melihat asap yang masuk melalui celah bawah pintu.Adelia mengibaskan tangan di depan wajahnya. Mencoba menyingkirkan asap yang perlahan mulai memenuhi ruangan itu.'Kepalaku... Pusing.'Sayup-sayup suara pintu ter
Read more

Penyesalan Kaisar

Langkah pelan Adelia menyusuri taman luas mansion mewah itu. Menyentuh sekilas bunga-bunga yang tengah bermekaran, terus melangkah sambil mengedarkan pandangan menatap sekeliling.Tidak terasa, sudah satu Minggu dia berada di tempat itu. Tak ada hal aneh yang terjadi seperti kebanyakan penculikan yang sering Adelia baca di buku NovelDia tidak terkurung di dalam kamar. Atau harus melakukan hal yang menyenangkan bagi pria bernama Demian itu.Adelia berucap syukur dalam hati. Meski tetap merasa resah sesekali. Perlakukan orang-orang di mansion itu membuat ia canggung. Dia diperlakukan seperti Nyonya rumah, disediakan segalanya hingga bahkan memakai baju selalu ada pelayan yang membantunya.Bukan karena ia ge-er atau sebagainya, hanya saja perlakuan para pelayan itu benar-benar membuat hatinya resah gelisah. Bagaimana jika pria itu menculiknya untuk dijadikan istri?Heh! Membayangkannya membuat Adelia bergidik. Masa iya keluar kandang singa masuk kandang macan!?Tiba-tiba, Adelia menghen
Read more

Hilang Bagai ditelan Bumi

Kaisar mengerjapkan kedua matanya perlahan. Berusaha menegakkan posisi duduknya. Sedikit mendesis kala rasa nyeri menyerang.Seluruh tubuhnya benar-benar pegal pagi ini. Sudah seminggu ini dia tidak pernah tertidur di atas ranjang dalam kamarnya. Sofa, lantai, dan kursi kerjanya, entah besok di mana dia akan tidur lagi.Perlahan Kaisar beranjak dari duduknya. Melangkahkan kaki menyusuri lantai ruang kerjanya yang penuh dengan pecahan kaca dan buku yang tak pada tempatnya."Adelia," lirih Kaisar melangkah cepat keluar dari ruang kerjanya. Ia berjalan mendekati tangga, naik ke lantai dua menuju kamarnya. Kebiasaannya setiap pagi sejak tiga hari yang lalu, di mana setiap bangun ia akan segera memasuki kamar. Berharap saat membuka pintu akan ada sosok Adelia yang tertidur pulas di atas ranjang.Ceklek!Kaisar membuka lebar pintu kamarnya. Wajahnya yang sempat ceria, perlahan berubah sendu dengan bibir bergetar menahan tangis."Shit!" Kaisar mengumpat pelan, mengacak rambutnya yang beranta
Read more

Kamu Waras?

"Tangan Kakak kenapa?" Raila bertanya dengan raut khawatir terlihat jelas di wajahnya.Tak ada jawaban. Hanya keheningan yang menyelimuti antara dirinya dan Kakaknya di ruang tamu.'Sepertinya terjadi sesuatu pada Kakak, Dia terlihat begitu menderita.' batin Raila menatap prihatin penampilan kakaknya yang begitu berantakan.Bulu-bulu halus terlihat begitu lebat memenuhi rahang Kakaknya. Apa kakaknya itu lupa untuk bercukur?"Kenapa keluar sendiri? Apa tidak ada orang yang menemanimu?" Tanya Kaisar setelah sepersekian detik diam tanpa berbicara.Raila menggeleng pelan. Ia datang ke tempat itu hanya diantar oleh sopir keluarganya. Lagipula dia sudah dinyatakan sembuh, buktinya sudah diperbolehkan pulang ke rumah 5 hari yang lalu. Jadi tak ada hal yang perlu ditakutkan."Kakak belum mandi?" Tanya Raila, meski ia dapat menebak. Melihat pakaian Kaisar tiga hari yang lalu masih melekat di tubuh kekar itu.Kaisar menghela napas pelan. Mengusap kasar wajahnya dengan tangan yang terbalut kain
Read more

Gaun Pengantin

Kaisar menggenggam erat ponsel di tangannya mendengar ucapan di seberang sana. Ia tahu jika hal itu sangat menganggu, tetapi amarah dan rasa penasaran tak bisa menghentikan niatnya untuk segera menghubungi sepupunya itu."Aku tanya, kamu waras?" Tanya Demian lagi, terdengar jelas nada datar di seberang telepon.Sesaat Kaisar tetap diam. Tatapannya menajam menatap tembok ruang kerjanya, tak memedulikan sosok adiknya yang kini memasuki ruangan itu."Aku tanya, di mana dia?!" Sentak Kaisar mengabaikan pertanyaan Demian.Helaan napas pelan terdengar di seberang telepon."Dia siapa?"Terdengar jelas nada tak tahu dari ucapan sepupunya itu."Adelia!" Sentak Kaisar mengebrak meja kerjanya.Tubuh Raila terkesiap mendengar suara teriakan dan gebrakan meja itu. Ia menatap kakaknya dengan mengerjapkan mata beberapa kali.'Adelia... Apa itu nama Istri Kak Kaisar?' batin Raila mulai menyimpulkan.Keheningan menguasai di seberang sana, membuat kening Kaisar mengerut lalu menjauhkan benda pipih itu d
Read more

La Spezia

Kedua mata Kaisar mengerjap beberapa kali. Memandang lama ke arah Ayahnya yang baru saja melemparkan bantal sofa, hingga tepat mengenai wajah tampannya. “Aneh-aneh saja kamu,” ucap Revan menggeleng pelan, menyandarkan punggungnya ke sofa. Rania menghela napas pelan, berniat untuk bangkit dari duduknya dan memasuki dapur. “Aku serius, Dad.” Ucap Kaisar tanpa ragu. Seketika kedua orang tuanya menatapnya terkejut, “aku sudah menikah diam-diam dengan seorang wanita.” Lanjutnya lirih. Revan mematung di sofa dengan mulut sedikit terbuka mendengar ucapan lirih Putranya. Sedikit melirik ke arah istrinya yang tak jauh berbeda, benar-benar terkejut mendengar kejujuran Putra sulung mereka. “Kaisar…” panggil Revan dengan suara bergetar. Pria setengah baya itu mencoba mengatur deru napasnya yang tidak beraturan, mencoba untuk tenang agar tak mencerca Putranya dengan pertanyaan. “Kapan?” tanya Revan pelan, memijit pangkal hidungnya yang terasa berdenyut. Rania kembali duduk di tempatnya. Me
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status