Home / Romansa / Jangan Beri Aku Uang Lagi / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Jangan Beri Aku Uang Lagi : Chapter 41 - Chapter 50

98 Chapters

kami tiba

Setelah 3 hari perjalanan yang panjang, dan Cukup melelahkan kami akhirnya tiba di terminal Sumer Payung kota Sumbawa. Kuedarkan pandangan, ada rasa canggung dan berbeda, ditambah tempat itu memang tidak begitu ramai seperti kota-kota besar. Hanya ada beberapa bis dan pengunjung terminal yang nampak menunggu kendaraan mereka berangkat."Permisi Pak, saya mau tanya, Saya ingin pergi ke komplek bumi Indah, bagaimana saya bisa sampai ke sana.""Dulu bisa menggunakan bemo tapi sekarang ... Maaf Bu, karena semua orang sudah punya kendaraan sendiri jadi kendaraan angkot sudah jarang beroperasi. Sebaiknya ibu naik ojek saja," jawab seorang pria yang nampak seperti petugas kebersihan terminal."Saya harus memilih jalan ke kanan atau ke kiri pak?""Katakan saja langsung komplek bumi Indah mereka akan mengantarkan Ibu ke jalan arah kanan yang menuju pusat kota, jangan khawatir kota ini aman dan bebas dari perampok atau begal," jawab Bapak itu tersenyum."Berapa ongkosnya Pak?""Hmm, sekitar du
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

naik taksi

BismillahKeesokan harinya, pagi-pagi sekali aku dan anak-anak naik taksi untuk mencari setiap perumahan yang ada di peta kota ini untuk menemukan adikku. Tapi baru saja kamu sampai di depan gerbang hotel, tiba-tiba Rika menelpon.Betapa bahagianya kami karena akhirnya, aku bisa menghubungi adik iparku itu."Halo, Mbak.""Iya, Alhamdulillah akhirnya aku bisa menelpon kamu. Tadinya aku pikir kami akan tersesat di kota ini, kanu di mana?""Lho, emangnya Mbak udah sampai?""Udah Dik, kami menginap di hotel Berlian.""Oh, jaraknya memang lumayan jauh, dan kebetulan aku dan Mas Yanto lagi ada di luar kota, karena ada satu kerabatku yang menikah," balasnya."Jadi, kami harus bagaimana Dik? Aku khawatir berlama-lama di tempat ini membuat kami kehabisan biaya," jawabku."Begini aja, Mbak ... Mbak cari kost-kostan aja dulu, bayar untuk seminggu, soalnya Kamis depan kami baru pulang, Mbak."Ah, agak resah aku mendengarnya, tak nyaman juga harus memberi tahu kabar ini pada Erwin dan Vito, ditam
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

agak curiga

Karena merasa ada firasat yang tidak enak aku tetap memaksa untuk ikut dan melakukan akad sewa, namun, setelah berkendara dan menemui pemilik lapak, ternyata oleh istrinya kami diberi tahu bahwa dia sedang tidak di rumah."Makanya, saya bilang besok aja, Mbak, tahunya saya bereskan semuanya," ucap Yanto."Hhm, kurasa iya, juga, Mbak juga lelah," balasku."Yuk, ah, pulang," ajaknya menjauh."Oh iya, Mbak, mulailah berbelanja bahan dan kebutuhan untuk jualan agar tidak terlalu banyak membuang waktu," usulnya."Baik, insya allah besok."Keesokan harinya.Ketika jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi aku dan adikku berpencar. Anak-anak pergi ke sekolah mereka, sementara Yanto dan istrinya menemui pemilik lapak untuk menyerahkan uang.Aku sendiri pergi ke pasar untuk berbelanja dan melihat alat-alat dapur yang kubutuhkan. Sembari menentukan akan menjual menu apa saja.Hari bergulir beranjak siang lalu menuju petang, Yanto dan Rika belum juga pulang mungkin mereka langsung menjenguk anaknya. A
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

pertolongan

Mungkin karena melihatku menangis dan berpelukan di pinggir jalan sebuah mobil berhenti dan pintunya terbuka. Seorang pria berpakaian putih dengan padua celana kain hitam turun dan menghampiri kami. Pria itu nampak baru saja pulang dari masjid."Permisi, assalamualaikum, apa terjadi sesuatu?"Mendapatkan perhatian dari orang asing membuat aku malu dan langsung mengusap air mata kemudian bangkit dan berpura-pura baik-baik saja."Tidak Pak, kami baik-baik saja," balasku."Hmm, ada apa dengan tasnya, Ibu mau kemana?" Tanya pria itu sambil memperhatikan anakku dan tas yang tadi ditendang oleh Vito."Kami mendapatkan musibah yang beruntun Pak," jawab Erwin.Aku memberinya kode agar dia tidak memberi tahu pria itu namun entah kenapa, Si bapak yang kutaksir masih muda dan berumur empat puluh tahunan itu tersenyum dan merangkul bahu anakku lalu mengajaknya duduk di bangku pinggir trotoar."Coba ceritakan pada saya dengan runut," ucapnya lembut.Dalam hati aku ingin mencegah karena perbuatan i
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

sudah

Sudah seminggu berlalu sejak pertama kali datang ke rumah ini dan bekerja dengan tekun sebagai seorang asisten rumah tangga. Tak butuh waktu lama untuk bisa dekat dengan anak Pak Hamdan yang bernama Nisa, gadis yang kini duduk di bangku kelas empat SD itu sudah dekat denganku. Begitu juga ibunya Pak Hamdan, dia mulai memberi kepercayaan dan suka dengan cara kerjaku yang rapi dan teratur, dia memberiku kepercayaan untuk belanja sendiri ke supermarket dan menyerahkan kunci pintu rumah untuk ditutup buka pada waktu tertentu."Saya percaya denganmu, mudah-mudahan kepercayaan saya tidak luntur," ucapnya."Insya Allah Bu, saya akan menjaganya," balasku. Begitu yang diucapkan ibunda Pak Hamdan ketika menyerahkan kunci. Benda yang kugenggam di tangan saat itu adalah titik balik yang harus kumanfaatkan sebisa mungkin. "Jika aku bisa mendapatkan kepercayaan ibu dan anaknya, maka aku harus bisa merebut hati pria itu. Hidupku sudah begitu lama menderita dan terus-menerus ditimpa kemalangan, kali
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

dia makin suka

Percakapanku dengan Pak Hamdan terhenti ketika Mas Imam menelpon. Pak Hamdan yag sedikit tidak sudah mengetahui kisah hidupku, terlihat mundur ketika membaca nama Mas Imam di layar ponselku."Bu Yanti bicara aja dulu," ujarnya."Enggak, penting kok, silakan lanjutkan apa yang ingin Bapak katakan," ucapku yang hendak mendengar kembali ucapannya yang tertahan tadi."Gak ada, kok, saya tak mengatakan sesuatu yang penting."Aku hanya bisa tersenyum kecut kecewa karena sedikit lagi momen penting harus tertunda oleh panggilan telepon yang tak kuinginkan. "Bentar ya Pak, saya ingin bicara," ujarku dan dia pun mengangguk.Kualihkan diri pada ponsel dan menjawab panggilan yang terus berdering gencar. Andai berdekatan, ingin sekali kulempar gawai ini ke muka Mas Imam, betapa ia sudah sangat menyebalkan bagiku."Halo ....""Ya, Allah, akhirnya kamu jawab ponselku. Sudha satu bulan aku berusaha menghubungi kamu. Di mana kamu Bund?""Kenapa mencariku, kita tak punya hubungan apa apa lagi, Imam!
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

karena

Karena sudah bosan terus berbaring di kamar aku memutuskan untuk besok pagi melakukan aktivitas seperti biasa.Kadang kalau kupikir lebih dalam, ternyata, tak kusangka sudah hampir 2 bulan aku berada dirumah Pak Hamdan. Tadinya aku berencana untuk membuat usaha sampingan dan segera pergi dari tempat namun tiba-tiba aku merasa nyaman dan terus bertahan pada tugas menjadi asisten rumah tangga.Ketika suasana pagi sudah mulai terang, aku langsung menuju ke dapur untuk menanak nasi, dilanjutkan menyapu rumah dan membersihkan kamar mandi ruang depan. Ketika sedang sibuk membersihkan wastafel, aku melihat Mas Hamdan berjalan menuju pintu dan hendak membukanya. Kupikir mungkin dia akan pergi berolah raga.Kulanjutkan dengan menyabun wastafel lalu mengelap kaca. Terkejut sekali diri ini ketika melihat pria yang memakai setelan training warna biru langit itu sudah menyandar di sisi dinding dan memperhatikan kegiatanku.Aku membalikkan badan dan membalas tatapannya. Dia nampak menyukaiku, meski
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

jangan tolak

Sepertinya wanita itu tahu tentang hubunganku dan Mas Hamdan yang sudah mulai dekat nyatanya sikapnya dari tadi terus berusaha menyindirku."Permisi saya masuk ke dalam dulu," ucapku sambil tetap memaksa tersenyum dan membawa nampan itu."Seorang asisten harusnya menjaga batasan dirinya untuk tetap berada di koridor asisten, tidak perlu bersikap berlebihan," kritiknya."Apa maksudnya, sih," tanya ibu Syaimah penasaran."Tahu gak Bu, Mas handam di kantor sering membicarakan dia dan memuji-muji nya seolah-olah bahwa ....""Oh, itu ... Itu hanya pujian biasa, kenyataannya, memang Mbak Yanti ini sangat baik kepada cucu dan saya sendiri," puji Nyonya rumah sebelum wanita selesai menghujatku.Wanita tadi terlihat mendesak dan memutar bola matanya tidak suka, sementara aku hanya membungkuk hormat lalu pergi dari tempat itu.Tiba-tiba lenganku ditahan oleh Mas Hamdan, dia menggenggam tangan ini dan mengajakku pergi ke depan semua orang. Aku yang gugup menolak dan takut, berusaha untuk melep
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

dipanggil

Pukul 08.00 ibunya Mas Hamdan memanggilku ke kamarnya, dia memanggilku dengan tatapan tegas dan menyuruhku untuk segera mengikutinya."Duduklah kamu di kursi itu," ucapnya."Iya Bu," ucapku lirih."Kamu masih punya waktu untuk menyelamatkan reputasi keluarga kami silakan, itupun jika kamu peduli, tolong pergi aku akan memberikanmu uang gaji dan tunjanganmu, aku minta tolong," ucap Wanita itu mengangsurkan sebuah amplop coklat tebal."Maaf tapi apa itu, Ibu?""Uang 50 juta, pergi dan selamatkan masa depan Hamdan, tolong bantu aku untuk menjaga kehormatannya, dia tidak cocok denganmu karena kamu lebih dewasa darinya, dan anakku masih membutuhkan wanita yang bisa membahagiakannya," jaabmya."Tapi dia sendiri yang menegaskan bahwa dia menginginkan saya, saya pribadi tidak pernah memaksanya, Bu, malah saya menolak.""Itu karena dia hanya kasihan padamu dan karena kau memperhatikan anaknya. Tapi aku paham bahwa semua itu hanya bentuk tanggung jawabmu sebagai asisten, jadi tolong jangan b
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

tanpa banyak hambatan

Keesokan hari,Tanpa banyak hambatan dan penolakan Ibu, Mas Hamdan lantas mengajakku pergi ke rumah Tante dan Omnya, dia bilang ingin memperkenalkan calon istri kepada anggota keluarga dan kerabat ibu-bapaknya.Tadinya takut dan ragu namun setelah diyakinkan dan menerima sikap baik serta keramahan keluarganya, perlahan rasa ragu yang tadinya menggununh di hatiku meleleh seketika."Oh, ini toh, calon istrimu, dia terlihat baik dan sopan," ucap sang Tante."Iya, Tan, Alhamdulillah, yang paling penting dia menyayangi anak saya," jawabnya, seraya melirikkundan putrinya yang duduk di pangkuanku."Bagaimana Nisa Apakah Ibu Yanti baik padamu?"Gadis yang rambutnya aku kuncir dua itu mengangguk dengan senyum bahagia."Alhamdulillah jika kamu dan anakmu cocok dengan wanita ini kami sebagai keluarga akan selalu mendukung kebahagiaan kalian," jawab Omnya Mas Hamdan.Begitupun ketika kami beralih ke rumah lain, keluarga mereka juga menyambut kami dengan hangat, malah, aku diperlakukan begitu mul
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status