Semua Bab Madu Muda : Ketika Cintaku Direnggut Paksa: Bab 91 - Bab 100

164 Bab

kelabakan

Aku berlaih menatap Maura yang terus berdecak tidak senang, dia nampak sangat tak nyaman dengan kedatangan keluarganya. Ada raut risih sekaligus ingin mengusir rombongan keluarga serakah itu."Mba Maura, belikan pizza dong," ucap salah seorang sepupunya."Aku mau corndog dan sosis bakar," timpal yang lain."Juga cilok mercon dan batagor." Adik sepupu Maura yang lain juga tak mau kalah dengan pesanan mereka."I-iya, bentar ya ...."wanita itu beralih ke ruang jeluarga."Begini semuanya ... sepertinya ada kesalah pahaman di sini sebenarnya aku belum ingin mengadakan syukuran, mungkin kalian salah tanggal," ucapnya setengah menunduk."Oh, jadi maksud kamu, kamu ingin kami semua pergi karena kami tidak datang sesuai waktu?" ucap sang Bibi dengan mata membulat sempurna."Maksudnya bukan begitu ... hanya saja kami belum punya persiapan banyak," ucapnyamencoba memberi pengertian bahwa saat ini dia dan Hamdan tidak sedang punya uang."Oke, kami paham, tapi sungguhkah kamu tega membiarkan
Baca selengkapnya

selagi

Selagi Mas Hamdan memperhatikan nilai anak-anaknya, tiba-tiba terdengar suara panggilan lagi dari rombongan keluarga mertuanya yang ada di lantai dua."Hamdan, Maura, kemana kalian?! Inikah cara kalian beramah-tamah dengan mengabaikan tamu?!" teriak Uwak Maura dengan lantang."Sebentar Om, saya lagi ada urusan dengan Aisyah," jawab Mas Hamdan bergegas menanda tangan."Urusan apa sih, yang lebih penting dari keluarga besan. Kalian benar benar tidak beradab," ucap sang Bibi menghujat mantan suamiku. Orang yang dihujat demikian nampak terkejut dan hanya bisa menelan ludah sambil menepuk dadanya pelan. Dia menggeleng berkali kali sambil mengucapkan istighfar.Tentu ubun-ubun Mas Hamdan seolah dibuka dengan paksa mendapatkan perlakuan dan kekasaran demikian. Tentu saja kearoganan seperti itu tidak terdapat di dalam keluarganya yang santun dan paham norma. Sayang sekali, kini Karma sedang berlaku atas dirinya."Bagaimana Hamdan? kenapa makanannya lama sekali, ayo ambilkan kami sudah lap
Baca selengkapnya

melihat

Melihat rombongan keluarga istrinya pergi begitu saja tentu Mas Hamdan berusaha untuk menghentikan mereka, mantan Suamiku itu kelabakan, dia menghadang dan minta maaf tapi semuanya percuma saja."Maaf, saya tidak bermaksud membuat kalian tersinggung, sedikit urusan dengan Aisyah," ucap Hamdan."Penting sekali, kau, memangnya dia siapa, bukankah hanya sepupumu? Kenapa tidak kau pentingkan istri dan suara kebebasan yang baru pertama kali datang mengunjungi kalian?""Sepupu ...?" Ini massa beban yang kebingungan mendingar hardikan uwaknya Maura."Iya, wanita ini hanya kerabatmu 'kan, penting sekali kau berbicara dengannya sampai mengambil begitu banyak waktu, kami yang datang bertamu diabaikan dan duduk sendirian!""Dia bukan sepupu saya tapi dia ada istri saya, " jawab Mas Hamdan lantang. Kali ini semua orang terdiam, Mas Hamdan mengernyit heran sementara keluarga Maura juga tidak kalah herannya, lebih dari itu, mereka nampak kebingungan."Apa maksudmu, dia istrimu? dia bilang pada ka
Baca selengkapnya

hanya

"Hanya karena aku bukan istrimu lagi, jadi kau merasa bahwa pikiranku sepicik itu, aku gak nyangka ya, begitu prasangka yang kamu bangun atas diri ini," ucapku sambil membenahi jilbab dan membuka pintu mobil." ... Kupikir mungkin ada kesempatan kedua untuk kita, suatu saat nanti, tapi setelah hari ini ... maaf saja!" ucapku dengan kecewa, setengah mengancam dan mengintimidasinya."Apa kau berharap kesempatan kedua, heh?" pria itu tertawa sinis."Tidak untukku, tapi untukmu, ingat Hamdan kau punya anak denganku, sekuat tenaga aku berusaha agar anak-anak tidak menilaimu dengan negatif dan membencimu!""Oh, ya?""Ya, sekarang aku benar benar muak!" ucapku sambil menyalakan mesin mobil, kututup kaca meski pria itu berusaha menahan dan menggebraknya."Tunggu, kita belum selesai bicara! Apa ini adalah bentuk balas dendam karena aku merampas gabah!""Padi bisa ditanam lagi, harta dan uang bisa dicari, tapi kehancuran hubungan baik sulit diperbaiki, selamat tinggal," desisku beralih pergi.
Baca selengkapnya

protes dari anak

Setelah mengatakan hal itu, Raihan lalu beralih ke kamarnya. Untuk beberapa saat aku tercenung mencoba meresapi ungkapan protes yang diucapkan secara tersirat oleh Raihan. Aku tahu, anakku menyindir diri ini yang lalai. Dan ya, aku tak berhak memprotes balik karena bagaimana pun, harusnya peran orang tua mencakup segala hal dalam kehidupan anak termasuk mencukupi kebutuhan, waktu berkualitas dan kasih sayang.Kuhela napas pelan lalu memulai mengolah makan siang yang rasanya sudah kesorean. Ya, waktu telah menunjukkan pukul dua lewat lima belas siang dan anakku belum makan juga. Setelah dua puluh menit berkutat sibuk di dapur membuat spaghetti bolognese dan French fries kesukaan mereka, kupanggil kedua anakku untuk makan."Raihan, Zahra .... ayo makan," ucapku di tangga.Tidak ada sahutan di sana, sepi dan hening sekali."Raihan, Zahra?" Masih tidak ada jawaban, mungkinkah kedua anakku tidur?Kunaiki tangga dan pergi memeriksa dua kamar dengan nuansa babyoink dan biru langit itu.
Baca selengkapnya

dari anak

Kenyang," jawabnya singkat. Meski tersenyum, aku menangkap sekali kekecewaan yang sama seperti yang kakaknya rasakan."Maafka Bunda ya ....""Jangan terlalu sering minta maaf, tidak apa apa, jangan dipikirkan," jawabnya sambil beralih ke kamar.Aku terduduk sedih di kursi kebun belakang sambil menahan air mata yang tak sengaja tumpah, perlahan kurasakan sensasi hampa yang lebih menyakitkan daripada dtinggal Mas Hamdan. Ditolak perhatian oleh ana sendiri adalah kepahitan yag sulit kuterma, karena seumur hidup, mereka bersamaku, aku yang telah melahirkan merawat dan selalu berusaha membahagiakan mereka. Tapi kenapa, sejak permasalahan dengan Mas Hamdan bergulir, anak-anak cenderung menjadi pendiam dan dingin. Mereka seakan ingin menunjukkan protesnya lewat kebungkaman, sementara aku sendiri tak paham, tidak menangkap, apa yang sebenarnya mereka inginkan.Apakah sebenarnya mereka tidak setuju dengan perceraianku dengan Mas Hamdan? Kalau ternyata tidak setuju kenapa tidak diutarakan saj
Baca selengkapnya

jaga

"Apa maksudmu mengatakan itu di depan anak anak?!" tanyaku marah, jelas dia akan memantik kesalah-pahaman."Jangan mengalihkan pembicaraan. Bukannya, pria yang berkencan denganmu di cafe itu terlihat sangat tampan dan menggairahkan. Dia pasti sudah mengalihkan duniamu kepadanya?" ujar Mas Hamdan sambil mendecak dan menatap pada anak anak."Apa? Kencan? Sudah kubilang dia adalah teman lamaku yang kemudian berbisnis dan kami sedang membagi hasil? Perlukah ribuan kali menjelaskan pada seseorang yang harusnya sudah toxic dan tidak perlu diberi penjelasan?!""Tentu saja kau merasa penting menjelaskannya padaku, karena aku adalah Ayah dari anak-anakmu, dan ... tentu saja anak-anak ini juga butuh jawaban mengapa akhir-akhir ini kau menyebalkan sekali, hahahahah," ujarnya yang makin membuat anak anak mendelik sinis padaku."Apa? Aku menyebalkan? tahu apa kau tentangku dan keseharian kami?!" Aku terbelalak dan tidak percaya betapa liciknya Mas Hamdan ingin menjatuhkan martabatku di hadapan putr
Baca selengkapnya

bicara pada suami

"Jaga bicaramu, sampai hari ini aku masih bertanggung jawab pada anakku. Jangan coba mempengaruhi mereka atau berusaha merebut mereka dariku! Kau hanya laki-laki yang tidak bertanggung jawab lagi gila selangkangan!""Bunda! Jangan hina ayah!" teriak Raihan. Mas Hamdan hanya melipat tangan di dada sambil mengangkat alisnya dengan tawa senang.Cepat kilat putraku masuk ke dalam kamarnya entah apa yang dia lakukan, tapi lima menit kemudian terlihat dia membawa ransel dan mengenakan sepatunya."Apa ini? Kamu mau kemana?" tanyaku bergegas menyongsongnya."Aku akan pergi dengan ayah agar Bunda tidak repot lagi. Ayah tidak akan melarang banyak hal dan tak perlu menetapkan banyak aturan. Ayah akan mencukupiku tanpa bertanya untuk apa dan bagaimana aku menggunakan uangku!" jawab anak sulungku."Bagus Nak, akhirnya hati dan pikiranmu terbuka juga untuk menentukan kau ikut siapa. Ayah menghargainya," ucap mantan suamiku sambil menepuk bahu putranya lalu merangkul dan mengajak dia pergi."Tidak bi
Baca selengkapnya

lakukan saja

Ternyata belum selesai ejekannya, dia yang sudah nyaris meninggalkan rumah masih kembali dan berkata."Uhm, kau bilang ingin membuktikan bisa menikah lagi? kurasa kau tak akan bisa mendapatkan pria yang lebih baik dariku." Setelah mengucapkan itu dia melambai dan pergi begitu saja."Dengar Hamdan, jika kau masih datang ke sini lagi, maka aku akan mengutuk anak dalam kandungan Maura cacat mental dan Fisik!""Apa katamu!" dia berbalik dan ingin memukulku."Apa kau mau pukul aku?! apa kau tersinggung? begitu pula perasaanku, Hamdan. Heh, dengan percaya dirinya kamu bilang aku tak akan dapat pria lain yang lebih, kau pikir kau malaikan yang sempurna, enyahlah kau Hamdan.""Dasar wanita gila! di depan anak pun kau sama sekali tidak memfilter ucapanmu!" "Aku sudah terlanjur Murka Hamdan, kamu merampas segalanya dari hidupku!""Aku tidak merampas, tapi kau lah yang memilih pergi, aku sudah memberimu pilihan dan kenyamanan, tapi kau tetap memilih berpisah jadi aku ambil saja segala yang p
Baca selengkapnya

di mana

"Di mana tempatnya?""Restoran dan kafe milikku," Jawabnya."Jadi tuan rumah datang untuk menjemputku? Manis sekali terima kasih...'"Segeralah ganti baju dan ikut dengan kami," ujarnya sambil memberi isyarat dengan tangannya.Sebenarnya ini baru 9.30, aku saja menyelesaikan pekerjaan rumah bahkan belum sempat mandi, aku juga harus menyiapkan makan siang untuk Zahra sebelum meninggalkan rumah."Aku bersedia ikut tapi bolehkah aku memasak makanan untuk Zahra?""Kau bisa kembali lebih awal dan aku akan membuatkan makanan spesial kedua anakmu," ujar pria itu dengan senyum mengembang lembut."Hanya Zahra tidak ada orang lain," jawabku membalas dengan senyum getir."Memangnya Raihan kemana?""Di pergi ke rumah ayahnya. Semalam masa mendatang dan mengungkit soal pertemuan kita, dia menciptakan kesalahpahaman yang membuat putraku murka.""Maafkan aku karena aku kau mengalami kejadian pahit seperti itu. Aku benar-benar menyesal." Pria itu nampak menunduk sedih dan menghela nafasnya pelan."I
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
17
DMCA.com Protection Status