"Hanya karena aku bukan istrimu lagi, jadi kau merasa bahwa pikiranku sepicik itu, aku gak nyangka ya, begitu prasangka yang kamu bangun atas diri ini," ucapku sambil membenahi jilbab dan membuka pintu mobil." ... Kupikir mungkin ada kesempatan kedua untuk kita, suatu saat nanti, tapi setelah hari ini ... maaf saja!" ucapku dengan kecewa, setengah mengancam dan mengintimidasinya."Apa kau berharap kesempatan kedua, heh?" pria itu tertawa sinis."Tidak untukku, tapi untukmu, ingat Hamdan kau punya anak denganku, sekuat tenaga aku berusaha agar anak-anak tidak menilaimu dengan negatif dan membencimu!""Oh, ya?""Ya, sekarang aku benar benar muak!" ucapku sambil menyalakan mesin mobil, kututup kaca meski pria itu berusaha menahan dan menggebraknya."Tunggu, kita belum selesai bicara! Apa ini adalah bentuk balas dendam karena aku merampas gabah!""Padi bisa ditanam lagi, harta dan uang bisa dicari, tapi kehancuran hubungan baik sulit diperbaiki, selamat tinggal," desisku beralih pergi.
Baca selengkapnya