Semua Bab Terpaksa Menjadi Milikmu: Bab 31 - Bab 40

44 Bab

Bab 30 Siapa yang Paling Kau Cintai?

Husam membuka pintu kamar itu lalu mendorong Sadia ke dalam. Tanpa mengatakan apapun, ia mengunci pintu itu dari luar. Ia tak ingin Sadia bertemu siapa pun untuk saat ini.Ia bersandar pada pintu kamar yang sekarang terkunci. Ia meletakkan tangannya di pelipisnya lalu memijatnya pelan untuk menghentikan rasa sakit yang semakin meningkat. Ia kemudian berjalan menuju ruangan yang terakhir di lantai itu, kamar milik orang tuanya.Husam menghela napas pelan sebelum membuka pintu kamar itu. Aroma pengharum ruangan yang tak asing lagi baginya menyeruak di hidungnya. Kamar itu adalah kamar yang paling besar di rumah ini, biasa disebut kamar rose gold karena interior eksplisitnya terbuat dari emas.Bahar, ayah Husam merancangnya khusus untuk Risa, ibu Husam. Sebagai hadiah.Pikiran Husam kembali pada memori beberapa belas tahun yang lalu.Flashback"Ayah, bolehkah aku mengambil kamar ini?" Husam kecil bertanya dengan penuh harap."Tentu saja boleh, tapi setelah kau menikah nanti." Ayah Hus
Baca selengkapnya

Bab 31 Mimpi Buruk

"Jangan pernah tinggalkan dia sendirian. Kau adalah satu-satunya keluarganya." Sebuah bisikan kembali terngiang di telinga Sadia. Mata gadis itu mulai berkaca-kaca ketika melihat ke mana mobil yang mereka tumpangi melaju kencang. Sebisa mungkin, ia mencoba untuk bangun, namun semuanya sia-sia."Kita akan mati! Hentikan mobilnya!" Ia berteriak histeris, berharap orang-orang di sekitarnya bisa mendengarnya.Pandangan matanya melotot ngeri melihat mobil yang datang dari arah yang berlawanan. Mobil itu melaju begitu kencang seolah lepas kendali. Dalam hitungan detik, semuanya akan lenyap bertabrakan."Tolong bangunkan aku. Aku tidak ingin melihatnya." Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil berteriak-teriak sekeras yang ia bisa."Lindungi Naya. Kau satu-satunya yang ia punya." Ucap Ibu Sadia sebelum akhirnya hal yang paling menakutkan itu tak dapat dihindarkan."Tidak..Tidak ... Tidak!" Sadia meraung-raung, namun suaranya tetap kalah dengan kerasnya deru mobil yang berguling setelah
Baca selengkapnya

Bab 32 Ketika Benci Jadi Cinta

Sepanjang pagi Sadia tak lagi melihat sosok Husam, ia mencarinya ke mana-mana namun tak ada. Sepanjang hari ia memikirkan kesalahan apa yang telah ia lakukan.Akhirnya waktu untuk makan malam tiba, namun Husam belum juga kembali ke rumah. Pikiran Naya benar-benar kacau. Ia sangat ingin menemui Naya, meskipun ia tahu Naya membencinya. Dan sekarang ditambah lagi ia harus memikirkan sikap Husam yang tiba-tiba berubah."Apakah Bi Sum melihat Husam hari ini?" Sadia bertanya sambil sibuk memotong-motong daging dengan sendok di tangannya, bersikap seolah tak begitu menginginkan jawaban.Bi Sum terkekeh kecil melihat tingkah Sadia sebelum akhirnya ia menjawab. "Kalian berdua sebenarnya kenapa? Kalian sama-sama tahu persis bagaimana perasaan kalian terhadap satu sama lain, tapi tidak ada yang mau mengungkapkannya, huh."Seketika pipi Sadia memerah. "Aku tidak..."Bibir Sadia berhenti bergerak, ternganga, ketika sudut matanya menangkap sesuatu di pintu masuk utama. Sosok gadis yang ia kenal ber
Baca selengkapnya

Bab 33 Aku Seorang Pembunuh

"Aku akan memberinya obat pereda nyeri untuk saat ini," ucap Dokter itu sebelum mengeluarkan suntikan dari wadahnya.“Aku tidak mau disuntik.” Ketakutan tersirat jelas di wajah Naya. Sadia beranjak mendekatinya lalu memegang lengannya."Tidak apa-apa. Ada kakak di sini." Senyum Sadia meyakinkan Naya."Aku juga di sini. Kalau kau menurut, kau boleh meminta hadiah apapun yang kau mau." Sadia menoleh pada pemilik suara itu. Ia baru sadar, Husam sudah berada di sampingnya. Sadia menatapnya kagum.Husam tersenyum pada Naya, membuat Sadia merasa cemburu karena ia tidak sedikitpun meliriknya. Naya membalasnya dengan senyum tipis. Husam menganggukkan kepalanya pada dokter, mengisyaratkan padanya untuk melakukannya dengan cepat ketika mereka mencoba mengalihkan perhatian Naya."Memangnya, hadiah apa yang akan kau berikan padanya?" tanya Sadia. Ia hanya ingin Husam berbicara dengannya atau setidaknya menoleh ke arahnya. Namun, Husam seolah berpura-pura tidak mendengarnya."Apapun yang kau ingin
Baca selengkapnya

Bab 34 Di Pagi Hari

Keesokan paginya, Sadia terbangun ketika sinar matahari yang kuat menerobos masuk melalui tirai jendela kamarnya.Begitu membuka matanya, ia menoleh ke samping mencari keberadaan pria yang semalam tidur bersamanya.Lagi-lagi Husam tak ada di sampingnya ketika Sadia benar-benar ingin mengungkapkan pengakuan bahwa ia mencintainya. Ia menyegarkan pandangannya ke sekeliling, mengamati setiap sudut ruangan yang dirancang dengan indah dengan gemerlap keemasan. Sadia menggelengkan kepalanya, mencoba menjernihkan pikirannya. Ia baru teringat dengan Naya. Bergegas ia bangkit dari tidurnya lalu keluar kamar dan menuju kamar di mana Naya tidur semalam. Ia merasa bersalah karena meninggalkan sendirian di kamar itu.Sadia terkejut begitu membuka pintu kamar itu, Naya tak berada di sana. Ia mulai panik, berlari ke segala arah mencarinya di ruangan-ruangan lain, namun ia tidak menemukannya. Dengan cepat ia menyambar syal untuk menutup rambutnya lalu keluar ruangan dan berlari ke bawah.Suara-suara
Baca selengkapnya

Bab 35 Nuansa Warna-warni

Sadia tak lagi bersemangat untuk bermain bulutangkis setelah Husam pergi. Ia sedari tadi hanya berdiri di sudut. Pandangan matanya seolah memperhatikan Naya dan Ken, namun pikirannya entah di mana. Ia menunggu Husam kembali hanya agar ia bisa mengagumi ketangkasan dan ketampanannya sekali lagi."Sadia, kenapa diam saja?" tanya Ken melihat wanita itu tak merespon bulutangkis yang baru saja ia arahkan padanya. Sadia terdiam, membuat Ken terpaksa berkata lagi. "Ayo, bermain lagi!" ucapnya, namun Sadia tak menghiraukannya.Sadia mengetuk-ngetukkan kakinya ke tanah, sambil sesekali menatap ke arah pintu rumah, berharap pria itu muncul dari sana. Tapi tak ada. Sekitar dua puluh menit sudah berlalu, dan sama sekali tak ada tanda-tanda Husam akan datang. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi dan kembali ke kamarnya."Naya, ayo kembali ke rumah sekarang. Kau harus istirahat. Kau belum boleh terlalu kelelahan." Sadia meminta adiknya untuk ikut. Naya terlihat menghela napas kesal namun mau tak mau
Baca selengkapnya

Bab 36 Kenapa Semuanya Menjadi Begitu Menyakitkan?

Sadia merasa begitu bersemangat membawa nampan berisi semangkuk mie ayam itu ke kamar Husam."Dia pasti akan menyukainya," gumamnya. Ia mengetuk pintu kamar Husam beberapa kali hingga akhirnya ia mendengar suara dari dalam."Masuk." Suara Husam terdengar serak.Sadia menghela napas dalam-dalam sebelum ia mendorong pintu itu yang tak lagi terkunci. Perlahan pintu itu terbuka dan pemandangan yang Sadia lihat di depannya membuatnya benar-benar terkejut. Semua barang berserakan di lantai. Husam memang sering melakukan itu ketika ia sangat marah. Tapi, setahu Sadia, Husam sangat menyukai kamar ini karena kamar ini merupakan hadiah dari ayahnya untuk ibunya. Kali ini sepertinya Husam benar-benar marah hingga ia sampai menghancurkan kamar kesayangannya. Sesuatu yang mengerikan telah terjadi hari ini.Sadia menatap punggung Husam yang membelakanginya. Terlihat sebatang rokok terjimpit di jemarinya. Perlahan Sadia melangkahkan kakinya dengan hati-hati karena tak ingin kakinya terluka karena pe
Baca selengkapnya

Bab 37 Markas di Tengah Hutan

Keesokan harinya Sadia terbangun dengan kepala terasa pusing. Ia tidak benar-benar tidur semalam. Ia tidur hanya sekitar satu setengah jam saja. Sakit yang ia rasakan dalam hatinya membuatnya gelisah sepanjang waktu. Naya tidur di kamar lain, dan Sadia menangis sendirian sepanjang malam, bahkan ketika matanya sudah terlelap, tangisnya belum berhenti mengalir "Aku harus bertanya pada ibu mertua, apa yang sebenarnya terjadi? Jika Husam tak mau memberitahuku, maka aku harus mencari tahu sendiri," ucap Sadia memutuskan.Dalam sujudnya pagi ini, ia masih menangis, meminta pada Tuhannya agar hari ini ia menerima sesuatu yang baik. Kata-kata Husam kemarin benar-benar membuatnya hancur.Setelah ia selesai menunaikan ibadahnya, Sadia bergegas ke kamar Naya, ternyata ia masih tidur. Sadia pun bergegas ke dapur untuk meminum segelas susu. Ia merasa begitu lemah dan lelah, ia membutuhkan energi untuk mengembalikan tenaganya. Sepagi itu, biasanya dapur masih kosong dan terkunci karena belum ada y
Baca selengkapnya

Bab 38 Tak Mau Mengakuinya

"Jangan berani menyentuh barang-barangku lagi!" ucap Husam ketus, mengabaikan pertanyaan terakhir Sadia.Pria itu berjalan ke samping lemari untuk mencari sesuatu, membuat Sadia menjadi kesal. Ia bergegas berjalan menghampirinya lalu membalikkan bahunya sehingga ia bisa menghadapnya."Jangan ganti topik. Aku ingin jawaban. Aku telah menanyakan sesuatu dan kau harus menjawabnya!" ucap Sadia setengah berteriak, mencoba membuat Husam takut. Namun, pria itu justru bersikap seolah sama sekali tak mendengarnya."Jangan terlalu percaya diri. Aku punya kamera di seluruh ruangan di rumah itu. Bukan hanya di kamarmu! Aku mencoba mencari pengkhianat itu, dan dia bisa jadi siapapun yang tinggal di rumah itu," ujar Husam. Suaranya mengandung kebencian. Rasa sakit terpancar dari mata Sadia, ia mengedipkan matanya dengan cepat agar air matanya tak jadi tumpah."Aku sama sekali tak ingin memperhatikanmu!" Husam membuang muka, mengabaikan air mata di mata Sadia."Aku sudah memberitahumu. Aku hanya be
Baca selengkapnya

Bab 39 Siapa Penghianat Itu Sebenarnya?

"Kak Husam .. Kami mendapat masalah. Kau harus segera datang ke markas ruang bawah tanah." Terdengar suara Dian, salah satu sahabat Husam melalui sambungan telepon yang ia genggam di telinganya."Oke, aku akan ke sana," jawabku Husam.Dian adalah komandan kedua Husam. Mendengar nada suaranya yang begitu panik, menunjukkan bahwa ada sesuatu yang sangat buruk. Husam menjadi ikut panik. Udara di sekitarnya terasa menjadi panas.Matanya kembali menatap sosok cantik yang tertidur lelap di tempat tidurnya. Bulu matanya yang lentik terlihat begitu indah tersemat di bawah kelopak matanya. Dadanya turun naik seiring nafasnya yang ringan. Selimut putih menutupi separuh tubuhnya, menyembunyikan lekuk tubuhnya.Ia merasakan sesuatu bergejolak dalam dirinya. Ia ingin segera merengkuh wanita itu dalam pelukannya lalu tidur bersamanya. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan hendak mengecup lembut dahinya, namun ia tak bisa merasakan kulit lembutnya karena yang ada di depannya kali ini hanyalah sebuah la
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status