Berkali-kali kucoba menelpon Bang Adnan, tetapi ponselnya mati. Hingga pagi hari aku hanya ditemani Mbak Naumi, dia tahu keadaanku yang tidak baik dengan ibu mertuaku. Ibu selalu menyalahkanku karena Bang Adnan tak mau menikah dengan anak temanya yang kaya. "Yang sabar, ya, Kinan?" ucap Mbak Naumi menguatkan diriku. "Iya, Mbak. Tidak apa-apa," jawabku. Bang Adnan datang dengan tergesa-gesa, sambil berlari ia menghampiriku."Maafkan Abang, Dik. Semalam ponselnya mati. Abang baru membaca pesanmu pagi tadi." "Tidak apa-apa, Bang. Beruntung ada Mbak Naumi dan Mas Leo." "Terimakasih, Mas, Mbak, sudah menolong istri saya." "Sama-sama, Bang. Kalau begitu kami pulang dulu." Setelah mereka pulang, kupandangi Bang Adnan yang tengah mengazani putra kami. Ada yang berbeda darinya. Rambutnya sudah dipotong rapi, kemudian bulu-bulu halus di waja
Last Updated : 2022-04-14 Read more