All Chapters of Dendam Istri Presdir Yang Diperlakukan Seperti Pembantu: Chapter 91 - Chapter 100

130 Chapters

BAB 91 Fakta Yang Sebenarnya

Fakta Yang Sebenarnya Radit mendatangi kantor Evan Rahardi, dia menemui sahabatnya itu untuk membicarakan hal yang cukup penting dan serius.“Radit, ayo duduk, untuk apa kau datang? tumben sekali,” ucap Evan.“Apa aku tidak boleh mengunjungi sahabatku?” tanya Evan seraya duduk di kursi yang berhadapan dengan meja presdir sebuah bisnis transportasi pariwisata.“Presdir Evan Rahardi,” ucap Radit seraya membaca ukiran kaca yang ada di meja itu.“Ya, ini juga karna dirimu, akhirnya orang tuaku memberikan kepercayaan itu dan bisnis kita bangkit,” ucap Evan.“Kau juga berbakat, jadi jangan pernah menyerah,” ucap Radit.“Aku belajar banyak darimu, oh iya untuk apa kau mengunjungiku? Apa ada hal yang penting?” tanya Evan.“Ya begitulah,” ucap Radit.“Kita baru saja bertemu beberapa hari lalu, jadi pasti ada sesuatu yang penting,” ucap Evan.“Ya, penting bagimu,” ucap Radit.
Read more

BAB 92 Kekhawatiran Rose

Kekhawatiran Rose Rose terlihat menghela nafas ketika mereka berdua sudah berada di dalam mobil.“Ibu, paman Evan memiliki obat yang sangat ajaib, apa aku bisa mendapatkannya?” tanya Noah.“Noah, tapi kau tidak bisa sering sering memakainya,” ucap Rose.“Tidak apa apa ibu, Noah hanya ingin sesekali makan ice cream, boleh ya ibu,” ucap Noah dengan wajah memelas. Rose kembali menghela nafas.“Baiklah, ibu akan menanyakannya pada paman Evan,” ucap Rose.“Apa ibu memiliki nomor ponsel paman itu?” tanya Rose.“Pu-oh, i-iya punya,” ucap Rose gugup.“Jadi dia benar benar teman ibu?” tanya Noah.“Iya, teman ibu sewaktu ibu masih kuliah. Ya sudah kita pulang, sesampainya di rumah Noah harus segera gosok gigi menggunakan pasta gigi khusus yang diberikan ibu dokter, oke?” ucap Rose seraya melihat lembut ke arah putranya itu.“Iya ibu,” ucap Noah seraya tersenyum. Rose mulai
Read more

BAB 93 Cemas

CemasDi kediaman keluarga Hermansyah, Rose terlihat cemas, mondar mandir tidak karuan seraya menggigit ujung jari jempolnya. Dia mulai merasakan takut dan khawatir mengenai kehadiran Evan Rahardi, sang mantan kekasih.“Apa yang harus aku lakukan, Evan tidak boleh mengetahui bahwa Noah adalah anaknya, tidak boleh. Sampai kapanpun, Noah adalah anakku dan juga Vero, sampai kapanpun,” ucap Rose di dalam hatinya.“Apa yang harus aku lakukan,” gumamnya bingung.“Tidak mungkin hal ini terjadi begitu saja, selama sepuluh tahun tidak terjadi apapun, Evan tidak mengetahui apapun mengenai kehamilanku,” ucap Rose yang kemudian menghela nafas panjang.“Tidak, ini hanya ketakutanku sendiri, Evan tidak mengetahuinya,” ucapnya berusaha menenangkan dirinya sendiri.“Hari itu, aku berpisah dengan Evan, dia memang tidak menerimanya, namun kita sama sekali tidak membahas apapun mengenai kehamilan, ya, dia benar benar tidak tahu mengenai k
Read more

BAB 94 Kabar Tidak Menyenangkan

BAB 94 (Dendam)Kabar Tidak Menyenangkan Laura terlihat sudah berada di kantor firma hukum loyal, menjalankan pekerjaannya sebagai seorang pengacara ternama.“Nona, ada kabar yang kurang menyenangkan,” ucap sekretaris Mimih seraya terburu buru.“Ada apa Mimih?” tanya Laura.“Saya baru saja mendapat kabar bahwa nenek dari tuan Vero, presdir berlian grup dilarikan ke rumah sakit karna mengalami gagal jantung,” ucap sekretaris Mimih.“Apa? dari mana kau mendapat kabar itu?” tanya Laura.“Dari salah satu teman yang bekerja di sana, keluarga Hermansyah sedang berada di rumah sakit,” ucap sekretaris Mimih.“Nenek Ellin,” gumam Laura.“Mimih, tolong cari tahu di mana nenek Ellin di rawat, aku akan ke sana,” ucap Laura.“Ta-tapi nona, apa tidak akan membuat curiga jika nona tiba tiba ada di sana?” tanya sekretaris Mimih dengan wajah khawatir. Mendengar hal itu, Laura terlihat menghela nafas
Read more

BAB 95 Firasat

Firasat Evan terlihat turun dari mobilnya, melangkah menuju ke sekolah keponakannya yang juga merupakan sekolah di mana Noah belajar.“Paman, paman menjemputku hari ini? Wah aku senang sekali karna paman setiap hari menjemputku,” ucap Revania yang terlihat keluar dari gedung sekolah bersama beberapa murid lain.“Oh iya, apa kau mau makan sesuatu? Paman akan mengajakmu jalan jalan,” ucap Ecan.“Serius? Wah, ada acara apa?” tanya Revania.“Tidak ada, hanya ingin mengajak keponakan cantik paman jalan jalan,” ucap Evan.“Paman Evan,” sapa Noah.“hai Noah, kau sudah mau pulang?” tanya Evan.“Iya paman,” ucap Noah.“Noah, paman Evan dan Revania akan pergi jalan jalan, apa kau mau ikut?” tanya Evan.“Iya Noah, ayo ikut, biar paman bicara dengan supirmu,” ucap Revania.“Apa tidak apa apa?” tanya Noah.“Tentu saja, akan lebih menyenangkan jika bersama sama,” ucap Evan.
Read more

BAB 96 Rasa Kehilangan

Rasa KehilanganLaura terlihat datang ke kediaman keluarga Hermansyah, memakai pakaian serba hitam, kaca mata hitam dan juga tudung berwarna hitam. Dia berusaha menyembunyikan kesedihan juga rasa kehilangannya. Dari balik kaca mata itu, tersembunyi mata yang terus saja mengalirkan air mata, sedikit membengkak dan memerah, bahkan sisa air mata masih begitu jelas di sudut sudut matanya.Laura tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukannya, padahal dia sudah memiliki rencana untuk nenek Ellin, nenek yang begitu dia sayangi. Dia bahkan sudah membayar deposit sebuah rumah panti khusus untuk lansia, kelas A, VVIP dengan pelayanan terbaik untuk nenek Ellin menghabiskan sisa umurnya. Belum sempat dia mewujudkan keinginan untuk membahagiakan nenek Ellin, wanita tua yang terlihat masih cantik di usia senjanya itu harus pergi, meninggalkan dunia ini, untuk selamanya.“Terimakasih Laura sudah datang untuk mengantarkan nenek ke peristirahatan terakhirnya,” ucap nyonya Anna.“Semoga nenek mend
Read more

BAB 97 Tangis Laura

Tangis LauraLaura terlihat berdiri di atas balkon, menatap lampu lampu yang begitu indah, menyala seperti kunang kunang. Semilir angin menerpa tubuhnya, menggoyangkan rambutnya yang panjang sebahu.Tiba tiba air mata Laura mengalir deras, dia sungguh sangat sedih dengan kepergian nenek Ellin, satu satunya orang yang menyayanginya dengan begitu tulus, dengan segenap perasaan yang ada di hatinya, menerima, mengasihi, memperlakukannya dengan baik, disaat semua orang memperlakukannya dengan tidak baik, menganggapnya sebagai pembantu, orang yang tidak penting, hanya nenek Ellin yang menerima dengan segenap perasaan.“Laura,” ucap Radit lirih. Laura terlihat mengusap air matanya, air mata yang terus mengalir, walaupun dia ingin menghentikan segala tetesan itu, namun air mata itu seolah tidak ingin berhenti mengalir.“Kemarilah,” pinta Radit supaya Laura mendekat ke arahnya. Laura menggeser kakinya ke arah Radit, lalu Radit memeluknya.“Tidak apa apa,” bisik Radit.“Kau tahu Dit, nenek Elli
Read more

BAB 98 Rasa Penasaran

Rasa Penasaran Rose terlihat mondar mandir di kamarnya, dia terlihat memikirkan sesuatu yang tiba tiba terlintas di pikirannya.“Kenapa dia sepertinya begitu kehilangan, padahal dia baru mengenal nenek dan mungkin bertemu saja hanya beberapa kali. Dia terlihat menangis, sangat sedih,” gumam Rose. Ingatannya kembali ke acara pemakaman hari itu. Dia melihat Laura menangis, sejadi jadinya, bahkan ketika tidak ada orang. Kesedihan sepertinya benar benar dia rasakan, kesedihan yang bercampur dengan rasa kehilangan, seperti dua orang yang sudah saling mengenal lama.“Ini sangat mencurigakan, tidak mungkin dua orang yang baru bertemu memiliki ikatan yang begitu kuat, aku akan menyelidikinya,” ucap Rose. Rose terlihat mengambil tas kecil yang ada di atas meja, lalu bergegas keluar dari kamarnya. DI depan pintu kamar, dia menghentikan langkah karna melihat nyonya Anna sudah berdiri di sana.“Kau mau pergi ke mana?” tanya nyon
Read more

BAB 99 Skakmat

Skakmat Rose mendatangi kantor Laura, firma hukum loyal. Dia benar benar sudah tidak tahan dengan apa yang dia pikirkan dan rasakan. Harus ada penjelasan untuk semua perasaan itu.“Saya ingin bertemu dengan Laura,” ucap Rose pada resepsionis.“Apa sudah membuat janji?” tanya resepsionis.“Tidak, apa perlu janji untuk bertemu dengannya? memang sepenting apa dia?” tanya Rose dengan mata bulat penuh, bercampur antara perasaan kesal dan sedikit amarah.“Nona Laura adalah pimpinan disini, jadi dia cukup sibuk,” ucap resepsionis.“Pimpinan? Apa kerennya posisi itu,” ucap Rose kesal, dia terlihat menunjukkan wajah ketidak sukaan, itu terlihat jelas dari ekspresi juga sorot matanya. “Tentu, itu adalah posisi yang penting, karna firma hukum loyal menangani hampir tiga puluh persen kasus hukum di kota ini,” ucap Laura yang tiba tiba mendekat ke arah Rose berdiri.“Wah, apa kau sebangga itu?” tanyaa R
Read more

BAB 100 Rasa Marah Itu

Rasa Marah ItuRose terlihat begitu kesal, sangat kesal, bahkan dia beberapa kali membanting tangannya ke arah stir, memukul berkali kali, menunjukkan dan juga melampiaskan segala kemarahannya.“Wanita itu, aku akan membalasnya, ingat saja, pembalasan akan lebih menyakitkan, seenaknya saja dia mengatakan hal seperti itu,” ucap Rose dengan mata merah.“Dia pikir dia siapa, aku akan membuktikan kekuatan seorang istri, istri sah yang juga memiliki putra. Aku yang akan menang, itu sudah bisa dipastikan,” ucap Rose yakin.Rose terlihat menatap ke arah gedung kantor firma hukum Loyal, dengan pandangan serius, tajam, penuh amarah yang bisa jadi merupakan dendam nyata.Tiba tiba ponselnya berbunyi, itu membuat Rose gugup.“Sial,” bisiknya yang kemudian segera mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya. Di depan layar tertulis Evan, ya, panggilan telephone itu ternyata datang dari Evan. Rose menarik nafas panjang, lalu segera menerima panggilan itu.“Halo,” sapa Rose.“Kau tahu, aku kira kau ti
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status