Home / Pernikahan / Bahagia Usai Ditalak / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Bahagia Usai Ditalak: Chapter 31 - Chapter 40

53 Chapters

BAB 31 [REVISI]

Hari ini, Amara akhirnya bisa merasakan kebebasan setelah beberapa hari terkurung di rumah sakit. Kini keduanya berada di dalam kendaraan roda empat, keheningan menemani mereka, membuat Kean yang biasanya selalu suka ketenangan kini mengeluarkan suara menghilangkan rasa canggung. Lelaki itu kini berbeda, dia bahkan saat Amara di rumah sakit, sama sekali tak pergi ke perusahaan. saat Amara bertanya kenapa tidak pergi bekerja saja, dengan wajah percaya diri dia berucap sombong."Aku bos mereka, mana ada yang berani memarahi karena cuma gak ke kantor." Amara hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala mengingat hal tersebut. Disaat wanita itu terus memandang ke depan, suara Kean memecahkan keheningan yang tadi tercipta. "Apa kamu mau minum," tawar Kean. Mendengar tawaran sang suami, wanita itu langsung menatap wajah lelaki tersebut. Ia menganggukan kepala dan senyuman mengembang dari bibir yang masih pucat. Karena sama sekali tidak memakai perona bibir, yang biasa dipakai. "Aku mau m
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more

BAB 32 [REVISI]

Mata Amara melotot mendapati lelaki yang dulu menyakitinya itu, ia langsung menarik lengan yang digenggam Fadli. "Ngapain kamu cari aku, ha!" sinis wanita itu. "Dan jangan pegang-pegang, bisa! Aku udah punya suami." Mendengar itu rasa sedih menghampiri, rasanya seperti ditusuk terus menerus tanpa jeda saat ditatap Amara yang begitu penuh kebencian. "Jangan gitu, Mara! Aku selalu mencarimu lho," lontar lelaki itu. Amara mendelik mendengar lontaran sang mantan suami, dia tidak memperdulikan nada suara Fadli yang menyedihkan. "Apa yang mau kamu omongin, kalau gak ada mendingan jauh-jauh deh," usir istri Kean ini.Tangan Fadli hendak kembali meraih lengan Amara, tetapi wanita itu segera menghindar membuat lelaki tersebut menatap kecewa. "Ayo kita rujuk, kamu emang yang terbaik, Mara."Wanita itu langsung mendelik lalu berdecak pelan. Dia bersidekap dan menatap sinis pada sang mantan suami. "Dulu kita pernah ketemu dan statusku udah bersuami, dan tadi juga aku udah bilang. Apakah ka
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more

BAB 33 [REVISI]

"Sepertinya kamu sangat bahagia, Fadli!" seru Kean. Lelaki itu tiba-tiba telah muncul di dekat mobil dan langsung membuka pintu kursi belakang dan mendaratkan bokong di jok.Kedua manusia yang berada di depan itu langsung menoleh ke jok belakang. "Mas." Panggilan Amara pada Kean membuat Fadli membulatkan mata. Lalu ia memandang manusia yang berbeda jenis kelamin itu secara bergantian. "Tuan Kean kok ada disini? Apa mobil anda mogok, jadi mau numpang di mobil saya. Dan ... Kamu marah, apa kamu kenal sama Tuan? Kenapa kamu manggilnya gak sopan gitu, harusnya kaya aku dong, manggil Tuan," lontar mantan suami Amara.Amara hanya melirik Fadli lalu kembali memandang suaminya. Ada tatapan kekhawatiran dari binar mata wanita itu, mungkin mengingat jika mantan suaminya memiliki pistol. "Saya mau jemput istri saya," sahut Kean datar. Lelaki itu langsung mengarahkan pistol yang berada di saku ke arah kepala Fadli. Membuat pria tersebut sangat terkejut, bahkan Amara sampai membulatkan mata.
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more

BAB 34 [Revisi]

Dua bukan berlalu, Amara tenggelam dalam mengelola rumah makan yang dihadiahi sang suami. Setiap hari, ia akan datang lebih awal, membantu melayani pelanggan dengan senyuman terus membingkai di bibir. Tidak hanya itu, dia juga selalu ada untuk karyawannya, memberikan bantuan dan kadang motivasi. membuat mereka merasa dihargai walau hanya seorang pegawai. "Sebenernya senang banyak banget pelanggan, tapi ... aku bahkan sempat istirahat dan mengisi perut," keluh Tiara. Perempuan itu memegang perutnya dan tanpa sengaja Amara mendengar gerutuan karyawati tersebut. Ia segera menutup pintu dapur dan mendekati Tiara, tangan pemilik rumah makan ini menepuk bahu pegawainya. Membuat sang empu terkejut. "Eh, Mbak ada di sini," kata Tiara. Suaranya terbata-bata karena gugup, bahkan menggaruk leher padahal tidak merasa gatal. "Iya, baru aja masuk dan denger apa yang kamu keluhin." Mendengar hal itu Tiara menundukan kepala dan memilih-milih pakaian membuat Amara terkekeh. "Gak usah gak enak, h
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more

BAB 35 [REVISI]

Arum langsung bungkam mendengar apa yang dilontarkan oleh mantan menantunya. Lalu saat tersadar segera mengajak teman arisan untuk pulang."Kalau kamu emang pemilik rumah makan ini, kamu harus mentraktir kami dong. Jadi aku gak akan membayar pesanan yang di meja ini semua," seru Arum.Wanita itu menyeringai setelah berkata demikian, lalu ia segera berbalik dan melangkah menjauh. Tetapi hal yang ditunggu tidak keluar dari bibir Amara, ia lekas mendekati istri Kean lagi."Kenpa kamu gak menghentikanku, huh! Jangan terlalu sok," cecar Ibu Fadli.Mendengar itu Amara memiringkan kepala, lalu menatap malas Arum."Buat apa aku ngelarang kamu pergi, kalau mau pergi ya pergi aja," balas Amara.Mantan mertuanya itu merasa kesal karena sama sekali tidak menemukan riak ketakutan di wajah Amara."Buat bayar ini semua lah, kamu pasti tau kalau makanan yang dipesen itu mahal semua. Kamu mana mampuh bayarnya, bahkan gajimu juga mungkin masih kurang."Istri Kean ini hanya menatap datar mantan mertuany
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more

BAB 36 [REVISI]

Dadanya langsung dihantam rasa sesak mendengar hal itu, seperti jantung sedang ditikam berkali-kali, berdarah dan terluka sangat menyiksa. Dia berusaha menahan gejolak emosi yang menyerang, tetapi sangat sulit dikendalikan. Mata wanita itu berkaca-kaca, menahan agar tidak tumpah di hadapan mereka. Tangan Amara meremas pakaian dengan erat, mencoba mencari pegangan dalam kekacauan hati. Dia sudah tak tahan, memilih berlari meninggalkan mereka. Melangkah dengan kaki yang terasa berat, seolah tengah membawa beban dunia. "Kenapa sesakit ini," batin Amada menjerit. Sangat sulit menggambarkan bagaimana kacaunya pikiran wanita itu dan keadaan hati istri Kean ini. Ia meremas dan memukul dada, mencoba melakukan seperti itu agar meredakan rasa sakit yang menghantam. Suara sang suami yang memanggil terdengar jauh di telinga, namun karena sesaknya dada ia memilih mengabaikan panggil itu. Karena lelaki tersebut dia rasa tidak mengejar. "Bahkan ini lebih menyakitkan dari pada saat Mas Fadli me
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more

BAB 37 [REVISI]

Kean yang melihat riak kekecewaan di wajah sang istri segera menggenggam jemari wanita itu. "Kita bahan ini di rumah aja yuk," ajak Kean lembut. Tatapan lelaki itu sangat berbeda saat memandang istrinya. Berpikir ini memang bukan tempat yang pas untuk membicara urusan rumah tangga mereka, Amara menganggukan kepala lalu Kean segera membayar minuman yang tadi ia teguk, tidak lupa membayar punya sang kekasih juga. "Oh iya, kita mampir dulu ke minimarket, buat beli susu, soalnya susu kamu kan habis," seru lelaki tersebut.Mendengar hal itu Amara mengangguk kepala, lalu Kean langsung tersenyum. Dia lekas membuka pintu mobil dan membantu sang istri untuk masuk ke kendaraan roda empat miliknya. Ia lekas melajukan transportasi ini, setelah mampir ke minimarket, lelaki berstatus anak Selena tersebut segera pergi ke kediaman sang Oma. Sedangkan Amara wanita tersebut terlelap, Kean melihat sang istri tidur hanya mengembangkan senyuman. Dia memilih membangunkan perempuan itu, dan saat membuka
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more

BAB 38 [REVISI]

Wanita hamil itu tenggelam dalam lamunan, tetapi tangan terus bergerak melakukan pekerjaan. Sampai ia tanpa sengaja melukai jari telunjuknya sendiri. Cairan berwarna merah langsung terlihat, Selena yang baru sampai melihat adegan tersebut segera berlari mendekat. "Mara! Jari kamu berdarah," pekik wanita itu.Sang mertua segera menyambar lengan Amara, mendengar ucapan Selena. Wanita itu tersadar dari lamunan, ia meringis mulai merasakan perih. Oma Ica langsung mendekati istri cucunya lalu melihat jari Amara dan dengan cepat menyalakan keran lalu membersihkan luka tersebut di air mengalir. Sedangkan Selena bergegas mengambil obat merah dan plester. "Jangan berisik, jangan sampe Kean tau," seru Oma Ica. Amara mengangguk menyetujui ucapan sang Oma, sesekali ia meringis menahan sakit luka di jari yang tengah dibersihkan. "Bener kata, Oma. Jangan sampe dia tau. Kalau dia tau bisa ribet, dia heboh banget kalau aku kenapa-napa."Mendengar perkataan sang Ibu dan menantunya, Selena merasa se
last updateLast Updated : 2022-06-03
Read more

BAB 39 [REVISI]

Amara bergelayut manja di lengan suaminya. Lalu mereka berjalan beriringan menuju tempat di mana mereka akan makan bersamaan. Sesampai di sana, Kean segera menyuruh sang istri duduk dan lekas membantu mengambilkan hidangan untuk Amara. Semua yang melihat adegan tersebut sangat heran. Setelah melakukan hal tersebut, Kean segera memberikan pada sang istri dan lekas mengambil untuk dirinya sendiri. Lirikan lelaki itu menatap sinis ke arah Oma Ica, mendapati pandangan begitu wanita paruh baya ini mengembuskan napas."Maaf ... Oma gak bisa jagain istrimu, bikin dia terluka," tutur wanita paruh baya itu. Semua mata langsung menoleh menatap Oma Ica yang berkata demikian, kecuali Keqn lelaki itu masih sibuk memasukan makanan ke mulut. "Kean ...." Panggilan Oma Ica, suaranya sangat lemah mungkin karena tidak pernah diperlakukan begini oleh cucunya. Amara dengan pelan menyenggol lengan sang suami, membuat lelaki itu menoleh memandangnya dan mengangkat alis tanda bertanya. "Mas ... jangan g
last updateLast Updated : 2022-06-03
Read more

BAB 40 [REVISI]

Semua orang sampai terkejut akibat suara Mawar yang sangat menggelegar. Amara masih berdiri, Kean segera menggeser kursi dan menyuruh wanita itu untuk duduk. Sedangkan Oma lekas mengusap lengan Mawar berusaha menenangkan perempuan tersebut. "Apa gak ada yang ngasih tau kamu, kalau ibu hamil itu gak boleh tidur pagi-pagi! Ini malah kamu bangun siang banget," cecar Mawar. Mawar kini memandang Oma Ica dan Kean meminta penjelasan. "Begini tan ...." Baru saja Kean mengeluarkan suara, Mawar langsung membentak dengan suara lantang. "Begini apa, Kean!" Lelaki itu terperanjak mendengar suara sang Tante, sedangkan Amara semakin menunduk. Wanita itu meremas pakaian membuat dia yang melihat mengembuskan napas kasar. Lelaki tersebut menatap geram Mawar karena membuat istrinya sangat ketakutan. "Udahlah Tante, kenapa sampe segitunya sih! Wajar istriku bangun siang. Dia lagi hamil anak kembar, dia pasti kecapean cuma bawa badannya juga. Gini nih! Aku malas bawa Mara ke sini gara-gara mitos ka
last updateLast Updated : 2022-06-06
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status