Home / Pernikahan / Bahagia Usai Ditalak / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Bahagia Usai Ditalak: Chapter 41 - Chapter 50

53 Chapters

BAB 41 [REVISI]

Tidak terasa kini acara telah di depan mata, semua orang kini tengah dirias dan para lelaki mengenakan pakaian resmi yang telah disiapkan. Tamu undangan mulai berdatangan, dan suami Mawar yang bertugas menyambut karena telah rapi sejak tadi."Selamat datang, kami sangat senang Anda bisa hadir. Silakan, cicipi hidangan yang kami siapkan," seru lelaki itu ramah. Nada suara lelaki itu membuat para tamu yang datang merasa sangat diterima dengan hangat. "Di mana Nyonya besar?" tanya seorang wanita. Dia berpenampilan sangat modis, dengan senyuman genit wanita tersebut mengedipkan mata. Suami Mawar sangat geli melihat hal tersebut, tetapi dia segera menjawab pertanyaan perempuan itu. "Oma masih siap-siap, nanti juga kalau udah selesai turun ke sini," sahut lelaki itu. Mereka yang mendengar mengangguk paham, lalu suami Mawar pamit untuk kembali menyambut tamu yang berdatangan. Mulai banyak orang yang berdatangan dengan jumlah yang sangat banyak, beruntung semua telah siap. Kean memasuki
last updateLast Updated : 2022-06-06
Read more

BAB 42 [REVISI]

"Maafin aku, Mas ... gara-gara aku kamu begini. Tolong ... bangun, Mas! Bangun! Jangan bikin aku takut." Wanita itu menangis sambil terus berusaha membangunkan sang suami. Tangamnya mendekap lelaki tersebut, tubuh gemetar akibat tangisan. Sedangkan mereka di jalanan sepi, jauh dari kediaman Oma Ica. Kean yang mendengar perkataan istrinya, mengulum senyum. Perlahan tangannya terangkat mengelus rambut kekasih tercinta. Merasakan sentuhan tersebut, Amara langsung menjauhkan tubuh mereka lalu memandang wajah sang suami yang bibir mengulum senyuman. Tatapan keduanya beradu, ada rasa sulit diartikan dari pandangan tersebut."Mas, kamu ...." Amara sampai tidak bisa mengeluarkan suara, wanita itu memandang terus wajah suaminya dengan mata berkaca-kaca. "Udah, jangan nangis. Aku gak papa kok, kamu kan tau suamimu ini jagoan. Cuma sedikit pusing aja," ucap Kean pelan. Dia berusaha tidak membuat sang istri cemas, mendengar itu Amara mendekap suaminya kembali."Maafin aku, Mas ... gara-gara
last updateLast Updated : 2022-06-06
Read more

BAB 43 [REVISI]

Kean langsung mendorong Aurel agar tidak terus memeluknya, dia melotot memandang murka wanita itu. Lalu tangan pria tersebut menunjuk wajah perempuan yang menghina sang istri. "Pergi! Jangan membuat masalah yang bikin istriku salah paham lagi. Dan ... jaga batasanmu," sentak Kean. Aurel sangat terkejut dengan reaksi Kean, wanita itu membatu mendengar bentakan lelaki tersebut. Apalagi tatapan dingin yang membuat hawa di sekitar seperti di kutub utara, membuat ia mengigit. "Tapi ...."Wanita itu langsung mengantupkan bibir saat melihat mata lelaki itu seperti hendak keluar saat memandangnya. "Gak ada tapi-tapian, Aurel! Please ... dikasih tau sekali, ngertilah! Aku masih menghargaimu karena kamu sahabatku. Kalau denger kamu menghina istriku lagi awas aja." Orang tua Aurel segera ikut naik ke panggung lalu meminta maaf pada Kean atas nama anaknya. Mereka langsung membawa wanita itu turun, sedangkan perempuan tersebut masih terlihat enggan. "Saya pengen umumin bahwa sudah memiliki is
last updateLast Updated : 2022-06-06
Read more

BAB 44 [REVISI]

Setelah sampai di rumah sakit, Amanda membuka mata setelah diberi minyak kayu putih. Sedangkan Fadli tengah ditangani dokter, Nesa wanita yang melahirkan Amanda, sudah menelepon Arum. Saat menemukan ponsel di saku lelaki yang ia tolong, sebelum masuk ruangan. Wanita itu menunggu Ibu pria tersebut, saat melihat putrinya menguap ia segera menggendong Amanda. "Fadli! Kamu kenapa, Nak! Kenapa bisa begini," pekik Arum. Setelah sampai di sana, Arum langsung berlari melihat lewat jendela. Bahkan Nesa sedikit terkejut akibat suara dan tindakan perempuan paruh baya tersebut. Wanita itu segera menepuk-nepuk Amanda, agar gadis kecil ini kembali terlelap. "Tenang, Bu. Berdoa aja biar anak Ibu cepat pulih." Nesa berusaha menghibur Arum, membuat wanita paruh baya itu menoleh memandang perempuan yang tebakannya menolong Fadli. "Apa kamu yang bawa anakku ke sini?" tanya Arum lemah. Ibu Amanda langsung mengangguk, Arum memegang bahu Nesa membuat wanita itu sekilas melihat tangan perempuan yang me
last updateLast Updated : 2022-06-07
Read more

BAB 45 [REVISI]

Arum segera berlari mencari tempat untuk berteduh, mengingat di kantongnya ada uang. Wanita itu segera merogoh saku lalu memandangi benda yang lumayan basah. Isi dompet yang hanya ada tiga ratus lima puluh rupiah, hasil kerja keras di tempat yang tadi memecat. Ia memang selalu meminta digaji perhari, memandang guyuran hujan yang sekarang lumayan tidak derai segera menerobos karena ingin segera ke rumah sakit. "Aku harus buru-buru nyari kerjaan lagi, tapi di mana ya ...." Arum bergumam lalu segera memasuki uangnya lagi ke dompet dan segera ia taruh di kantong dan segera menerobos hujan. Seseorang mengeryitkan kening kala lalu segera memanggil wanita itu sangat mengenali wajah Ibu Fadli. "Bu ... sini! Cepat masuk mobil, diluar hujan lho," seru perempuan itu. Merasa familiar dengan suara wanita yang memanggilnya, Arum segera mendekat lalu mengeryitkan alis dan segera masuk setelah mengenali wajah Nesa. Lagian tubuhnya menggigil karena kedinginan. "Ini Grandma, pake handuk Manda aja,
last updateLast Updated : 2022-06-08
Read more

BAB 46 [REVISI]

"Tuh udah dibolehin sama Grandma, sekarang ayo kita pergi ketemu Tante Ara dulu ya. Grandma juga di ajak kok, soalnya kita mau pergi ke butik dulu," jelas Nesa. Amanda mengangguk lalu tangannya terulur meminta digendong, Nesa segera menyambut hal tersebut. "Mereka sangat baik, padahal kami baru bertemu beberapa kali. Beda banget sama aku. Aku memandang orang dari statusnya, bahkan menghina Amara ...." ***Ibu Fadli menatap langit malam, karena sang putra masih berada di rumah sakit. Ia kini hanya sendiri di kediaman, biasanya dulu ia berbincang dengan lelaki yang dulu ia kandung selama sembilan bulan itu. Matanya terpejam mengingat kenangan peristiwa tadi, ternyata wanita yang menolong mereka, berjanjian bertemu dengan Amara.Dunia sangat sempit bukan? dia dipertemukan lagi dengan mantan istri anaknya, perempuan yang dulu ia hina kini malah hidup sangat enak. Kalau saja tau mungkin ia memilih tak ikut, karena diri sangat malu akibat Amara sangat beda memperlakukannya. Dikira akan me
last updateLast Updated : 2022-06-08
Read more

BAB 47 [REVISI]

Siska langsung terdiam saat mendengar perkataan Nesa. Ia memilih pergi tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, menebalkan wajah saat meninggalkan tempat ini. "Untung aku tadi belum bawa ke kasir, kalau udah bisa malu banget," batin wanita tersebut. Dia hanya membawa uang senilai lima ratus ribu, ia kjra baju hanya seharga dua ratusan aja ternyata sebesar gaji sebulan. "Maaf, Nes. Buat keributan di butikmu," kata Arum. Nesa langsung memandang Arum saat wanita itu berkata demikian, memang ia yang menyuruh agar Ibu Fadli ini memanggil nama saja tanpa ada embel-embel. "Udahlah, Bu. Mendingan kita jenguk anakmu aja, soalnya Manda pengen ketemu." Arum langsung menganggukan kepala dan menceritakan jika putranya sudah dikasih tau siuman oleh pihak rumah sakit. Amanda segera meminta Bundanya lekas pergi sekarang. Kini mereka sampai di tempat dimana orang berobat, setelah membuka pintu anak Nesa ini mendaratkan pelukan di lengan Fadli membuat pria tersebut terkejut."Ayah ...." Suara Amanda
last updateLast Updated : 2022-06-08
Read more

BAB 48 [REVISI]

Beberapa bulan berlalu, Fadli telah terbiasa dengan keadaannya. Ia bahkan hafal setiap sudut kediaman Arum dan Nesa. Ia menjual rumah tempat dulu ia tinggali bersama Amara. Agar tidak terus larut dapat penyesalan, karena menelantarkan wanita sebaik Amara. "Yah ...." Amanda segera berlari saat melihat Fadli berada di dekat pintu masuk, gadis kecil itu langsung menggenggam jemari pria tersebut. "Apa, Sayang ...," sahut lelaki itu. Tangan pria itu beralih memegang puncuk kepala gadis kecil tersebut, Amanda tersenyum lebar walau lelaki di hadapannya ini tidak melihat senyuman yang begitu manis. "Ayah ... Manda seneng banget akhirnya ketemu Ayah," ungkap Amanda. Gadis kecil itu membawa Fadli agar dia duduk di kursi yang ada si depan pintu, lalu dia duduk dipangkuan lelaki tersebut. "Om juga seneng, Manda," sahut Fadli. Dia mendekap dengan penuh kasih sayang anak Nesa, ia sudah sangat menyayangi gadis kecil itu. "Ayah ... kenapa gak ikut ke rumah Grandma dan Granpa? Padahal di sana
last updateLast Updated : 2022-06-09
Read more

BAB 49 [REVISI]

Suami Amara ini segera menerima semua hadiah dari Nesa, lalu meminta sang pembantu untuk lekas menyimpan di setumpuk kado. Tatapan tak senang masih terpancar di manik mata pria tersebut. Dan ia mengerutkan kening kLa melihat Fadli yang di pegangi Arum, bahkan tangan satu memegang tongkat. "Kenapa lo bawa mereka sih," ketus lelaki itu. Nesa mengangkat sebelas alis dengan ucapan ketus sang teman. Ia memandang suami Amara dengan tatapan keheranan. "Emangnya ada masalah? Mereka cuma mau liat jenguk Ara sama anaknya lho ...." Jawaban Nesa mendapatkan dengkusan dari lelaki itu. "Bener ternyata, ternyata lo kenal sama mereka," ucap suami Amara. "Nih gue kasih tau, gue gak suka liat mereka tau gak!" Kean sama sekali tidak menyembunyikan rasa bencinya, membuat Arum meremas tangan anaknya. Sedangkan Fadli menelan ludah, ia memang tidak bisa melihat riak marah suami Amara ini. Tetapi mendengar suara dan hawa di ruangan tersebut membuat Fadli seperti kesulitan bernapas. "Maafin saya, Bos.
last updateLast Updated : 2022-06-10
Read more

BAB 50 [REVISI]

Mantan suami Amara ini telah ditangani oleh dokter pribadi keluarga Kean. Pria tersebut masih terbaring lemah di atas ranjang, netranya masih tertutup rapat. Padahal dua jam telah berlalu, Amanda memandang cemas lelaki yang dipanggil Ayah. Air mata bercucuran, karena tidak bisa melakukan apapun untuk Fadli, dia memegang lengan pria tersebut. "Ayah ... ayo dong bangun! Jangan buat Manda takut, Manda minta maaf gara-gara ninggalin Ayah." Isakan terdengar sangat memilukan, ia bahkan mendaratkan bibir berkali-kali ke punggung tangan lelaki itu. Nesa, melihat keadaan sang anak, ia segera merengkuh tubuh kecil putrinya. Menepuk-nepuk berusaha menenangkan, saat Amanda sudah tidak menangis, dia langsung membenamkan wajah di dada perempuan yang melahirkannya. Sementara itu, Fadli mulai menunjukkan tanda kesadaran. Dia menggerakan jari, tetapi mata masih tertutup rapat. "Aku kenapa," ucapnya lemah. Mendengar suara sang anak, Arum langsung mengusap kening Fadli dan mendorong rambut agar tida
last updateLast Updated : 2022-06-12
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status