Home / Pernikahan / Suami yang Tak Sempurna / Chapter 1 - Chapter 5

All Chapters of Suami yang Tak Sempurna: Chapter 1 - Chapter 5

5 Chapters

1. Prolog

PL :Mas Arga, ini rekap orderan sudah aku kirim ya. Have Fun ya. PL :rasanya sepi enggak ada Mas Arga PL : Oh ya, jangan lupa pesanku ya. Netranya membeliak saat melihat nama PL masih memanggil. Melani hanya membiarkan saja hingga panggilan itu berakhir dengan sendirinya. Jemarinya bahkan gemetar saat hendak menekan kode ponsel Arga. Setelah terbuka, tiga notifikasi pop up pesan dari PL, bisa Melani baca dengan jelas. Namun, siapa PL, Melani tidak mengenalnya secara langsung. Melani sangat mengenal dengan baik siapa dan bagaimana Arga. Mereka sudah bersama hampir enam tahun, sehingga tidak mungkin bila suaminya itu berkhianat. Setidaknya itulah yang ingin Melani percayai.  Melani tidak dapat lagi membendung air matanya. Dia menggigit bibirnya sendiri agar isakannya tidak terdengar. Hanya pesan, dan belum tentu terjadi sesuatu antara Arga dan PL. Namun, bagaimana bisa Melani berpikir positif, sejak kapan suaminya itu dekat dengan seseorang
Read more

1. Hinaan Mertua

"Kalian ini kan udah mulai mapan, usaha juga makin maju, cobalah ke dokter spesialis atau kalau enggak ke klinik khusus bayi tabung, biar bisa tahu kendalanya apa dan tindakan apa yang harus diambil," ucap Bu Ratmi. "Ma ...." Melani menegur mamanya dengan lembut, selain itu, ia sangat tidak enak dengan Arga--sang suami yang mulai terlihat tidak nyaman. Setiap mereka bertandang ke rumah keluarga besar Melani, sambutan Bu Ratmi memang kurang ramah sejak Arga diperkenalkan oleh Melani sebagai pacar pertama kali. "Kalau memang masih belum cukup uangnya, deposito sama rumah warisan  almarhum papa bisa kamu pakai Mel, jangan kayak orang susah, buat cek kondisi kesehatan aja masa nggak bisa?!" sekali lagi Bu Ratmi semakin pedas dalam bertutur. "Ma, kita tuh nyantai kok, lagian zaman sekarang ini menikah nggak cuma karena pengin punya anak, tapi banyak hal lainnya," sanggah Melani. "Hal lain apa? Orang nikah tujuannya berkeluarga dan punya anak, kalau bu
Read more

2. Godaan

Arga kembali mengecek pekerjaan dan rasa masakan yang disajikan pada menu hari ini. Pada satu tahun awal, Arga memasak secara penuh dibantu dengan dua orang pegawai. Ia memiliki pengetahuan dan kemampuan memasak merupakan bekal dari kemampuannya bekerja di hotel sebagai asisten chef juga resep dari ibunya yang juga merintis kedai warteg sejak ayahnya meninggal dunia. Satu tahun setelah menikah dengan Melani, Arga memutuskan untuk resign bekerja dan membuka usaha sendiri. Awalnya hanya katering harian, tapi perlahan, Arga memutuskan untuk juga membuat warteg prasmanan. Kini usaha mereka sudah berjalan hampir empat tahun dan hasilnya pun mulai tampak.Setelah selesai melakukan cek pada pekerjaan di dapur, Arga kembali ke arah depan da duduk di sebelah Siska. Sudah biasa memang. Karena saat jam-jam setelah makan siang begini, biasanya akan ada rekapan untuk cek order harian, apakah ada yang cancel atau tambahan order."Enggak ada penambahan yang order ya Sis,
Read more

3. Kecurigaan

Arga termenung saat kembali memikirkan kejadian di kamar mandi beberapa waktu lalu. Ia sama sekali tidak pernah menceritakan pada Melani. Hanya saja, Arga merasa bersalah pada istrinya. Sungguh, ia pun tak menyangka juga tidak pernah berpikir akan seperti itu. Kini, ia hanya berharap bahwa tidak ada yang pernah melihat perbuatannya dengan Siska, apalagi sampai terdengar di telinga Melani. Bagaimanapun juga, Arga tidak ingin menceraikan istrinya meskipun sampai saat ini, mereka belum memiliki keturunan. "Mas, kenapa ngelamun?" tanya Melani yang merasa agak heran dengan Arga yang beberapa hari ini tampak melamun, entah memikirkan apa. Melani pun tidak tahu.   Melani mendekat dan duduk di samping Arga. Seperti biasa, kepalanya bersandar di bahu suaminya dan Arga akan senang mengusap-usap rambutnya. "Rambut rainbow kamu lucu," ucap Arga. "Cocok kan tapi?" Sembari mengecup puncak kepala istrinya, Arga juga menghidu rambut Melan
Read more

4. Ikhtiar

Bab 7 Siska: Pak Arga, yang waktu itu di kamar mandi, perlu saya kembalikan enggak? Arga meremas ponselnya. Pesan Siska membuat wajahnya merah padam hingga sanggup membuat dadanya berdentam kuat. Sial! Gadis itu mengirimkan pesan bernada provokasi yang membuatnya mengingat kembali kejadian di kamar mandi yang membuatnya semakin dilema. Ia tertunduk sembari membungkukkan badannya. Di sebelahnya, Melani duduk dengan tidak tenang. "Mas Arga, kamu kenapa? Gugup ya?" Sama Mas, aku juga gugup." Arga meringis dalam hati. Dosanya seakan kian bertambah. Arga bukan gugup karena akan memeriksakan diri, tapi justru karena pesan Siska. Buru-buru Arga memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, kemudian Arga menggenggam tangan Melani yang terasa dingin. "Kita hadapi sama-sama ya, dan tetap yakinkan diri kita agar tidak akan pernah berubah setelah hasil semuanya keluar," ucap Arga dengan meyakinkan. Melani mengangguk dan netranya berkaca-kac
Read more
DMCA.com Protection Status