Home / Romansa / Istri Belian / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istri Belian: Chapter 31 - Chapter 40

102 Chapters

Bab 31|Sebuah Kecerobohan

~Benedict~ Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku tidak bisa tidur. Rasanya sudah lama aku hidup dengan tenang, meskipun aku tidak punya banyak teman. Aku hanya punya Nelson dan Karno, tetapi hidupku terasa lengkap. Keteledoranku sendiri pada malam sebelumnya yang membuat aku jadi begini. Mengapa? Mengapa aku menoleh saat dia berniat mencium pipiku? Aku tidak akan merasa bersalah bila kecelakaan itu tidak pernah terjadi. Aku juga tidak akan merasa malu untuk menghadapi dia lagi. Seharusnya aku tidak mengabaikan dia sepanjang pagi tadi. Tetapi ini adalah pengalaman pertamaku dan aku tidak tahu harus bersikap bagaimana. Aku tergoda untuk bertanya kepada Nelson, apalagi dia sudah pengalaman berpacaran dengan calon istrinya. Mengingat kami tidak pernah berbagi masalah pribadi, aku mengurung niatku tersebut. Seperti orang bodoh yang kehilangan akalnya, aku juga tidak bisa konsentrasi bekerja. Nelson sudah berulang kali menangkap basah aku tidak mendengarkan laporan darinya. Kecepatanku
last updateLast Updated : 2022-07-01
Read more

Bab 32|Ancaman Serius

Ini semua adalah salahku. Aku sudah tahu bahwa Ken dalam keadaan panas ketika dia datang. Aku malah terus memprovokasinya, sengaja menguji batas kesabarannya. Kehilangan dua monitor bukanlah kerugian besar, karena aku bisa segera mendapat gantinya. Tetapi Delima, bila sesuatu yang buruk terjadi kepadanya, aku tidak akan pernah bisa mengampuni diriku sendiri. Dengan tubuh kerdilku, kakiku tidak cukup panjang untuk berlari mendekat agar bisa menolongnya. Aku bahkan tidak bisa mengeluarkan suaraku untuk memberinya peringatan. Ekspresi wajahku pasti sama dengannya. Hanya bisa pasrah melihat benda itu melayang tepat ke arah kepalanya. “Ibu, awas!!” seru Nelson yang segera menarik tangan Delima. Aku tidak membiarkan mataku terpejam agar bisa menyaksikan sendiri akibat dari kecerobohanku. Untungnya, apa yang aku takutkan tidak terjadi. Nelson berhasil menolong Delima pada detik-detik terakhir dan terhindar dari papan nama tersebut. Benda itu membentur pintu dengan bunyi yang keras sebelum
last updateLast Updated : 2022-07-02
Read more

Bab 33|Buruk Rupa

~Delima~ Aku dan kakakku bukanlah saudara kandung yang ideal, yang bisa dijadikan contoh oleh orang lain. Kami sering bertengkar, suka membuat satu sama lain kehilangan kesabaran, sampai orang tua kami pusing dan lepas tangan. Tetapi tidak pernah tebersit dalam benak kami untuk menyakiti dengan melempar barang-barang berat untuk menimbulkan rasa takut. Ya, Tuhan. Tubuh Kenneth lebih tinggi dan besar daripada Ben. Hanya dengan menaikkan suaranya, aku yakin Ben sudah merasa gentar. Dia tidak perlu bertindak ekstrem dengan melempar monitor kerjanya atau papan namanya. Ben tidak akan berani melawan permintaannya. Dan seperti biasa. Ben lebih memilih diam dan tidak membahas apa yang baru saja terjadi. Semua hal yang ada hubungannya dengan keluarganya atau perasaannya adalah hal yang tidak akan pernah mau dibicarakannya denganku. Aku tahu dia tidak membahas masalah pribadi dengan Nelson atau Karno, tetapi masa denganku juga tidak? Lalu siapa lagi yang akan membela dia kalau bukan istrinya
last updateLast Updated : 2022-07-02
Read more

Bab 34|Rekan Kerja

Pria tampan bertubuh tinggi itu tersenyum ramah kepadaku. Matanya yang menyipit itu membuat aku ikut tersenyum. Dari begitu banyak gedung perkantoran yang ada di ibu kota, aku terkejut bertemu dengannya di gedung ini. Dilihat dari tanda pengenal yang menggantung di lehernya, dia adalah karyawan yang bekerja untuk perusahaan Ben. Wanita yang berdiri di sisinya tampak tidak asing bagiku. Dia yang awalnya tersenyum, kemudian memasang wajah serius setelah mengamati wajahku. Ah, iya! Aku tahu. Kami pernah bertemu. Dia adalah perempuan yang memanggil Elan saat kami bertemu di restoran hotel. “Aku tidak menyangka akan bertemu kamu di sini!” seru Elan senang. Dia segera menutup mulut dengan tangannya ketika aku meletakkan telunjukku di depan bibirku. Kami berdiri berdekatan ketika elevator menuju lantai dasar. Aku hanya tersenyum saat dia sesekali menoleh ke arahku dengan wajah heran. Begitu tiba di lantai dasar, kami sama-sama keluar dengan pengguna lift lainnya. Aku menuju kantin, dia dan
last updateLast Updated : 2022-07-03
Read more

Bab 35|Sahabat Baik

“Hari Valentine sudah lama berlalu. Siapa yang mengirimi kamu sekotak cokelat dengan setangkai mawar merah?” tanya Dhini setengah berbisik agar karyawan lain tidak mendengarnya. “Sudah pasti orang yang tahu Delima bekerja di sini dan berada di divisi ini,” bisik Jerome sambil bertukar pandang dengan Dhini. Mereka tersenyum penuh arti. Aku hanya diam, mengabaikan canda mereka. Di satu sisi, aku tahu ini bukan dari Ben. Tetapi di sisi lain, tidak ada pria lain yang mungkin mengirim hadiah ini untukku. Lalu selain rekan kerjaku, siapa lagi yang tahu aku bekerja di sini? Tanpa membuang waktu lebih lama, aku mengambil kartu yang tertempel pada kotak cokelat itu. Aku membuka dan membaca isinya. Semoga ini masih cokelat kesukaan kamu, dan aku minta maaf. E.K. Hanya satu orang yang aku kenal yang punya inisial itu. Elan Kusumajaya. “Ahh, si sahabat baik,” gumam Dhini menggoda aku. “Dia bahkan tahu cokelat kesukaanmu. Detail yang jarang diketahui oleh teman biasa.” Dia dan Jerome saling ber
last updateLast Updated : 2022-07-03
Read more

Bab 36|Berbeda Pendapat

Tanganku yang sedang menyendokkan bubur ke mulutku terhenti di udara. Aku meletakkan sendok itu ke mangkuk dan menoleh ke arahnya. Aku tahu bahwa kedatangan Kenneth akan berakibat buruk baginya. Dia sebelumnya sangat terharu dan bersemangat mendengar undangan Kakek untuk menghadiri acara tersebut. Kalau bukan karena adiknya, dia tidak akan berubah pikiran. “Apa ini karena ancaman adikmu?” tanyaku pelan. Dia hanya diam dengan mengunyah suapan terakhir buburnya dengan cepat. “Kakek yang mengundang kita untuk datang. Adikmu atau keluarga yang lain tidak bisa menghalangi kamu untuk menghadiri acara tersebut.” “Sebaiknya kamu mengajak Karno saat berbelanja. Dia tidak akan mengeluh bila kamu membawanya berkeliling.” Dia meneguk air minumnya, lalu turun dari kursinya. Mangkuk, piring, dan gelas yang sudah kosong itu dibawanya ke wastafel. “Baik. Kalau kamu tidak mau pergi, aku yang akan pergi sendiri.” Aku melanjutkan makanku dan mengabaikan dia yang sedang menatap aku penuh protes. Setela
last updateLast Updated : 2022-07-04
Read more

Bab 37|Tamu Undangan

~Benedict~ Aku tidak percaya bahwa aku akan kalah berdebat dengan wanita itu. Tetapi itu bukan karena aku kehilangan kemampuan dalam berargumentasi. Dia memegang tanganku begitu lama dan aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Mengapa ini selalu terjadi kepadaku? Dia selalu saja bertindak tanpa berpikir panjang. Setelah melihat bagaimana Kenneth meluapkan emosinya, seharusnya dia merasa takut kepada adikku itu. Tetapi tidak. Dua monitor yang rusak dan satu papan nama yang dia lempar tidak membuat wanita keras kepala itu gentar. Bagaimana mungkin aku membiarkan seorang wanita yang tidak tahu apa-apa, yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah antara aku dan keluargaku, menghadiri acara itu seorang diri? Dia tidak akan bisa menghadapi mereka sendirian. Karena itu aku menyeret kakiku keluar dari apartemen dan meminta Karno menjemput aku saat Delima sedang dirias di salon. Aku hanya diam ketika dia menoleh dan terkejut melihat kehadiranku. Anehnya, jantungku perlahan berdetak lebih c
last updateLast Updated : 2022-07-05
Read more

Bab 38|Sang Penyelamat

Petugas keamanan itu melihat ke arah sang asisten. Pria yang tadi merasa orang penting itu juga memucat. Mereka bersikap begitu percaya diri tadi, mengapa sekarang mereka gugup? Pasti karena perintah pengusiran kami tidak berasal dari Kakek. Aku kembali melihat ke bagian dalam hotel. Kenneth sudah tidak ada di sana. Dia pasti bersembunyi di suatu tempat. “Jangan berdiri di sini terus. Ayo, masuk,” ucap Kakek yang datang bersama asisten pribadinya. “Acara akan segera dimulai. Aku tidak mau kalian terlambat menerima potongan kue.” Delima melihat ke arah kedua pria itu dengan tajam, lalu menggandeng tanganku untuk mengikuti Kakek menuju aula. Genggamannya terasa hangat sehingga jantungku kembali berdebar lebih cepat. Aku melihat orang-orang menatap kagum ke arah Delima dan melihat aku dengan tatapan tidak suka. Aku mengabaikan sikap mereka dengan mengangkat dagu dan berjalan dengan bangga di sisinya. Dengan Kakek berjalan bersama kami, tidak ada lagi yang berani menghalangi aku dan Del
last updateLast Updated : 2022-07-05
Read more

Bab 39|Hanya Sementara

Dia menoleh ke arahku dan menatap aku dengan bingung. “Apa maksud pertanyaanmu itu? Aku adalah istrimu. Apa yang salah dengan bersikap peduli dan perhatian kepada suamiku sendiri?” “Kamu mengerti apa maksudku. Kita tidak menikah untuk selamanya, Ima. Ini hanya sementara saja,” ucapku mengingatkannya. Aku percaya sepenuhnya kepada Karno, karena itu aku tidak keberatan dia mendengar percakapan ini. “Jadi, kamu mau kita saling mengabaikan dan tidak saling menyapa satu sama lain, begitu? Kamu mau aku diam saja dan menutup mata atas apa yang terjadi kepadamu?” tantangnya. “Aku tidak bilang begitu.” “Tetapi itu yang kamu maksudkan. Kamu tidak mau aku peduli dan perhatian kepadamu. Itu artinya kamu mau aku mengabaikan kamu,” katanya tidak mau kalah. “Karno, apa tuanmu selalu bersikap begini kepada orang yang peduli kepadanya?” “Anda seratus persen benar, Nyonya,” jawab Karno sambil melirik ke arahku lewat kaca spion. “Kalau ada orang di dunia ini yang menghabiskan hidupnya untuk membukti
last updateLast Updated : 2022-07-05
Read more

Bab 40|Karyawan Terbaik

~Delima~ Aku tidak tahu apa yang ada di dalam kepala Elan ketika aku meminta dia untuk tidak melakukan ini lagi. Apa dia pikir aku tidak serius dengan ucapanku itu? Saat aku memasuki bilikku, setangkai mawar merah terletak di samping kibor komputerku. Aku langsung tahu bahwa dia yang mengirimnya. Jerome dan Dhini yang selalu ingin tahu mengenai aku, segera berdiri di sisiku. Dhini mengeluh karena tidak ada cokelat, hanya setangkai bunga. Tetapi dia tidak kembali ke biliknya sebelum menyampaikan pendapatnya mengenai tujuan Elan mengirim bunga tersebut. “Kalian bertiga sedang menggosipkan apa di sana? Ayo, bersiap-siap. Sebentar lagi jam kerja dimulai.” Puput melewati bilikku, tetapi dia menyempatkan untuk mengintip apa yang ada di atas mejaku. Aku hanya menggelengkan kepala. Sudah beberapa hari ini mereka bertiga berharap akan menemukan sekotak cokelat lagi di atas meja kerjaku. Tidak seperti pada minggu sebelumnya, Puput mulai memercayai aku untuk mengurus transaksi yang terjadi pa
last updateLast Updated : 2022-07-06
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status