Semua Bab Cinta Setengah Hati: Bab 41 - Bab 50

172 Bab

EMPAT PULUH SATU

"Mau kemana?" Tanya Tasya sambil berkacak pinggang melihat Johan yang mulai berpakaian rapi. Tasya melirik jam di dinding dan mendapati waktu sudah hampir jam 9 malam. Berniat kemana suaminya malam begini. "Hmmm… itu. Arvan memintaku untuk menjemputnya sayang. Aku janji hanya sebentar," ucap Johan dengan perasaan bersalah. Tasya terlihat geram mendengar nama itu. Selalu saya pria itu mengusik kehidupan suaminya tanpa kenal waktu. "Selalu Arvan. Apa dia tidak memiliki orang lain selain dirimu untuk dia hubungi saat ini," pekik Tasya kesal. Arvan sungguh sangat keterlaluan. Tasya mengerti kalau mereka sudah bersahabat sejak lama. Tapi dirinya juga butuh waktu berdua dengan suaminya. Tidakkah seorang Arvan seharusnya memahami hal itu. Johan pria beristri sekarang. "Aku janji. Sebelum tengah malam aku sudah berada di rumah," ucap Johan sambil memeluk Tasya. Tasya memilih memalingkan wajahnya karena kesal pada suaminya yang lebih memilih sahabatnya. "Maafkan aku sayang, janji sebelu
Baca selengkapnya

EMPAT PULUH DUA

Seminggu kemudian Amanda kembali menemui Arvan di kantornya. Siska yang menemuinya di meja sekretaris hanya menatapnya dengan pandangan meremehkan tetapi Amanda tidak peduli. Dia bahkan tidak memikirkan resiko dari tindakannya jadi dia tidak memiliki waktu untuk memikirkan apa yang ada di kepala Siska "Kamu sungguh tidak tahu malu, kau sudah memutuskan untuk menghilang, apa yang membuatmu berubah pikiran,” ucap Siska dengan nada sinis. Amanda hanya diam tidak ingin menanggapi apapun. Ini adalah masalahnya dengan Arvan. Amanda rasa sekretaris Arvan tidak memiliki urusan dalam masalah ini. "Kalau kau berpikir pak Arvan masih orang yang sama seperti tiga tahun lalu , kau salah. Arvan yang sekarang hanya mencintai dirinya sendiri,” ucap Siska masih dengan nada mengejek. "Terima kasih Siska, sudah mengingatkanku. Aku akan mengingatnya dengan baik,” balas Amanda cuek. "Dasar,, wanita murahan,” ucap Siska lirih sambil beranjak dari kursinya dan membuka pintu kerja Arvan. Amanda mendenga
Baca selengkapnya

EMPAT PULUH TIGA

Malam ini suasana di sebuah kelab malam sedang riuh. Lampu warna-warni berkelap-kelip diiringi music menghentak dari disk jockey membuat siapapun yang berada di dalam ruangan akan menggerakkan badannya mengikuti alunan musik.Suasana disana penuh dengan kesenangan. Semua orang terlihat santai menikmati alunan musik, tapi hal itu tidak berlaku bagi Arvan. Dia hanya duduk di meja di depan bartender sambil menikmati minumannya dalam diam. Entah sudah berapa lama dan berapa banyak dia minum, Arvan tidak peduli. Yang dia tahu dia hanya ingin mabuk dan melupakan kejadian hari ini.Seorang wanita berpakaian merah dengan tampilan sedikit glamour yang duduk tidak jauh dari Arvan tampak sedang memperhatikan Arvan dan mulai mendekatinya dengan duduk di kursi di sebelah Arvan."Sendiri aja?" Tanya wanita itu tepat di telinga Arvan dengan nada dibuat manja.Arvan menoleh dan memperhatikan gadis itu. Tapi sedetik kemudian dia kembali menegak minumannya sampai habis."Gue perhatiin,, loe agak suntuk.
Baca selengkapnya

EMPAT PULUH EMPAT

Siang itu di rumah kontrakannya, Amanda terlihat mondar mandir sambil menelpon seseorang. Dia terlihat sedang terlibat dalam pembicaraan yang penting.“butuh berapa hari untuk proses pemindahannya?” Tanya Amanda kepada seseorang ditelpon."Karena kita melakukan perjalanan darat. Mungkin memerlukan sekitar 2 sampai 3 hari bu," jawab seseorang di seberang."Apakah proses ini aman untuk perkembangan jiwa mama saya," ucapnya lagi.“Psikiater harus melakukan observasi terlebih dahulu kepada pasien, Bu. Memastikan bila ibu anda siap melakukan perjalanan jauh. Setelah observasi dilakukan, baru bisa diputuskan oleh psikiater apakah ibu anda siap untuk dipindahkan atau tidak,” Terang seorang ditelpon yang sepertinya dari pihak Rumah Sakit Jiwa tempat mama Amanda menjalani perawatan.“baiklah suster,, tolong kabari saya perkembangan mama saya yah. saya tunggu informasinya secepatnya," ucap Amanda kemudian panggilan itu terputus. Amanda hanya bisa menggigit kuku jarinya. Kebiasaan yang sering di
Baca selengkapnya

EMPAT PULUH LIMA

Amanda menggunakan dress di bawah lutut berwarna biru gelap dan mengikat rambutnya. Tampilannya terlihat sederhana tapi elegan. Dia hanya menggunakan riasan tipis menampilkan wajah polos nan mulus. Arvan sesekali mencuri pandang memperhatikan Amanda yang hanya diam di kursi penumpang di sebelahnya. “kamu tidak penasaran kita akan kemana?” Tanya Arvan memecah keheningan di dalam mobil. “aku akan mengikuti kemana saja kau pergi," jawab Amanda singkat. “termasuk jika aku mengajakmu ke KUA?” Balas Arvan sambil fokus pada jalan yang tidak terlalu padat. Amanda memandang Arvan dengan kesal. Dan Arvan hanya tertawa. Menyenangkan menggoda Amanda seperti itu. Ponsel Arvan berbunyi dan dia segera mengangkatnya. “Tentu aku merindukanmu,” Ucap Arvan ditelpon. Amanda hanya melirik. Bagaimana mungkin dia mengatakan merindukan wanita lain didepan wanita yang sedang dipaksanya untuk menikah. “aku akan kesana.. aku sangat merindukan masakanmu,, iya. Aku juga mencintaimu”, ucap Arvan kemudian mema
Baca selengkapnya

EMPAT PULUH ENAM

"Apa yang dilakukan perempuan hina itu di rumahku? Bagaimana bisa kau membawanya kemari, Arvan!”, teriak Cahyudi Baskoro membuat Amanda terlonjak karena kaget. Amanda hanya dapat tertunduk. Dia tidak berani menatap orang tua Arvan. Pria itu sungguh berniat membawanya ke neraka. Dan neraka pertama bagi Amanda adalah orang tua Arvan. Sejak awal mereka tidak merestui hubungannya dengan Arvan. Walaupun di depan Arvan mereka tidak menunjukkan secara langsung tapi sikap dan cara bicara mereka yang terkesan angkuh dan dingin pada Amanda membuat Amanda menyadari hal itu sejak lama. Apalagi sekarang setelah dirinya meninggalkan anak tunggal mereka. Tentunya mereka sangat membenci Amanda. Dirinya sadar akan hal itu. Arvan sunggu berniat menjebaknya. Seharusnya dia bertanya tadi jadi dia akan mempersiapkan mentalnya menghadapi orang tua Arvan. “Yah,,,, namanya Amanda,” ucap Arvan berusaha tetap tenang. “Ayah tidak peduli. Bukannya dia sudah meninggalkanmu, bagaimana bisa dia kembali?" Ucap cah
Baca selengkapnya

EMPAT PULUH TUJUH

Setelah pertemuan dengan orang tua Arvan di kediaman mereka, Arvan tidak lagi memperdulikan waktu dan tempat untuk mengganggu Amanda. Bahkan seluruh karyawan di toko tempat Amanda bekerja tahu bahwa dirinya memiliki hubungan khusus dengan pemilik gerai mereka. Staf toko yang sebelumnya memperlakukannya biasa saja, mulai berubah. Bahkan kepala gudang mereka tidak akan memarahi Amanda bila dia terlambat ataupun melakukan kesalahan. Amanda juga sering mendengar rekan kerjanya membicarakannya dari belakang. Menuding dirinya menggoda sang pemilik gerai. Bahkan dia mendengar rumor bahwa dirinya sengaja membuntuti sang pengusaha itu dan menggodanya. Namanya kini dicap sebagai gadis nakal dan licik yang suka menggoda orang kaya. Atau lebih tepatnya 'sang penggali emas'. Hal itu sungguh membuat Amanda merasa tidak enak.“Dita,,, apa kau juga akan memperlakukan aku seperti yang lain," ucap Amanda yang menghampiri Dita yang sedang berada di meja kasir.“maksud mbak apa?" Tanya Dita salah satu r
Baca selengkapnya

EMPAT PULUH DELAPAN

Amanda keluar dari toko di sore hari setelah selesai waktu shift kerjanya. Di parkiran toko itu dia mendapati mobil pajero sport milik Arvan sudah terparkir rapi disana. Amanda menatap tidak percaya. Arvan menurunkan kaca jendela disisi kemudi dan mengisyaratkan Amanda untuk naik ke mobilnya. Amanda hanya dapat menghela nafas sebelum menaiki mobil itu. “tidak bisakah kamu menghubungi dulu," ucap Amanda jelas tidak suka pada kebiasaan baru Arvan yang suka muncul tanpa memberitahu ketika dia sudah masuk ke dalam mobil.“memang kenapa? Kamu ini tunanganku. Apa salah bila aku datang menjemputmu," ucap Arvan ketus.Amanda sadar percuma berdebat dengan Arvan karena pria itu tidak akan mengalah kepadanya. Tapi dia juga membutuhkan kenyamanan saat bekerja dan kehadiran Arvan yang seenaknya jelas membuatnya tidak nyaman.“setidaknya kabari aku. kamu membuatku tidak enak dengan pegawai yang lain," ucap Amanda.Terima kasih kepada Arvan. Berkat dirinya dan kedatangannya yang muncul sesuka hati.
Baca selengkapnya

EMPAT PULUH SEMBILAN

Mereka tiba di halaman depan kontrakan Amanda yang tidak terlalu luas yang hanya bisa di parkir tiga mobil. Arvan menghentikan mobilnya tepat di depan kontrakan Amanda dan ikut turun ketika Amanda turun dari mobilnya.Avan tampak memperhatikan rumah kontrakan sederhana itu dengan lebih teliti. Sementara Amanda sedang memilah isi tasnya mencari dimana dia menyimpan kunci kontrakannya. Ketika menemukannya dia segera membuka pintu kontrakannya. Amanda terkejut menyadari ARvan sudah berdiri tepat dibelakangnya.“Terima kasih sudah mengantarku, Arvan,” ucap Amanda sebelum membuka pintu rumahnya.“Apa kau tidak ingin membawa tunanganmu masuk ke dalam," ucap Arvan sambil membuka pintu rumah yang sudah tidak terkunci dan tanpa meminta izin Arvan melangkahkan kakinya masuk ke ruang tamu rumah kontrakan Amanda. Memperhatikan sekilas dan memilih duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan itu.“ini sudah hampir malam Arvan, sebaliknya kau pulang," ucap Amanda sedikit panik. Hari sudah menjelang
Baca selengkapnya

LIMA PULUH

"Menurutmu bagaimana Jo, aku rasa lebih baik pintunya diubah agar lebih memudahkan barang yang akan masuk," ucap Arvan sambil memperlihatkan rancangan sebuah bangunan.Dia sedang membahas rancangan toko yang akan dibangun di Surabaya."Kamu tahu aku bukan ahlinya. Aku ini lulusan manajemen, tidak mengerti hal seperti ini, Aku setuju saja," ucap Johan yang memilih merebahkan badannya di badan sofa."Sial. Setidaknya kamu bisa memberi saran," ucap Arvan setengah kesal.Johan mengedikkan bahunya. Dia datang ke ruangan Arvan karena ingin mengajukan izin. Dirinya ingin menghabiskan waktu beberapa hari di Bandung bersama istrinya. Tapi bukannya memberikan izin, Arvan malah menahannya untuk membahas rancangan bangunan. Sesuatu yang tidak dia mengerti."Apa aku harus bertemu Harris? Aku sangat malas melihat wajahnya," ucap Arvan kesal."Yah. Sebagai konsultan untuk proyek ini, kamu memang harus menemuinya," saran Gio. Arvan menatapnya kesal."Aku hanya memberikan saran. Anggap saja kamu seda
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
18
DMCA.com Protection Status