"Saya juga tak tahu. Nomornya tidak tersimpan di ponsel," jawabku. "Kalau begitu nanti saya ikut." Muzakka dengan percaya diri mangajukan diri untuk menyertaiku. Hmm! Apa tidak mengapa mengajak Muzakka ke sana? Sementara penelepon asing memintaku untung datang sendiri. "Dia memintaku datang sendiri," ucapku padanya. Aku tak ingin ia merasa ditolak. Sebab entah mengapa setelah menerima makan siang di rumahnya membuatku tak ingin mengecewakannya. "Oh, begitu, ya," ucapnya sedih. "Baiklah aku permisi!" pamitku. "Tunggu, saya sekalian ke masjid lagi saja. Toh, sebentar lagi akan azan Asar!" Ia berteriak lalu masuk ke rumah mengambil kunci motor. Mengapa Muzakka mau mengekoriku terus, sih. Aneh, rasanya. Apa dia tahu aku adalah Ulfa? Hah! Manalah mungkin? Atau memang sudah menjadi takdir jiwaku selalu menarik perhati
Last Updated : 2022-04-23 Read more