All Chapters of Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya: Chapter 51 - Chapter 60

133 Chapters

"Kak Shaka bisa dapatkan wanita lain yang lebih baik dariku dan tentu saja masih gadis untuk Kakak jadikan pendampingan hidup."

"Tunggu, biarkan aku menyelesaikan pembayaran ini, setelah itu kita bicara." Tanpa menunggu jawabanku Pria yang rahangnya terlihat mengeras itu langsung mengeluarkan kartu ATM nya dan memberikannya kepada pegawai toko. Meski ingin melarang tapi aku tak berani mencegahnya untuk membeli benda berkilau yang mahal itu. Pernikahan akan dibatalkan untuk apa membelinya, gumamku namun hanya berani dalam hati. Wajahnya yang kaku membuatku sedikit takut. "Di kirim saja Mbak, ke alamat yang kemarin." katanya. Setelah itu langsung menggendong Qiara dan menggandeng tanganku menuju parkiran mall. "Main ke taman sebentar, mau?" Hanya pada Qiara dia bertanya dan setelah mendapat persetujuan Qiara pria itu langsung menjalankan mobilnya ke sebuah taman yang searah dengan jalan pulang. Kadang aku suka heran, pria dengan badan tinggi besar dan berprofesi guru kenapa suka ngambek kayak anak kecil. Lagi-lagi aku hanya berani menggerutu dalam hati. "Qiara main dulu ya, biar Bunda sama Om Shaka tunggu d
Read more

Kedatangan wanita gil*

Sudah dua minggu Qiara mengikuti les di tempat bimbingan belajar. Cukup ternama dan Bayaranya juga lumayan menguras dompet perbulannya. Tak apa, demi Qiara aku harus bekerja lebih giat lagi. Dan lagi sekarang Mas Aska juga sudah mau memberikan uang nafkah untuk Qiara meski hanya baru bulan ini. Katanya mulai sekarang dia akan rutin memberi uang untuk biaya hidup Qiara.Ya, kusambut dengan tangan terbuka. Bagaimanapun Qiara memang tanggung jawab Mas Aska. Namun dengan kembalinya perhatian Mas Aska pada Qiara membawa masalah baru. Vania, kekasihnya itu beberapa kali menelpon dan menerorku. Wanita yang lebih tua lima tahun dariku itu memintaku menjauhi Mas Aska. Memang sejak kapan aku mendekati kekasihnya itu. Kesabaranku rasanya terus saja diuji. Dua hari sekali Mas Aska datang ke rumah dan mengajakku untuk rujuk. Meski sudah kutolak tapi pria itu bermuka tembok. "Aku tidak berhenti sampai kamu kembali padaku. Lihat saja kamu juga pasti akan lukuh seperti Qoara." Katanya entah sudah
Read more

Perkelahian.

Nafisa Pov. Aku tidak pernah menyangka Vania yang nampak kalem dan innocent saat didepan Mas Aska itu bisa sebrutal ini. Wanita itu menampar pipi kananku juga mencakar lengan dan pundakku. Aku yang tidak siap dibuatnya kaget hingga tak sempat mengelak. Belum puas Vania hendak menjambak rambutku namun dengan sikap kutepis. Sayangnya aku tidak bisa memprediksikan tindakan selanjutnya. Sial, dia malah mendorongku sehingga aku tersungkur dan pelipisku tergores pinggiran pintu pagar. Beruntung aku sempat menghindar jadi aku tak sampai membentur benda besi itu. Kalau tidak lukaku di kepala tidak hanya sekedar goresan saja. Meski begitu aku cukup puas karena sempat membalasnya satu kali. Aku menendangnya cukup keras sampai wanita itu terjengkang kebelakang. Setelahnya beberapa warga datang memisahkannya kami. Vania yang masih tidak terima terus saja berteriak dan memakiku. Membuat warga kewalahan dan memutuskan untuk menggiring kami ke rumah Pak RT yang hanya berjarak beberapa meter dar
Read more

Melakukan perlawanan.

Kak Shaka langsung mengarahkan tatapannya pada wanita yang saat ini sudah melingkarkan tangannya dilengan Mas Aska. Entah siapa yang memberitahunya. Tiba-tiba saja pria yang beberapa hari ini aku abaikan muncul tanpa aku duga. Tangannya dengan lembut merapikan rambutku yang acak-acakan. "Sakit?" Aku mengangguk. Rahangnya nampak mengeras dan tatapannya berubah dingin. "Tahan sebentar, habis ini kita ke rumah sakit." "Sebenarnya ada apa ini Naf, kenapa jadi kayak gini?" Tiba-tiba suara Mas Aska terdengar. Pria itu menatap tak suka padaku dan seolah menyalakan aku atas kejadian ini. "Kalian berantem? Gak malu? Umur kalian itu sudah gak muda lagi, jangan seperti anak kecil!!" lanjutnya yang langsung membuat Mas Zamar hilang kendali. Kakak laki-lakiku itu dengan cepat berjalan mendekati Mas Aska. Tangannya yang mengepal sudah terangkat hendak menghantam wajah Mas Aska. Tap.... "Jangan Mas!" Beruntung Kak Shaka bergerak cepat dan berhasil menahan tangan Mas Zamar sehingga tak sampai t
Read more

Aku hanya takut nantinya dia kembali melukaiku karena merasa tidak bahagia bersamaku."

"Mau kemana?" tanya Mas Zamar begitu aku keluar dari kamar. Pria yang sedang duduk kursi meja makan itu menatapku dari atas sampai bawah.Apa ada yang salah? Reflek aku menatap diriku sendiri. Atasan lengan panjang dengan celana jeans dan jilbab Salem yang menutupi dada. Kurasa tidak ada yang salah."Aku mau ketempat Tiara. Ada pesanan kue untuk dikirim nanti siang." Jawabku mengambil duduk di kursi sebelah Qiara yang sedang menikmati sarapannya. Kucium pipi gembul gadis kecilku itu. "Hari ini kamu jangan kemana-mana." Kata Mas Zamar setelah meneguk jus jeruk buatan istri tercintanya. "Kamu gimana sih Dek? Nanti mau ada acara, kok kamu malah kerja. Izin aja! Lagian hari minggu kok. kerja," sahut Mbak Sezha dari arah dapur. Alisku terangkat, ku pandangi wanita yang sejak pagi sibuk di dapur itu. Saking sibuknya kejar update ceritaku yang on going aku sampai tak sadar kakak iparku itu terlihat sibuk di dapur sejak semalam. "Kalau bisa, mulai sekarang kamu gak usah kerja lagi. Ngurus
Read more

Shaka Pov.

Shaka pov. [Kamu ada waktu. Ada hal yang ingin aku bicarakan.] [Sore ini aku akan datang ke kafemu.] Bunyi pesan yang dikirim Mas Zamar tadi pagi ketika aku baru saja sampai di ruang guru.Pikiranku langsung tertuju pada satu nama, Nafisah Khumaira. Teman Mas Arsya itu pasti ingin membicarakan tentang adiknya. Tanpa pikir panjang aku pun langsung membalas pesannya. Kutulis aku akan menunggunya datang. Sekitar pukul satu lebih lima belas menit, tugasku mengajar telah selesai dan digantikan guru lain. Aku pun bergegas menuju parkiran untuk mengambil motor. Setengah jam berlalu dan aku sudah sampai di kafe yang siangnya ini terlihat cukup ramai pengunjung. Di lantai satu hampir semua meja kursi terisi. Memang di jam segini memang kafe milikku ini sering dijadikan tempat untuk mengerjakan tugas oleh para mahasiswa. Disamping tempatnya yang yang nyaman makanannya juga terjangkau, dan yang terpenting disini juga menyediakan Wifi. Kafe ini aku bangun saat awal-awal aku pindah ke kota in
Read more

Lamaran.

Pukul 3 dini hari tadi pesawat yang ditumpangi Bang Arsya mendarat di bandara. Abangku satu-satunya itu sedikit ragu saat kuminta lagi untuk datang lagi ke kota ini. Tiga minggu lalu aku juga sempat memintanya datang namun aku batalkan setelah drama perdebatan di taman sepulang dari membeli perhiasan. Bang Arsya sempat ragu dan sangsi begitu aku kembali menelpon untuk memintanya datang sebagai wali untuk lamaran yang sebelumnya dibatalkan."Jika bisa datanglah, Mas. Untuk urusan diterima atau tidak biarlah jadi takdir Alloh. Ini adalah salah satu dari ikhtiarku untuk mendapatkan jodoh." Kataku dua hari yang lalu. "Kamu laki-laki, gak malu apa ditolak dua kali?" Suaranya terdengar bernada tak suka. "Datanglah sebagai Kakakku. Masalah malu biar aku yang menanggungnya." Jangankan dua kali, ditolak sepuluh kali pun aku tak akan mundur. Masa laluku lebih memalukan dibanding dengan penolakan Nafisah atas cintaku. Jika hari ini aku kembali ditolak masih ada hari esok dan seterusnya. Satu,
Read more

Lamaran 2.

Nafisah Pov. "Kalau kamu memang tidak mencintainya, kamu bisa menolaknya supaya dia berhenti mengharapkan kamu lagi." Kata-kata Mas Zamar tadi pagi masih terus terngiang di telinga dan pikiranku. "Kenapa mesti nunggu nanti sih? Hubungi saja sekarang, katakan kalau gak mau. Kasihan nanti dia malu," balasku. "Kalau gak cinta gak usah mikirin dia malu apa nggak!" Mas Zamar memang seenaknya. Bagaimana bisa aku tutup mata seperti itu. Kak Shaka sudah sangat baik padaku dan Qiara, teganya aku ingin memperlakukan pria itu didepan keluarganya. Kalau ditanya cinta, aku juga bingung dengan perasaanku sendiri. Aku bahagia dan nyaman ketika bersama pria dari masa laluku itu, namun untuk menikah lagi aku masih butuh waktu. Kegagalan di pernikahan pertamaku meninggalkan rasa takut yang cukup dalam. "Jangan melamun aja, gak lucu kalau kamu sampai kesambet. Malu dong sama rombongan keluarga Shaka." Astaghfirullah...... Spontan aku mengelus dadaku karena kaget. Aku yang bersandar di sandaran ran
Read more

Cintaku padamu lebih jauh besar dari dari yang kamu lihat.

Setelah makan siang sekitar pukul satu lebih, acara telah selesai. Semua tamu undangan sudah pulang dengan membawa bingkisan berisi kue dan nasi lengkap dengan teman-temannya. Hanya tinggal Mas Arsya dan Kak Shaka juga temannya, Angga beserta istrinya Miranda. Mas Zamar dan Mas Arsya duduk di teras rumah, entah membicarakan apa? Mungkin mengenang masa kuliah mereka. Sedangkan aku dan Kak Shaka berbincang dengan Angga juga istrinya, Miranda. Dari cerita Kak Shaka, dirinya dan Angga berteman sejak masih kuliah dan akhirnya kini sama-sama menjadi guru negeri yang ditugaskan di kota yang sama meski berbeda sekolah. Sebenarnya aku ingin membantu Mbak Sezha yang sedang beberes bekas makan para tamu. Namun kakak iparku itu menyuruhku untuk menemani Kak Shaka berbincang-bincang dengan Angga dan Miranda. Dari perbincangan dengan pasangan suami istri ini aku mendapatkan banyak nasihat dan pelajaran hidup. Ternyata Miranda sama sepertiku. Wanita dengan gamis dan kerudung Syar'i itu juga se
Read more

Ancaman Aska.

[Jadi benar, kamu bertunangan hari ini? Bukannya kamu sudah menolak pria itu, kenapa sekarang malah tunangan? Kenapa kamu sangat egois, tidak memiliki perasaan Qiara?] Egois katanya. Pria gil*.Eh tapi tunggu dulu, dari mana pria itu tahu aku bertunangan hari ini. Bukan hanya itu, bagaimana bisa dia juga tahu aku pernah menolak Kak Shaka. [Nafisah, jawab!] Mantan suamiku itu masih menggunakan nada tinggi untuk berbicara.Sontak Kak Shaka mengulurkan tangannya. "Berikan padaku!" pintanya dengan rahang mengeras. Ada kilatan amarah di sorot matanya. "Bentar," aku berdiri dan berjalan sedikit menjauh tapi Kak Shaka mengikutiku dan tetap berdiri di belakangku. [Nafisah, kamu dengar suaraku?] katanya dengan nada menantang. [Bisa gak bicaranya lebih sopan?][Nggak.] Tidak bisa. Aku juga bisa marah kalau terus dibentak. [Aku ingatkan kamu ya, Mas. Sekarang kamu bukan lagi siapa-siapa aku. Kamu tidak punya hak bentak-bentak aku. Jadi, jaga ucapan kamu atau aku tutup telponnya!!!] Apa di
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status