Semua Bab Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya: Bab 31 - Bab 40

133 Bab

🌸🌸🌸

"Gimana? Bisa kamu jelaskan lagi," pinta Kak Shaka seperti tidak yakin dengan pendengarannya. Pria itu memiringkan tubuhnya menghadapku. Kutarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan, kuulangi sampai tiga kali sebelum aku kembali bicara. Dan Kak Shaka dengan sabar menungguku kembali bicara. "Aku akan jujur sama Kak Shaka. Seperti yang Kakak tahu ayah Qiara sedang dekat dengan wanita yang rumahnya di depan rumah Kakak." Kak Shaka menganggukkan kepalanya.Kualihkan pandanganku lurus ke depan, sedikit tak nyaman melihat ada rasa iba di tatapannya. "Beberapa kali Qiara sempat melihat dengan matanya sendiri kedekatan ayahnya dengan wanita itu dan putranya. Hal itu membuat dia terluka sehingga aku memilih untuk sementara waktu pisah rumah untuk menjaga agar tidak sering bertemu. Namun dua hari yang lalu Qiara kembali melihat ayahnya dengan wanita itu dan sebuah kejadian membuat Qiara sakit hati... dia berteriak histeris dan setelah kejadian itu Qiara menolak untuk makan minum sampa
Baca selengkapnya

🌸🌸🌸

Aku sudah bertanya lebih dari tiga kali pada Qiara untuk kesediaanya ikut Olimpiade. Dan gadis kecilku itu menjawab ingin tetap mengikuti acara yang diadakan penprov itu. "Tenang saja Bunda, Qiara juga gak terlalu ingin menang kok, tapi kalau mundur sebelum bertanding kan malu Bunda." Ceriwis Qiara saat kami bicara berdua sebelum tidur. "Seperti kata Bunda, lakukan sebaiknya kalau menang itu rezeki dari Alloh jadi, harus disyukuri dan kalau kalah itu juga ujian dari Alloh dan harus bersyukur dengan memperbaiki diri." "Putri ibu memang pintar dan paling bijaksana." Pujiku yang langsung membuat gadis kecil itu tersenyum lebar menampilkan deretan gigi-giginya yang putih. Sudah lebih dari seminggu ini Qiara sudah kembali ceria. Dan itu karena Kak Shaka. Pria itu benar-benar sudah mencuri hati Qiara. Hampir setiap hari dia datang ke sekolah untuk menjemput Qiara dan membawa gadis kecil itu ke sebuah kafe yang letaknya di daerah universitas negeri kota ini untuk bimbingan. Hampir setia
Baca selengkapnya

🌸🌸🌸

Minggu pagi ini, kami semua akan mengantar Qiara mengikuti Olimpiade matematika di Universitas Negeri di pusat kota. Dari mulai jam setengah empat Mbak Sezha sudah sibuk di dapur untuk mempersiapkan sarapan untuk kami semua. Saat aku hendak membantu kakak iparku itu langsung menolak. Dia memintaku untuk menyiapkan segala kebutuhan Qiara saja. Mulia baju seragam, sepatu juga kalung identitas dan data-data yang diminta untuk dibawa. "Dapur biar aku yang handle, kamu urus keperluan Qiara saja. Jangan sampai ada yang ketinggalan!" perintah Mbak Sezha masih dengan sibuk membalikkan Nugget ayam yang digorengnya. Aku pun menurut dan fokus mempersiapkan Qiara. Membangunkannya dan membawanya untuk mandi. Acara yang kemungkinan berlangsung lama itu dimulai dari tingkat paling dasar. Itu artinya Qiara giliran pertama. Menurut Kak Shaka, acara akan dimulai pukul tujuh pagi. Karena itu kami harus sampai di sana tepat pukul 6 untuk konfirmasi kedatangan.Pukul lima kurang sepuluh menit semu
Baca selengkapnya

🌸🌸🌸

Hari penuh kebahagiaan itu akhirnya menghampiri kehidupan Nafisah kembali. Setelah beberapa bulan di uji dengan kesedihan dan kekecewaan kini wanita berumur 27 tahun itu kembali bisa merasakan kebahagiaan dengan kemenangan putrinya sebagai juara 1 Olimpiade matematika dan mendapatkan mendali emas juga piala dari gubernur. Tak henti-henti Nafisah mengucap syukur atas kebahagiaan hari ini. Tak lupa dia pun mengucapkan terima kasih kepada Shaka atas kerja kerasnya dalam membimbing Qiara. Rasa khawatir dengan psikis Qiara yang tertekan akibat perceraiannya akhirnya bisa musnah juga dari hatinya. Gadis kecil itu ternyata begitu kuat dan bisa menerima perpisahan kedua orang tuanya tanpa membuat prestasinya menurun. Tidak hanya Nafisah, Zamar dan Sezha pun turut merasa bahagia. Setelah beberapa bulan Melihat mendung yang menaungi hidup adiknya kini perlahan memudar.Sebagai rasa syukur dan untuk merayakan kemenangan sang keponakan siang itu Zamar mengajak Shaka untuk makan siang bersama
Baca selengkapnya

Baru menyadari. (Pov Aska)

Pov Aska. Pagi ini aku terbangun dengan kepala yang berdenyut nyeri. Rasanya enggan sekali untuk membuka mata namun rasa sakit di perutku memaksaku untuk bangun. Dengan susah payah aku beranjak bangun dan bersandar pada sandaran ranjang. Tenggorokanku terasa sangat kering, kuarahkan pandangan di meja samping ranjang. Ah.... aku lupa membawa minum semalam. Di atas meja hanya ada botol air mineral yang sudah kosong. "Naf..... tolong ambilkan minum," pintaku dengan suara serak. "Naf....Astaga......" Kuusap wajahku kasar, lagi-lagi aku lupa.Di beberapa momen terkadang aku masih merasa kami masih hidup bersama. Salah satunya ketika sedang mandi dan sabunnya habis tanpa sadar aku berteriak memintanya membawakan sabun. Juga ketika kebingungan mencari dasi dan seringnya ketika tengah malam saat aku ingin memeluknya. Saat-saat itu benar-benar seperti sebuah hukuman yang menyiksaku. Ini baru lima bulan aku mencampakkannya demi wanita lain dan kini aku sangat menyesalinya. Nafisah adalah w
Baca selengkapnya

Penolakan Qiara.

Pov Aska. Tepat pukul setengah dua belas siang, aku berangkat untuk menjemput Qiara dari sekolahnya. Sejak keluar apartemen sampai di perjalanan jantungku berdebar-debar membayangkan reaksi Qiara nanti saat bertemu denganku.Setahuku gadis kecil itu pulang pukul 12 siang. Selama ini Nafisah yang mengantar jemput Qiara. Hanya dua atau tiga kali aku menjemput Qiara ketika Nafisah sakit dan aku terpaksa mengambil cuti. Dulu Qiara begitu bahagia melihat aku yang menjemputnya. Gadis kecil itu bahkan mengenalkan aku pada teman-temannya. Semoga kali ini reaksinya masih sama seperti dulu. Setelah perjalanan selama dua puluh menit kendaraanku pun sampai di depan sebuah sekolah dasar negeri yang sudah begitu ramai dengan motor dan mobil para penjemput yang berjajar didepan pagar. Kuparkir kendaraan roda empatku sedikit jauh dari pintu gerbang. Setelahnya aku turun dan berjalan sedikit mendekati pintu gerbang supaya tidak terlewat saat Qiara keluar. Di sekolah ini para penjemput tidak diizi
Baca selengkapnya

"Aku tidak rela Qiara dekat dengan sosok pria lain selain aku. Aku ayahnya, dia hanya boleh bermanja padaku."

Pov Nafisah. "Naf," panggil Tiara, "Aska telpon. Katanya mau bicara sama kamu." Masih dengan memakai celemek wanita berhijab itu muncul dari dapur dengan membawa centong sayur ditangan kiri dan ponsel di tangan kanannya. "Sudah biar diterusin Siti. Kayaknya penting," lanjutnya sambil mengulurkan ponselnya ke depanku.Tak langsung ku terima, lebih dulu aku mengelap tanganku dengan serbet untuk menghilangkan bekas bumbu dan minyak dari makan yang Sedang aku packing. "Maaf, ya Sit," ucapku sedikit tak enak meninggalkan Siti melanjutkan pekerjaan sendirian. "Gak papa Mbak, cuma tinggal dikit," jawab gadis 20 tahun itu. "Kenapa dia nelpon kamu?" tanyaku dengan suara berbisik. "Katanya dia nelpon kamu tapi gak bisa. Makanya dia nelpon aku." Jelasnya kembali menyodorkan ponsel yang sudah terhubung. Kuhela nafas panjang menghalau rasa yang harusnya sudah tak ada untuk laki-laki yang sudah menjadi masa laluku itu. [Ass.......] Salamku terputus oleh rentetan kalimat dari seseorang diseb
Baca selengkapnya

Kedatangan Aska.

Selesai sholat magrib aku dan Qiara makan malam berdua. Sudah dua bulan ini kami kembali pulang ke rumahku. Sembari makan aku mendengarkan dan sesekali menimpali cerita Qiara tentang sekolah dan teman-temannya. Selesai makan malam, aku langsung mencuci oiriang dan bekas masak tadi. Sedangkan Qiara langsung mengambil buku-bukunya dan mengerjakan PR di sofa ruang tengah sambil menemaniku menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. aKetukan di pintu depan terdengar cukup keras. "Bun, itu pasti Om Shaka." Gadis itu turun dari sofa. "Biar aku yang buka," katanya hendak berlari. "Tunggu Sayang....." cegahku dan segera mengelap tanganku yang basah setelah meletakkan piring terakhir di rak. "Biar Bunda lihat dulu takutnya itu bukan Om Shaka. Kita tidak boleh ceroboh saat menerima tamu." Kataku lalu berjalan menuju pintu. Rumah kami dilengkapi pagar dan pintu gerbang dan seingatku aku sudah mengunci pintu gerbang. Seharusnya jika ada tamu dia memencet bel di pagar bukan mengetuk pintu rumah. A
Baca selengkapnya

Menyadari kesalahan.

Pov Aska. "Aku tidak meninggalkan kalian, tapi kamu yang mengusirku." Entah mengapa kalimat itu yang keluar dari mulutmu. Bukan kata maaf tapi malah membela diri. Nafisah yang berurai air mata langsung menatapku dengan tersenyum sinis. Di usapnya kasar kedua pipinya yang basah. Tatapannya berubah tajam, seolah sedang membidik ku dan itu membuatku merinding."Masih tetap ingin berlagak bodoh? Atau memang seangkuh itu seorang Aska Rahardian? Kesalahan yang sudah nyata didepan mata masih juga ingin kau ingkari. Sampai kapan kamu akan berlagak bodoh seperti ini? Jangan membuatku menyesal karena pernah sangat mencintaimu yang ternyata hanya seorang pecundang sejati."Jleb.... Kalimat Nafisah terasa menusuk tepat ditengah jantungku lalu mengoyaknya tanpa ampun Hingga membuatku merasakan sakit yang teramat perih. Reflek aku menekan dadaku yang mendadak terasa sesak. Membuatku sulit untuk bernafas. "Harga diri yang selalu kamu banggakan itu telah kamu coreng sendiri dengan perselingkuhanm
Baca selengkapnya

Penyesalan Aska.

Baru saja aku menginjakkan kaki di teras rumah, Vania susah langsung menyambutku dengan berbagai keluhan. "Mas, dari mana saja sih? Susah banget sekarang dihubunginya." Wanita dengan dress selutut itu merengut kesal. "Setiap pagi aku jadi telat ke kantor gara-gara harus anter Jordan dulu, pakai ojek online lagi. Panas dan banyak debu Mas. Kulitku jadi sedikit kusam." Dia mengomel seolah semua yang dialaminya adalah kesalahanku. "Mas, kok diam saja sih?" tanyanya dengan mata memicing. "Mas, sudah bosen sama aku, ya?" Spontan aku mendengus kasar, lelah sekali menghadapi wanita ini. "Aku capek, banyak kerjaan di kantor." "Oh... Kirain." Wanita yang selalu modis itu mendekat. "Makanya Mas, jangan kerja terus. Kita juga harus refreshing untuk menghilangkan penat. Bagaimana kalau mingu besok kita liburan ke luar kota?" Wajahnya makin terlihat cantik ketika sedang merayu. Mungkin itulah yang membuatku tak bisa menolak setiap permintaannya. Namun sekarang berbeda, aku sudah tidak bisa m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status