Pov Nafisah. "Mas Aska," Pria itu terlihat begitu bahagia dengan senyum yang terus yang menghiasi wajah tegasnya. Sebahagia itu kamu Mas, bahkan belum juga selesai proses perceraian kita tapi kalian sudah merencanakan pernikahan. Kutarik nafas panjang, sekuat hati menahan rasa sakit dan marah yang merasuki hatiku. Sabar..... Nafisah, jangan terbawa emosi dan membuat Aska menjadikan sifatmu sebagai alasan memilih Vania, ucapku dalam hati. Tiba-tiba tatapan mata kami bertemu. Pria itu nampak kaget dan reflek melepas pegangan tangannya pada tangan Vania. "Nafisah," pekiknya cukup keras sampai membuat beberapa orang mengikuti arah pandangnya. "Ke-kenapa kamu bisa ada di sini?" tanyanya tergagap. Aku masih diam? Kutatap lekat laki-laki yang hanya menghitung hari akan menjadi manta suami itu. "Loh, kalian kenal?" Bu Maria, pemilik rumah menatapku dan Mas Aska bergantian. Dengan senyum tipis aku berjalan mendekati tiga orang itu. "Mas," rengek Vania tampak merajuk sambil menggoyangka
Baca selengkapnya