Saka hanya duduk diam di atas sofa, memandangi Renata yang sejak tadi hanya terus berdiam diri, sekalipun Ayu sedang berusaha membujuknya untuk makan. Jangankan mau menerima suapan itu, sepatah kata pun tidak keluar dari bibirnya sejak tadi. Renata hanya diam, memandangi jendela dengan tatapan kosong. “Sedikit aja, Rena…” ujar Ayu dengan suara lirih. “kalau kamu nggak makan, gimana bisa sembuh?” Lalu entah mengapa, perlahan wajah Renata menoleh, menatap Mamanya. “Aku memang nggak mau sembuh, Ma…” suara serak itu dengar menyedihkan. Ayu menggigit bibirnya getir. “Nggak boleh ngomong gitu, Rena.” “Ghea… aku cuma mau ketemu sama Ghea.” “Rena…” “Aku mau Ghea, Ma…” Renata kembali menangis, dan itu membuat Ayu turut melakukannya sambil tertunduk dalam. Di tempatnya, Saka memijat dahinya putus asa. Selalu begini, pikirnya. Renata seolah bersikeras ingin tetap mati agar bisa bertemu dengan putri mereka. Sa
Read more