Semua Bab Jerat Cinta Masa Lalu: Bab 61 - Bab 70

81 Bab

Kita Tak Pernah Bisa Kembali

Raynald memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Seusai pembicaraan mereka yang berakhir menyesakkan di cafe beberapa jam lalu, Laura akhirnya memutuskan untuk pulang sendiri. Berkeras hati meski berkali-kali Raynald menolak membiarkannya pergi seorang diri. “Kita sedang sama-sama butuh waktu, ‘kan, Ray? Kita sama-sama sedang butuh ruang. Aku gak apa-apa.” Begitulah alasan Laura. Memang, perempuan itu benar. Dengan konflik hubungan mereka yang seperti ini, siapa juga yang tidak butuh ruang. Bahkan kalau boleh jujur, sejak Laura menyatakan bahwa dirinya belum bisa memutuskan pilihan, ingin rasanya Raynald segera angkat kaki dari hadapan wanita itu. Betapa sulit menerima kenyataan kalau pasanganmu mulai meragukan perasaannya, sementara kamu berteguh hati untuk meminangnya. Raynald memijit keningnya yang berkedut. Usahanya untuk menetap selama ini, tak disangka berakhir penghianatan. Penghianatan yang meski bisa dimaafkan dan diterimanya, tetap saja menyisakan pedih di hati. Pernah di
Baca selengkapnya

Ruang Sendiri

Di saat seperti ini, Raynald sungguh ingin ditemani Laura. Sebagaimana dulu ketika ia sedang sakit perempuan itu selalu ada untuknya.  Merawatnya sepenuh hati. Mengingat kejadian semalam ketika mereka bertemu, Laura bahkan sudah terlihat setengah hati terhadap hubungan mereka. Setengahnya lagi tentu saja berada pada Dylan. Jadi selama semalaman, Raynald memutuskan untuk menghabiskan waktu sendiri di rumah sakit. Tak begitu sulit untuknya yang sudah biasa mengurus semua sendiri sejak masih remaja. Ia bahkan lebih banyak di tempat tidur sambil menunggu pagi datang. Meski besar keinginan Raynald untuk menghubungi Laura. Beberapa kali dipandangi ponsel miliknya yang tergeletak di atas nakas samping ranjang. Menimang-nimang apakah ia perlu bermanja dengan Laura atau harus menghadapinya sendirian. Raynald mendesah ketika mengingat bagaimana pertemuan mereka berakhir. Membuatnya memutuskan untuk mengabaikan keinginannya dan memilih tidur. Hingga pagi menjelang, Raynald masih berkeras
Baca selengkapnya

Efek Kupu-Kupu

Dylan menarik handuk basah yang bertengger di kening Laura. Ia lantas menempelkan tangannya, merasakan apakah panas tubuh gadis itu sudah turun atau belum. Dan Dylan mendapati dirinya mengembuskan napas lega ketika tangannya tak lagi merasakan panas dari kening Laura.Empat hari setelah ia mengantar gadis ini ke rumah sakit, Laura mendadak hilang tak ada kabar. Seluruh pesan Dylan tak mendapat respon. Begitu juga dengan panggilan teleponenya. Ia sudah mencoba mendatangi kantor Laura, tapi kata mereka Laura sedang cuti. Dylan juga sudah pernah mendatangi rumahnya, tapi ibunya bilang Laura sedang tidak di rumah. Selalu begitu. Diam-diam Dylan mulai berpikir apakah Laura sedang berusaha untuk menghindar darinya? Seenarnya apa yang sudah terjadi di rumah sakit sehingga membuatnya tak ingin lagi menemui dirinya, ia sungguh sangat penasaran. Namun, Dylan sadar ia tak memiliki banyak kuasa. Mereka memang sedang menjalin hubungan, tapi ia tak bisa menampik bahwa Laura juga punya kehi
Baca selengkapnya

Sebab Akibat

Laura terbangun dengan kapala yang masih terasa pusing. Ia Bahkan butuh memejamkan matanya sejenak dan memijit kening sebelum benar-benar membuka matanya. Sinar matahari sore yang hangat menerpa wajahnya. Membuatnya merasa nyaman dan lebih baik. Perlahan ia mencoba bangun dengan menyanggakan tubuhnya pada kedua tangan, ketika ia melihat sosok Dylan yang tertidur di sisi tubuhnya sambil terduduk. Laura tersentak. Membuat tubuhnya otomatis bergerak mundur. Kenapa laki-laki itu bisa di kamarnya? Apakah tanpa sadar ia telah menghubungi Dylan? Laura tak berhenti berpikir, mencoba menginat-ingat apa yang sudah terjadi selama ia tak sadarkan diri. Namun sayangnya ia tak mengingat apa pun. Di tengah kebingungannya, Dylan yang nyaris terjatuh dari tempat tdiur seketika membuka mata karena terkejut. Namun, ia jauh labih terkejut ketika melihat Laura sudah banung dan sedang menatapnya.“Hei, Lau. Gimana perasaan kamu?” tanya Dylan, seketika duduk di atas kasur dan membelai w
Baca selengkapnya

Ingatan yang Kembali

Dylan melajukan mobilnya dengan tenang menuju kantor Laura. Di samping tubuhnya, gadis itu duduk terdiam, sibuk dengan pikirannya sendiri. Sebenarnya, ia sudah mearang Laura untuk bekerja hari ini. Kondisi gadis itu masih terlalu lemah ketika terakhir kali Dylan meninggalkannya. Sayangnya, ia tak bisa terus memaksa Laura untuk tak masuk ke kantor. Ia tahu bagaimana pekerjaan akan menunggunya jika ditinggalkan semakin lama. Namun, ia kembali merasa berat hati ketika melihat Laura yang jelas tak dapat menutupi pucat wajahnya saat Dylan datang.“Mikirin apa sih?” tanya Dylan mencairkan suasana yang terasa begitu kaku. Laura yang sedang menatap ke luar jendela, spontan menoleh menatap Dylan. Ia menyunggingkan seulas senyum kemudian menggelengkan kepala. Namun Dylan tahu, terlihat jelas ada banyak pikiran yang sedang menghantui perempuan itu. Diulurkannya sebelah tangan, mengelus puncak kepala Laura. “Aku gak pernah mau membebani kamu dengan hubungan
Baca selengkapnya

Mengejar Laura

Raynald mencoba mengejar langkah laura yang entah mengapa terasa begitu cepat dari biasanya. Persetan dengan egonya. Ia tahu ini sangat menyakitkan dan tak adil bagi Laura. Dan mungkin bagi Dylan juga. Mereka melakukan kesalahan dengan jatuh cinta di situasi yang tidak tepat. Namun tetap saja, apa pun yang dilakukan dengan hati, sudah pasti akan terasa sulit untuk mengakhirinya. Raynald berusaha menggapai pintu lift yang dinaiki Laura, sayangnya ia kalah cepat. Pintu lift menutup sempurna tepat saat ia baru tiba di depannya. Raynald merutuk. Ia mencoba beralih ke lift yang satu lagi. menunggu dengan tidak sabaran hingga pintu itu terbuka. Ia melesat menuju loby. Di dalam lift, Raynald tak berhenti berdoa agar Tuhan menyulitkan jalan Laura keluar dari rumah sakit, sehingga ia bisa dengan mudah menggapai perempuan itu. Kalau ditanya bagaimana perasaannya terhadap Laura saat ini, tentu saja ia masih sangat kecewa pada kekasihnya itu. Namun saat ini yang lebih penting adalah perasaan da
Baca selengkapnya

Pembicaraan Serius

“Saya gak tahu apakah hubungan saya dengan Alexa bisa kembali seperti semula.”Raynald terdiam mendengar kalimat pertama yang terlontar dari mulut Dylan. Ia tak terlalu terkejut, mengingat bagaimana kedekatan laki-laki itu dengan kekasihnya. Sudah pasti, perasaannya terhadap Alexa tak seutuh dulu ketika hatinya sudah terbagi untuk perempuan lain.Saat masih di rumah Laura tadi, Raynald mendapat telepon dari Dylan. Mereka berjanji temu di taman belakang rumah sakit. Ketika ia datang, Dylan sudah duduk di salah satu kursi taman di bawah sebuah pohon besar. Kepalanya menunduk dalam. Wajahnya tampak frustasi. Raynald tahu, Laura dan Dylan masih belum siap atas semua keadaan ini. Keduanya seperti tak menantikan kedatangan hari ini. Dylan mengalihkan pandangannya dari hamparan rumput di bawah kakinya, ke wajah Raynald yang sejak tadi menatapnya dengan kening berkerut.“Sebelum kecelakaan terjadi, hubungan saya dengan Alexa sedang retak. Dia … mengembalikan cincin pertunangannya pada saya.”
Baca selengkapnya

Dylan Menghilang

Tiga hari berlalu setelah kabar mengejutkan yang diterima Laura. Kini ia merasa sudah cukup waktu untuk sendiri dan memikirkan semuanya. Ia tak boleh egois dan berlarut terlalu lama. masih ada Raynald yang harus ia temui untuk menyelesaikan hubungan mereka. Masih ada Dylan yang harus ia tanya perihal hubungan mereka selanjutnya akan seperti apa. Tentu saja, laura putus asa dengan hubungannya dan Dylan. Pun dengan Raynald. Namun tak dapat dipungkiri, ia masih menaruh harap atas hubungannya bersama Dylan. Meski belum sanggup untuk memilih, tapi Laura berharap ada kabar baik yang bisa didengarnya. Pagi itu, Laura mengambil ponselnya di nakas dan mengaktifkannya setelah dua hari dibiarkannya dalam kondisi mati. Seketika notifikasi tak henti berdatangan. Sahut menyahut tak sabaran. Namun, Laura sedikit kecewa karena di antara notifikasi yang masuk, tak ada satu pun pesan, atau panggilan dari Dylan. tak ada satu pun di antara 32 pesan dan 17 panggilan. Laura membuka notifikasi satu persat
Baca selengkapnya

Complicated

Kesepakatan yang dibuat Raynald dengan laura tanpa pikir panjang, sesungguhnya membuatnya merasa nyeri di dalam hati. Berulang kali, sepanjang perjalanan, Raynald mengusap wajahnya yang terasa kaku. Ia baru memikirkan semuanya setelah meninggalkan cafe tempatnya bertemu dengan Laura. Membantunya bertemu dengan laki-laki itu? Raynald mendengus dan merutuk. Apa ia sudah benar-benar siap mendengar jawaban Laura? Sejujurnya belum. Namun, bukankah semua memang harus segera diakhiri? Terlalu lama menunggu ketidakpastian hanya akan menambah sakit semuanya. Kalau memang ia yang harus pergi, meski belum siap, tapi Raynald merasa harus menghadapinya. Ia menepikan mobilnya di depan sebuah rumah. Rumah yang dulu sering dikunjunginya ketika sedang penat atau tak ada tujuan seperti sekarang. Ia menatap rumah itu dan mengembuskan nafas yang terasa berat. Dengan berat hati Raynald membuka pintu mobilnya dan berjalan mendekati pintu bercat putih. Ia masih belum bisa mengontrol kesedihan
Baca selengkapnya

Perenungan

Dylan merenungi semuanya di dalam ruang gelap sendirian. Segala hal berputar di atas kepalanya. Berbagai macam pertanyaan tak henti menjejal di sana. Pertanyaan-pertanyaan tentang Laura. Bagaimana kabar perempuan itu? Apa yang sedang dikerjakannya saat ini? Sudahkah ia makan? Sehatkah dirinya? Lalu …. apakah hubungannya dengan Raynald baik-baik saja? Ia sadar, dirinya terlalu pengecut untuk menghadapi semua. Ia hanya terlalu tak ingin menyakiti siapa pun. Menyakiti Laura dan Alexa. Namun ternyata menyepi membuatnya semakin jatuh ke jurang paling dalam. Ia merindukan Laura. Iya, sepertinya perasaannya terhadap Alexa sudah benar-benar habis tak bersisa. Semua sudah dibawa pergi oleh Laura sejak pertemuan-pertemuan mereka yang pernah tercipta. Dylan tak pernah menyesali semuanya. Ia justru menikmati kebersamaannya bersama Laura. Hanya saja, ia tak tahu bagaimana cara mengatakan pada Alexa tentang apa yang sebenarnya sudah terjadi tanpa menyakiti perasaan perempuan itu. Ia memang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status