Di saat seperti ini, Raynald sungguh ingin ditemani Laura. Sebagaimana dulu ketika ia sedang sakit perempuan itu selalu ada untuknya. Merawatnya sepenuh hati. Mengingat kejadian semalam ketika mereka bertemu, Laura bahkan sudah terlihat setengah hati terhadap hubungan mereka. Setengahnya lagi tentu saja berada pada Dylan. Jadi selama semalaman, Raynald memutuskan untuk menghabiskan waktu sendiri di rumah sakit. Tak begitu sulit untuknya yang sudah biasa mengurus semua sendiri sejak masih remaja. Ia bahkan lebih banyak di tempat tidur sambil menunggu pagi datang. Meski besar keinginan Raynald untuk menghubungi Laura. Beberapa kali dipandangi ponsel miliknya yang tergeletak di atas nakas samping ranjang. Menimang-nimang apakah ia perlu bermanja dengan Laura atau harus menghadapinya sendirian. Raynald mendesah ketika mengingat bagaimana pertemuan mereka berakhir. Membuatnya memutuskan untuk mengabaikan keinginannya dan memilih tidur. Hingga pagi menjelang, Raynald masih berkeras
Dylan menarik handuk basah yang bertengger di kening Laura. Ia lantas menempelkan tangannya, merasakan apakah panas tubuh gadis itu sudah turun atau belum. Dan Dylan mendapati dirinya mengembuskan napas lega ketika tangannya tak lagi merasakan panas dari kening Laura.Empat hari setelah ia mengantar gadis ini ke rumah sakit, Laura mendadak hilang tak ada kabar. Seluruh pesan Dylan tak mendapat respon. Begitu juga dengan panggilan teleponenya. Ia sudah mencoba mendatangi kantor Laura, tapi kata mereka Laura sedang cuti. Dylan juga sudah pernah mendatangi rumahnya, tapi ibunya bilang Laura sedang tidak di rumah. Selalu begitu. Diam-diam Dylan mulai berpikir apakah Laura sedang berusaha untuk menghindar darinya? Seenarnya apa yang sudah terjadi di rumah sakit sehingga membuatnya tak ingin lagi menemui dirinya, ia sungguh sangat penasaran. Namun, Dylan sadar ia tak memiliki banyak kuasa. Mereka memang sedang menjalin hubungan, tapi ia tak bisa menampik bahwa Laura juga punya kehi
Laura terbangun dengan kapala yang masih terasa pusing. Ia Bahkan butuh memejamkan matanya sejenak dan memijit kening sebelum benar-benar membuka matanya. Sinar matahari sore yang hangat menerpa wajahnya. Membuatnya merasa nyaman dan lebih baik. Perlahan ia mencoba bangun dengan menyanggakan tubuhnya pada kedua tangan, ketika ia melihat sosok Dylan yang tertidur di sisi tubuhnya sambil terduduk. Laura tersentak. Membuat tubuhnya otomatis bergerak mundur. Kenapa laki-laki itu bisa di kamarnya? Apakah tanpa sadar ia telah menghubungi Dylan? Laura tak berhenti berpikir, mencoba menginat-ingat apa yang sudah terjadi selama ia tak sadarkan diri. Namun sayangnya ia tak mengingat apa pun. Di tengah kebingungannya, Dylan yang nyaris terjatuh dari tempat tdiur seketika membuka mata karena terkejut. Namun, ia jauh labih terkejut ketika melihat Laura sudah banung dan sedang menatapnya.“Hei, Lau. Gimana perasaan kamu?” tanya Dylan, seketika duduk di atas kasur dan membelai w
Dylan melajukan mobilnya dengan tenang menuju kantor Laura. Di samping tubuhnya, gadis itu duduk terdiam, sibuk dengan pikirannya sendiri. Sebenarnya, ia sudah mearang Laura untuk bekerja hari ini. Kondisi gadis itu masih terlalu lemah ketika terakhir kali Dylan meninggalkannya. Sayangnya, ia tak bisa terus memaksa Laura untuk tak masuk ke kantor. Ia tahu bagaimana pekerjaan akan menunggunya jika ditinggalkan semakin lama. Namun, ia kembali merasa berat hati ketika melihat Laura yang jelas tak dapat menutupi pucat wajahnya saat Dylan datang.“Mikirin apa sih?” tanya Dylan mencairkan suasana yang terasa begitu kaku. Laura yang sedang menatap ke luar jendela, spontan menoleh menatap Dylan. Ia menyunggingkan seulas senyum kemudian menggelengkan kepala. Namun Dylan tahu, terlihat jelas ada banyak pikiran yang sedang menghantui perempuan itu. Diulurkannya sebelah tangan, mengelus puncak kepala Laura.“Aku gak pernah mau membebani kamu dengan hubungan
Raynald mencoba mengejar langkah laura yang entah mengapa terasa begitu cepat dari biasanya. Persetan dengan egonya. Ia tahu ini sangat menyakitkan dan tak adil bagi Laura. Dan mungkin bagi Dylan juga. Mereka melakukan kesalahan dengan jatuh cinta di situasi yang tidak tepat. Namun tetap saja, apa pun yang dilakukan dengan hati, sudah pasti akan terasa sulit untuk mengakhirinya. Raynald berusaha menggapai pintu lift yang dinaiki Laura, sayangnya ia kalah cepat. Pintu lift menutup sempurna tepat saat ia baru tiba di depannya. Raynald merutuk. Ia mencoba beralih ke lift yang satu lagi. menunggu dengan tidak sabaran hingga pintu itu terbuka. Ia melesat menuju loby. Di dalam lift, Raynald tak berhenti berdoa agar Tuhan menyulitkan jalan Laura keluar dari rumah sakit, sehingga ia bisa dengan mudah menggapai perempuan itu. Kalau ditanya bagaimana perasaannya terhadap Laura saat ini, tentu saja ia masih sangat kecewa pada kekasihnya itu. Namun saat ini yang lebih penting adalah perasaan da
“Saya gak tahu apakah hubungan saya dengan Alexa bisa kembali seperti semula.”Raynald terdiam mendengar kalimat pertama yang terlontar dari mulut Dylan. Ia tak terlalu terkejut, mengingat bagaimana kedekatan laki-laki itu dengan kekasihnya. Sudah pasti, perasaannya terhadap Alexa tak seutuh dulu ketika hatinya sudah terbagi untuk perempuan lain.Saat masih di rumah Laura tadi, Raynald mendapat telepon dari Dylan. Mereka berjanji temu di taman belakang rumah sakit. Ketika ia datang, Dylan sudah duduk di salah satu kursi taman di bawah sebuah pohon besar. Kepalanya menunduk dalam. Wajahnya tampak frustasi. Raynald tahu, Laura dan Dylan masih belum siap atas semua keadaan ini. Keduanya seperti tak menantikan kedatangan hari ini. Dylan mengalihkan pandangannya dari hamparan rumput di bawah kakinya, ke wajah Raynald yang sejak tadi menatapnya dengan kening berkerut.“Sebelum kecelakaan terjadi, hubungan saya dengan Alexa sedang retak. Dia … mengembalikan cincin pertunangannya pada saya.”
Tiga hari berlalu setelah kabar mengejutkan yang diterima Laura. Kini ia merasa sudah cukup waktu untuk sendiri dan memikirkan semuanya. Ia tak boleh egois dan berlarut terlalu lama. masih ada Raynald yang harus ia temui untuk menyelesaikan hubungan mereka. Masih ada Dylan yang harus ia tanya perihal hubungan mereka selanjutnya akan seperti apa. Tentu saja, laura putus asa dengan hubungannya dan Dylan. Pun dengan Raynald. Namun tak dapat dipungkiri, ia masih menaruh harap atas hubungannya bersama Dylan. Meski belum sanggup untuk memilih, tapi Laura berharap ada kabar baik yang bisa didengarnya. Pagi itu, Laura mengambil ponselnya di nakas dan mengaktifkannya setelah dua hari dibiarkannya dalam kondisi mati. Seketika notifikasi tak henti berdatangan. Sahut menyahut tak sabaran. Namun, Laura sedikit kecewa karena di antara notifikasi yang masuk, tak ada satu pun pesan, atau panggilan dari Dylan. tak ada satu pun di antara 32 pesan dan 17 panggilan. Laura membuka notifikasi satu persat
Kesepakatan yang dibuat Raynald dengan laura tanpa pikir panjang, sesungguhnya membuatnya merasa nyeri di dalam hati. Berulang kali, sepanjang perjalanan, Raynald mengusap wajahnya yang terasa kaku. Ia baru memikirkan semuanya setelah meninggalkan cafe tempatnya bertemu dengan Laura. Membantunya bertemu dengan laki-laki itu? Raynald mendengus dan merutuk. Apa ia sudah benar-benar siap mendengar jawaban Laura? Sejujurnya belum. Namun, bukankah semua memang harus segera diakhiri? Terlalu lama menunggu ketidakpastian hanya akan menambah sakit semuanya. Kalau memang ia yang harus pergi, meski belum siap, tapi Raynald merasa harus menghadapinya.Ia menepikan mobilnya di depan sebuah rumah. Rumah yang dulu sering dikunjunginya ketika sedang penat atau tak ada tujuan seperti sekarang. Ia menatap rumah itu dan mengembuskan nafas yang terasa berat. Dengan berat hati Raynald membuka pintu mobilnya dan berjalan mendekati pintu bercat putih. Ia masih belum bisa mengontrol kesedihan
Satu Tahun Kemudian Sebuah pesta pernikahan di salah satu gedung mewah sedang berlangsung hari ini. Nuansa putih terlihat ketika memasuki area gedung. Dekorasi kuade yang terlihat anggun dengan beberapa bunga kertas berwarna putih, biru muda dan peach menjadi background dua sejoli yang sedang menyambut para tamu undangan untuk bersalaman pada mereka. Dua orang yang pernah menghadapi berbagai rintangan demi sampai pada hari ini. Gaun putih yang dikenakan mempelai wanita serta polesan make up tak menor membuatnya semakin terlihat cantik, tapi tak membuatnya nampak berbeda. Dan laki-laki yang menjulang di sampingnya, memamerkan senyum bahagia pada seluruh tamu yang hadir, membuat siapa saja yang melihatnya akan iri. Dari kejauhan Angel mengamati dua orang yang pernah dekat dengannya begitu nampak bahagia. Ia bahkan tak kuasa untuk tak ikut tersenyum atas apa yang disaksikannya hari ini. Sama sekali tak pernah disangka ia akan menghadiri acara pernikahan sakral ini. Ia pikir semua sudah
Sesuai harapan mereka, lalu lintas hari ini aman terkendali. Tak ada macet yang mengular. Meski bukan berarti jalanan lancar tanpa hambatan. Mereka sempat menemui macet di beberapa ruas jalan, hanya saja tak butuh waktu lama untuk keluar dari jebakan mobil-mobil yang berbaris. Raynald masih terus melajukan mobilnya memasuki sebuah kawasan berpenduduk. Sudah setengah jam yang lalu mereka keluar dari tol. Laura menikmati pemandangan yang dihadirkan di jalanan, meski pikirannya saat ini sedang kacau. Laura hanya berusaha fokus atas apa yang akan dilakukannya nanti ketika bertemu Dylan. Apa yang akan dikatakannya pada laki-laki itu. Beberapa kali ia menarik napas dalam-dalam. Berharap hal itu dapat membantunya menenangkan diri.Mobil Raynald akhirnya mulai melambat ketika berbelok di sebuah tikungan. Beberapa orang terlihat berjualan di samping kiri dan kanan jalan. Laura bahkan melihat sebuah taman bermain anak yang ramai pengunjung. Ia tak tahu, Dylan akan memilih tempat ramai
Raynald duduk dengan gelisah di balik kemudi. Sejak kepergian Alexa dari rumahnya kemarin, Raynald memikirkan semua. Apakah ia harus memberitahu Laura tentang keberadaan laki-laki itu? Siapkah ia? Inikah akhir dari semuanya? Bisakah ia egois sekali saja dengan menutupi kebenaran? Sayang, hatinya tak kuasa melakukan itu dan kini di sinilah ia. Memarkir mobilnya di depan pintu rumah Laura. Menunggu perempuan itu keluar dari dalam rumah.Masih jelas di telinga Raynald bagaimana suara penuh antusias Laura ketika dirinya mengabarkan keberadaan Dylan. Dan masih jelas pula rasa sakit di hatinya ketika mendengar suara itu. Tak bisakah Laura berpura-pura biasa saja di hadapan Raynald? Setidaknya untuk menjaga perasaannya yang masih belum berhasil ditatanya kembali setelah apa yang terjadi pada hubungan mereka. Kalau saja boleh, Raynald ingin sekali memacu mobilnya meninggalkan rumah Laura dan tak pernah menampakan diri lagi. Sudah sewajarnya ia melakukan itu. Sudah sewajarnya ia
Raynald dirundung kegelisahan. Sejak beberapa jam yang lalu, matanya tak kunjung lepas dari telepon genggam miliknya yang bertanggar di atas meja. Ia menunggu telepon dari seseorang yang sudah berjanji akan menghubunginya hari ini. Rama. Rekan yang di mintai tolong oleh Raynald untuk mencari tahu keberadaan Dylan lewat adiknya. Namun, setelah hampir 3 jam menunggu, Rama tak juga menelpon. Raynald tak mengerti mengapa semua ini begitu penting bagi dirinya. Bisa saja ia mengabaikan Laura dan membiarkan perempuan itu menyelesaikan masalahnya sendiri. Lagi pula, masalahnya dengan Laura sudah selesai. Ia tak mengerti mengapa ia bersikap bak pahlawan kesiangan dengan membantu Laura menemukan cintanya. Padahal semua itu menyakitkan untuk Raynald. Beberapa kali ia mengembuskan napas dengan gusar. Kesabarannya mulai menipis. Ingin rasanya ia berlari meninggalkan rumah, memacu mobilnya ke rumah Rama dan menodong laki-laki itu secara langsung. Kalau perlu, ia bisa langsung menemui adik Rama ta
Dari jauh, Angel mengamati apa yang terjadi pada dua orang di depannya. DItutupnya pintu mobil dan mulai menghidupkan mesin untuk segera pergi dari tempat itu. Bagaimana pun, rasa kesalnya terhadap Alexa belum benar-benar pergi. Semua dilakukannya hanya untuk memenuhi keinginan Raynald. Meski mengembalikan kepercayaan laki-laki itu 100% terhadapnya lagi, rasa-rasanya mustahil. Sejak ia memutuskan untuk terus terang atas apa yang sudah dilakukannya pada Alexa, ia tahu Raynald tak kan lagi sama seperti sebelumnya. Tapi setidaknya, ia lega untuk Raynald.Sebelumnya, ia tak mengerti bagaimana caranya untuk menebus kesalahan. Raynald tak mau membantunya memberi jawaban. Dan ibu Alexa, begitu membencinya hingga ke tulang. Alexa harus memutar otak untuk mencari cara memperbaiki apa yang sudah dirusaknya dari Alexa dan Dylan. Maka cara satu-satunya adalah dengan mencari tahu tentang Dylan. Profesi laki-laki itu memudahkan Angel untuk melacaknya. Nama Dylan sang pengacara berada
Alexa terlonjak dari kursi yang didudukinya manakala suara Angel di ujung sana mengabarkan satu informasi yang selama ini dicari-carinya.“Aku tahu di mana Dylan. Aku kirim lokasinya sekarang.”Entah bagaimana perempuan itu tahu keberadaan Dylan. Alexa bahkan tak sempat mengatakan halo, Angel sudah lebih dulu berbicara dan begitu saja mematikan panggilan mereka. Tak lama sebuah pesan masuk melalui aplikasi chat. Alexa membuka pesan itu yang menampilkan sebuah map menuju satu lokasi. Seketika Alexa merutuki diri yang sudah berani-beraninya melupakan apartemen itu. Calon tempat tinggal mereka yang sudah Dylan persiapkan untuknya. Gegas Alexa menarik tas, kunci dan jaketnya yang tersampir di atas kursi kerjanya. Secepatnya ia berlari keluar dari kamar, memacu mobilnya menuju tempat yang dikenalnya. Semua masih tergambar di kepala Alexa. Bagaikan sebuah peta yang sangat jelas rute perjalanannya. Ia tak perlu membuka aplikasi chat dan melihat bagaimana ia harus
“Saya sudah pernah bilang, kan, kalau hubungan kamu dan Laura itu gak sehat. Kamu gak mau dengar. Liatkan, semuanya jadi berantakan seperti ini.” cecar Antonio. Ia meletakkan segelas minuman soda di hadapan Dylan yang nampak frustasi. Diliriknya laki-laki itu sekilas sebelum ia meraih gelas yang letakkan Antonio di hadapannya dan menenggaknya.“Saya tahu.” Dylan meletakkan kembali gelasnya di atas meja bar. “Tapi, apa kamu bisa mengontrol perasaan kamu sendiri ketika sedang jatuh cinta?” Tanya Dylan. Pertanyaan yang sebenarnya sulit untuk dijawab oleh Antonio.“Saya tahu itu gak mudah. Tapi seharusnya kamu mencoba melawan. Kamu sudah punya Alexa. Bahkan Alexa sedang berjuang dengan ingatannya. Tapi kamu malah main di belakang. Itu yang saya gak habis pikir.”DYlan menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar. Di antara beberapa kawan yang dimilikinya, ia memilih untuk menceritakan semua perso
“Saya gak tahu, harus mulai dari mana.”Laura melirik Alexa yang duduk di depannya dengan hati-hati. Sejujurnya, untuk bertemu dengan perempuan ini setelah semuanya terungkap, ia belum siap. Namun ia tak punya pilihan lain ketika Alexa menghubunginya satu jam sebelum waktu istirahatnya, dan meminta untuk bertemu. Setelah hilangnya Dylan, Laura menjadi terlalu fokus untuk mengetahui di mana keberadaan laki-laki itu itu hingga melupakan bahwa ada yang harus diselesaikan di antara ia dan Alexa lebih dulu.Tak ada satu orang wanita pun di dunia ini yang bersedia merelakan kekasihnya untuk wanita lain. Begitu pun sebaliknya, tak ada satu orang laki-laki pun di dunia ini yang bersedia merelakan kekasihnya untuk laki-laki lain. Keluarga Laura adalah salah satu contoh keluarga yang gagal. Setelah ia mulai beranjak remaja, ayahnya mulai berubah. Perubahan yang tak pernah dimengerti Laura kenapa, tapi ternyata terbaca oleh ibunya sebelum suaminya itu mengakui a
Dua gelas sirup jeruk terhidang di depan Laura dan Raynald. Laura memang pernah datang ke rumah ini, tapi untuk bertemu penghuninya tentu baru kali ini. Jadi, ia benar-benar merasa gugup. Perempuan yang tadi dijumpainya di depan gerbang adalah adik Dylan. Dulu sekali, laki-laki itu pernah bercerita tentang adik perempuannya yang memiliki penyakit serupa dengan laura. Rupanya seperti inilah tampilan adiknya. Sedikit berbeda dari Dylan. Ia memiliki mata yang belok, hidung yang mancung dengan cuping yang tak lancip, dan bibir yang tipis di bagian atas tapi sedikit lebih tebal di bagian bawah. Kulitnya sawo matang, tak seperti Dylan dan ibunya yang putih. Mungkin adik perempuannya ini menurunkan gen dari ayahnya. Bukankah memang seperti itu kebanyakan? Anak peremepuan mengikuti bagaimana ayah mereka dan anak laki-laki mengikuti bagaimana ibu mereka.“Sebelum pergi, Dylan pamit untuk menenangkan diri. katanya dia butuh waktu untuk menjernihkan pikiran. Untuk sementara dia ga