Semua Bab Terjerat Gairah Arjuna: Bab 31 - Bab 40

102 Bab

31. B-side

"Do you guys have any other colors you want me to put in?""Pink?""Okay, I already put in orange and green, so... pink? Okay."Itu adalah monolog si keturunan Apollo ketika melakukan temu sapa dengan para penggemarnya. Sebuah siaran tunggal yang dilakukan lintas dunia maya. Lelaki Asia yang fasih berbahasa Inggris itu sendirian, dua belas rekannya mungkin jadi sedang memenuhi jadwal yang entah seperti apa sibuknya. Dikata fanatik? Tidak juga. Berlabel Carat? Agaknya Arin bisa disebut demikian. Sebab di samping mengisi waktu luang dengan menonton film, ia juga suka mengikuti perkembangan satu boygroup yang cukup terkenal dengan jumlah anggota tiga belas orang—even though they're called Seventeen.Seperti saat ini misal. Ketika remaja di luar sana mulai menikmati weekend dengan menghabiskan waktu bersama kawan sepanjang malam, Arin duduk diam meronce gelang sembari menonton jejak siaran dari sang idola yang juga merangkai manik-manik di tempat tinggalnya. Memang tidak secara langsung,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-13
Baca selengkapnya

32. Helat dan saksi

Rela membatalkan janji temu, semoga balasan baik tidak bersifat semu. Hari Sabtu, jarum pendek jam belum sempat menyapa angka delapan. Juna duduk di atas motor merahnya seraya menyatukan pengait helm di bawah dagu. Hei, dia harus berhasil kali ini sebab tidak ada yang akan membantunya seperti saat mengaitkan topi rubah di Saloka. Ups, kenangan itu terasa manis sekaligus pahit, jadi mari tidak mendorong Juna jatuh ke palung memorinya.Redeu sudah sembuh, bahkan dengan lancar mengantar sang empu menyusuri bulevar menuju kampus. Sesuai agenda yang terjadwalkan, Juna harus berkumpul dengan rekan-rekan dalam UKM panahan. Sampai di tempat, ternyata belum banyak yang datang. Tunggu, memangnya berapa anggota klub itu? Juna agak lupa, sebab ada juga yang baru dilihatnya satu-dua kali saja. "Juna!" Panggilan itu dari seorang pemuda yang tengah mempersiapkan evafoam di sisi barat lapangan. Juna yang masih di parkiran sebelah utara pun membalas dengan lambaian tangan. Jujur sejujur-jujurnya ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-16
Baca selengkapnya

33. Two bracelets

"Pertama, jangan kencan di kafe. Udah biasa. Eh, boleh sih, tapi nanti pas udah mau balik. Cari tempat yang bisa buat nongkong lama gitu, bisa diputerin, syukur nambah pengetahuan lo yang cetek itu.""Anjing ya lo!""Eh, eh, nggak boleh misuh. Nanti gue aduin ke Arin, biar jeblok image lo di mata dia.""Shit!"- - -Sesungguhnya tidak perlu diingat untuk debat tak berfaedah antara Juna dan Banu kemarin sore. Bahkan sarannya juga cuma satu. Itu pun entah bisa dipertimbangkan atau tidak. Namun, malamnya Juna berdiskusi singkat dengan sang pacar tentang ke mana mereka akan pergi berdua. Mungkin ucapan Banu berhasil memengaruhi Juna, sehingga ia menyempatkan diri searching beberapa destinasi yang agaknya bisa menambah ilmu. Minimal tahu bentuk dan tatanan baru, tidak tentang kopi melulu. Lantas pada hari Minggu ini Juna akan pergi, harinya tidak akan sepi. Begitulah yang ia semogakan dalam hati. Jam sembilan pagi, Juna membalutkan sebuah jaket di luar kaus bergaris hitam putih. Sembari m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-20
Baca selengkapnya

34. Sua di bawah kejora

Bersama dersik malam, dinginnya menusuk kulit hingga katub jantung para insan. Embusannya mengantarkan roda-roda motor merah pada rumah dengan warna yang sama. Di ambang gerbang, ada rasa bersalah, ragu, dan bimbang. Si adam bersurai hitam sedang memantapkan tujuan bersua pada Minggu yang gelap ini. Berat nian kaki meninggalkan kendaraan untuk melangkah mendekat tempat tinggal sang pujaan. Namun, dengan segala dorongan—salah satunya dengan menyadarkan diri bahwa ia laki-laki sejati—maka Juna kini sudah menekan tombol persegi di pilar sebelah gerbang. Sembari menunggu seseorang keluar, ia beralih ke depan rangkaian besi itu. Tak sengaja terdorong dan ternyata tidak dikunci. "Juna?"Suara lembut itu tak perlu ditanyakan siapa pemiliknya. Arin menyapa pemuda yang datang tak diundang. Sekalinya janjian malah menghilang. Ah, jangan membicarakan perihal tadi siang. Pada detik ketika angin menghempas dedaunan, Arjuna mengulas senyum seraya tangannya mengudara untuk membalas sapaan. Ia mas
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-23
Baca selengkapnya

35. Pick a color

"Selamat pagi Pak Jo dan teman-teman semua. Saya Sia dengan NIM 50020 sebagai moderator akan membimbing jalannya diskusi pada hari ini. Adapun rangkaian acara yang akan kita lewati yaitu pembuka, pemaparan materi dari kelompok tujuh, sesi diskusi dengan dua termin masing-masing tiga penanya, dan yang terakhir adalah penutup."Perempuan bersurai sebahu itu berhenti sejenak untuk mengambil napas. Kemudian kembali melaksanakan tugasnya membuka acara. "Baiklah, tanpa perlu berlama-lagi, silakan pemateri untuk memaparkan hasil kerjanya. Waktu dan tempat saya serahkan kepada kelompok tujuh."Presentasi mingguan pun dimulai seperti biasa. Dosen yang akrab dipanggil Pak Jo itu memang terkenal paling rapi daripada pengajar lain di prodi Ilmu Komunikasi. Tentu bukan soal penampilan, tapi cara mengajar. Sejak awal semester beliau membagi penghuni kelas menjadi beberapa kelompok, lalu memberi materi dengan adil dan rata. Setiap pertemuan minimal dua tim presentasi, lantas beliau akan menambahkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-27
Baca selengkapnya

36. Senandika

Jingga mulai memenuhi langit sore ini. Warna yang senada dengan satu bangunan di antara rimbun dedaunan. Hanya beberapa orang yang berlalu lalang di halaman. Seperti pak satpam dan para dosen di pos dekat gerbang, juga sebagian pemuda-pemudi yang baru menyelesaikan jam kuliahnya. Melewati portal monokrom, dua perempuan melangkah beriringan sembari saling melempar percakapan. Satu di antara mereka, si gadis berkuncir kuda tiba-tiba berhenti melangkah. Pandangannya beralih dari Arin ke seseorang yang tak begitu jauh dari gerbang FIB. "Eh, udah ada pawang. Wih, bawa motor," ucap Lila seraya mengacungkan telunjuk ke eksistensi pacar sahabatnya. "Pawangmu juga ada tuh," Arin membalas usai melihat Juna tidak sendirian di sana. Memang benar hanya bagian depan jok motornya yang terisi. Namun, ada presensi lain di sebelahnya. Plak! Lila menepuk jidatnya setelah tahu jika Sena sedang berdiri di bawah pohon. Menunduk dengan ponsel di depan kepala, seketika dia mendongak dan mendapati dua pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-30
Baca selengkapnya

37. Mother hen

CklekPintu terbuka dengan derit samar yang terdengar. Cahaya dari luar langsung menerangi ruang yang teramat pekat gelapnya. Tidak sepenuhnya berubah benderang, sebab objek di ambang membawa siluet yang cukup besar. Bulat-bulat ditelan kamar, Juna segera menekan saklar. Sejak turun dari motor, matanya sudah fokus dengan ponsel di tangan. Bahkan nasi goreng yang didamba berakhir terabaikan di nakas. Si adam masih berusaha menyambungkan panggilan dengan ibunya. Duduk di sofa, pupil Juna seringkali berotasi kala tiada hasil yang memuaskan. Lantas pada pengulangan kesekian barulah suara yang dirindukan masuk ke telinga Juna. "Ibu, sibuk ya?" tanyanya tepat setelah disapa oleh wanita dari seberang. "Tidak Juna. Kamu baik-baik di sana, kan?"Lelaki itu mengulas senyum setelah mendengar suara lembut sang ibu. Hatinya menghangat, sirna sudah apa yang tadinya mengganjal di benak. "Iya, ini baru pulang dari kafe," balasnya. "Masih kerja? Ibu nggak masalah lho kalau kamu fokus kuliah aja,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-03
Baca selengkapnya

38. Apriori

Hari masih pagi, kabarnya sang pacar berangkat kuliah siang nanti. Juna mengetahui dari jadwal yang ditukar tempo hari. Sudah dipastikan juga melalui balon chat semalam. Sekaligus meminta izin bahwasannya jok Redeu akan ditempati cewek lain. Dan Arin memperbolehkan. Toh sahabat si adam sendiri. Oleh karenanya, detik ini Juna telah berada di depan rumah sang sobat. Tak perlu turun dari motor, sebab Yusi sudah menunggu di luar sejak tadi. Sembari Juna memutar mesin merah itu, si perempuan menutup pintu dan pagar. Sekadar informasi, Ibunya masih di rumah. Berkutat membuat beragam makanan yang sekiranya aman untuk lambung Yusi. Namun, anaknya memang agak tak tahu diri. Beralasan telat, Yusi segera pamit meski sebenarnya masih harus menanti kereta kencana. "Udah?" tanya Juna ketika merasa si gadis telah duduk di belakangnya. "Udah. Cepat, keburu emak gue keluar!" perintah Yusi dengan nada yang sedikit lebih pelan. Tidak sesuai titah, Juna malah urung menginjak gas. Kepalanya menoleh pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-06
Baca selengkapnya

39. Zero by one

"Kok nggak semangat?"Tengah hari, terik matahari lebih dari cukup menghangatkan bumi. Melangkah gontai menuju gerbang FISIP, presensi kekasihnya seolah gagal membuat Juna kembali berbunga. Seburuk itu ya kesialannya hari ini? "Telat ngumpulin tugas, soal jadi beranak-pinak," ucap si alpha dengan bibir mengerucut macam paruh. Sementara tulang-tulang di tubuhnya seolah lentur tak bertenaga. Yang mendengar keluhan malah terkekeh pelan. Arin gemas sendiri melihat raut tertekuk pacaranya yang satu itu. Meski ingin, tak mungkin juga ia cubit pipi tirusnya. Malu, banyak orang berlalu-lalang di sana. Alhasil ia hanya menikmati diorama itu dengan netranya. "Kopi bakal menyembuhkan. Kita berangkat sekarang?" tanya Arin sembari mengulurkan salah satu tangannya. Perlahan air keruh di wajah Juna pun berubah jernih. Badannya kembali tegap, dan dua sudut bibir ditarik hingga tercetaklah sebuah senyuman. Jemari tangan kirinya lantas bertautan dengan milik sang pacar. Sejoli muda-mudi itu melangk
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-10
Baca selengkapnya

40. Rinai kala swastamita

Siulan demi siulan membentuk rangkaian gema di telinga si pelaku. Krasak-krusuk langkahnya menginjak jalan setapak yang mulai ditutupi semak-semak. Dengan sekantong plastik minuman dan kudapan ringan, ia menjauhi keramain bulevar kota. Tubuh berbalut jaket biru itu semakin tenggelam dimakan bayang bangunan, setelah sebelumnya cahaya redup di sore mendung ini selesai mencumbu punggung. BlamPintu ditutup, sedikit terbanting karena angin. Perjalanan kecil si adam dari minimarket depan ke basecamp tongkrongan pun berakhir. Begitu masuk di petak itu, Marven agak mencium bau-bau aneh di sekeliling teman-temannya yang kini berpencar. "Hei, hei, Aji cariin stick drum gue," titah Cakra pada si paling muda. "Jov, ajarin gue main gitar," ucapan Randi ini di luar ekspetasi. "Ogah, ntar jari lo sakit terus marah-marah, gue kena juga," balas lelaki yang memiliki kejora di bawah mata. "Jadi dosen lo yang itu galak? Oh, gue sih cuma pernah lihat," perkataan Haydar ini terkesan seperti monolog d
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status