Butir-butir hitam, merah, dan putih di tangan senada dengan Redeu, serta kaus putih di balik kemeja hitam sang pemuda. Tak lupa jins kelabu yang menutupi kaki jenjang bersepatu. Berada di sekitar halte tak menjadikan Juna sebagai calon penumpang BRT seperti kebanyakan orang di sana. Sebab ia sudah menduduki kendaraannya sendiri. Di tepi jalan, bergeming menundukkan kepala, ia memainkan rangkaian manik-manik di pergelangan. Bibir ranumnya mengerucut. Satu hal yang menyarang di kepala tak meleset dari fenomena yang ia alami semalam. Kabut, kebakaran, dan seseorang bergaun putih. Apakah kemarin harinya sangat melelahkan hingga si adam bermimpi menakutkan? "Maaf lama," suara itu mengusir lamunan insan bersurai pekat di atas motornya. Juna menoleh, kecantikan paripurna ciptaan Tuhan sungguh membuatnya ingin memuja tiap saat. Dalam hati saja, sebab lisan selalu terasa tak pantas mengutarakannya. Ya, jangan lupakan soal si pria yang seringkali sangat memikirkan segala hal sampai ke akarn
Last Updated : 2022-06-20 Read more