Share

33. Two bracelets

Penulis: haihaw
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-20 19:08:46

"Pertama, jangan kencan di kafe. Udah biasa. Eh, boleh sih, tapi nanti pas udah mau balik. Cari tempat yang bisa buat nongkong lama gitu, bisa diputerin, syukur nambah pengetahuan lo yang cetek itu."

"Anjing ya lo!"

"Eh, eh, nggak boleh misuh. Nanti gue aduin ke Arin, biar jeblok image lo di mata dia."

"Shit!"

- - -

Sesungguhnya tidak perlu diingat untuk debat tak berfaedah antara Juna dan Banu kemarin sore. Bahkan sarannya juga cuma satu. Itu pun entah bisa dipertimbangkan atau tidak. Namun, malamnya Juna berdiskusi singkat dengan sang pacar tentang ke mana mereka akan pergi berdua. Mungkin ucapan Banu berhasil memengaruhi Juna, sehingga ia menyempatkan diri searching beberapa destinasi yang agaknya bisa menambah ilmu. Minimal tahu bentuk dan tatanan baru, tidak tentang kopi melulu.

Lantas pada hari Minggu ini Juna akan pergi, harinya tidak akan sepi. Begitulah yang ia semogakan dalam hati. Jam sembilan pagi, Juna membalutkan sebuah jaket di luar kaus bergaris hitam putih. Sembari m
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjerat Gairah Arjuna   34. Sua di bawah kejora

    Bersama dersik malam, dinginnya menusuk kulit hingga katub jantung para insan. Embusannya mengantarkan roda-roda motor merah pada rumah dengan warna yang sama. Di ambang gerbang, ada rasa bersalah, ragu, dan bimbang. Si adam bersurai hitam sedang memantapkan tujuan bersua pada Minggu yang gelap ini. Berat nian kaki meninggalkan kendaraan untuk melangkah mendekat tempat tinggal sang pujaan. Namun, dengan segala dorongan—salah satunya dengan menyadarkan diri bahwa ia laki-laki sejati—maka Juna kini sudah menekan tombol persegi di pilar sebelah gerbang. Sembari menunggu seseorang keluar, ia beralih ke depan rangkaian besi itu. Tak sengaja terdorong dan ternyata tidak dikunci. "Juna?"Suara lembut itu tak perlu ditanyakan siapa pemiliknya. Arin menyapa pemuda yang datang tak diundang. Sekalinya janjian malah menghilang. Ah, jangan membicarakan perihal tadi siang. Pada detik ketika angin menghempas dedaunan, Arjuna mengulas senyum seraya tangannya mengudara untuk membalas sapaan. Ia mas

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-23
  • Terjerat Gairah Arjuna   35. Pick a color

    "Selamat pagi Pak Jo dan teman-teman semua. Saya Sia dengan NIM 50020 sebagai moderator akan membimbing jalannya diskusi pada hari ini. Adapun rangkaian acara yang akan kita lewati yaitu pembuka, pemaparan materi dari kelompok tujuh, sesi diskusi dengan dua termin masing-masing tiga penanya, dan yang terakhir adalah penutup."Perempuan bersurai sebahu itu berhenti sejenak untuk mengambil napas. Kemudian kembali melaksanakan tugasnya membuka acara. "Baiklah, tanpa perlu berlama-lagi, silakan pemateri untuk memaparkan hasil kerjanya. Waktu dan tempat saya serahkan kepada kelompok tujuh."Presentasi mingguan pun dimulai seperti biasa. Dosen yang akrab dipanggil Pak Jo itu memang terkenal paling rapi daripada pengajar lain di prodi Ilmu Komunikasi. Tentu bukan soal penampilan, tapi cara mengajar. Sejak awal semester beliau membagi penghuni kelas menjadi beberapa kelompok, lalu memberi materi dengan adil dan rata. Setiap pertemuan minimal dua tim presentasi, lantas beliau akan menambahkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-27
  • Terjerat Gairah Arjuna   36. Senandika

    Jingga mulai memenuhi langit sore ini. Warna yang senada dengan satu bangunan di antara rimbun dedaunan. Hanya beberapa orang yang berlalu lalang di halaman. Seperti pak satpam dan para dosen di pos dekat gerbang, juga sebagian pemuda-pemudi yang baru menyelesaikan jam kuliahnya. Melewati portal monokrom, dua perempuan melangkah beriringan sembari saling melempar percakapan. Satu di antara mereka, si gadis berkuncir kuda tiba-tiba berhenti melangkah. Pandangannya beralih dari Arin ke seseorang yang tak begitu jauh dari gerbang FIB. "Eh, udah ada pawang. Wih, bawa motor," ucap Lila seraya mengacungkan telunjuk ke eksistensi pacar sahabatnya. "Pawangmu juga ada tuh," Arin membalas usai melihat Juna tidak sendirian di sana. Memang benar hanya bagian depan jok motornya yang terisi. Namun, ada presensi lain di sebelahnya. Plak! Lila menepuk jidatnya setelah tahu jika Sena sedang berdiri di bawah pohon. Menunduk dengan ponsel di depan kepala, seketika dia mendongak dan mendapati dua pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-30
  • Terjerat Gairah Arjuna   37. Mother hen

    CklekPintu terbuka dengan derit samar yang terdengar. Cahaya dari luar langsung menerangi ruang yang teramat pekat gelapnya. Tidak sepenuhnya berubah benderang, sebab objek di ambang membawa siluet yang cukup besar. Bulat-bulat ditelan kamar, Juna segera menekan saklar. Sejak turun dari motor, matanya sudah fokus dengan ponsel di tangan. Bahkan nasi goreng yang didamba berakhir terabaikan di nakas. Si adam masih berusaha menyambungkan panggilan dengan ibunya. Duduk di sofa, pupil Juna seringkali berotasi kala tiada hasil yang memuaskan. Lantas pada pengulangan kesekian barulah suara yang dirindukan masuk ke telinga Juna. "Ibu, sibuk ya?" tanyanya tepat setelah disapa oleh wanita dari seberang. "Tidak Juna. Kamu baik-baik di sana, kan?"Lelaki itu mengulas senyum setelah mendengar suara lembut sang ibu. Hatinya menghangat, sirna sudah apa yang tadinya mengganjal di benak. "Iya, ini baru pulang dari kafe," balasnya. "Masih kerja? Ibu nggak masalah lho kalau kamu fokus kuliah aja,

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-03
  • Terjerat Gairah Arjuna   38. Apriori

    Hari masih pagi, kabarnya sang pacar berangkat kuliah siang nanti. Juna mengetahui dari jadwal yang ditukar tempo hari. Sudah dipastikan juga melalui balon chat semalam. Sekaligus meminta izin bahwasannya jok Redeu akan ditempati cewek lain. Dan Arin memperbolehkan. Toh sahabat si adam sendiri. Oleh karenanya, detik ini Juna telah berada di depan rumah sang sobat. Tak perlu turun dari motor, sebab Yusi sudah menunggu di luar sejak tadi. Sembari Juna memutar mesin merah itu, si perempuan menutup pintu dan pagar. Sekadar informasi, Ibunya masih di rumah. Berkutat membuat beragam makanan yang sekiranya aman untuk lambung Yusi. Namun, anaknya memang agak tak tahu diri. Beralasan telat, Yusi segera pamit meski sebenarnya masih harus menanti kereta kencana. "Udah?" tanya Juna ketika merasa si gadis telah duduk di belakangnya. "Udah. Cepat, keburu emak gue keluar!" perintah Yusi dengan nada yang sedikit lebih pelan. Tidak sesuai titah, Juna malah urung menginjak gas. Kepalanya menoleh pa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Terjerat Gairah Arjuna   39. Zero by one

    "Kok nggak semangat?"Tengah hari, terik matahari lebih dari cukup menghangatkan bumi. Melangkah gontai menuju gerbang FISIP, presensi kekasihnya seolah gagal membuat Juna kembali berbunga. Seburuk itu ya kesialannya hari ini? "Telat ngumpulin tugas, soal jadi beranak-pinak," ucap si alpha dengan bibir mengerucut macam paruh. Sementara tulang-tulang di tubuhnya seolah lentur tak bertenaga. Yang mendengar keluhan malah terkekeh pelan. Arin gemas sendiri melihat raut tertekuk pacaranya yang satu itu. Meski ingin, tak mungkin juga ia cubit pipi tirusnya. Malu, banyak orang berlalu-lalang di sana. Alhasil ia hanya menikmati diorama itu dengan netranya. "Kopi bakal menyembuhkan. Kita berangkat sekarang?" tanya Arin sembari mengulurkan salah satu tangannya. Perlahan air keruh di wajah Juna pun berubah jernih. Badannya kembali tegap, dan dua sudut bibir ditarik hingga tercetaklah sebuah senyuman. Jemari tangan kirinya lantas bertautan dengan milik sang pacar. Sejoli muda-mudi itu melangk

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-10
  • Terjerat Gairah Arjuna   40. Rinai kala swastamita

    Siulan demi siulan membentuk rangkaian gema di telinga si pelaku. Krasak-krusuk langkahnya menginjak jalan setapak yang mulai ditutupi semak-semak. Dengan sekantong plastik minuman dan kudapan ringan, ia menjauhi keramain bulevar kota. Tubuh berbalut jaket biru itu semakin tenggelam dimakan bayang bangunan, setelah sebelumnya cahaya redup di sore mendung ini selesai mencumbu punggung. BlamPintu ditutup, sedikit terbanting karena angin. Perjalanan kecil si adam dari minimarket depan ke basecamp tongkrongan pun berakhir. Begitu masuk di petak itu, Marven agak mencium bau-bau aneh di sekeliling teman-temannya yang kini berpencar. "Hei, hei, Aji cariin stick drum gue," titah Cakra pada si paling muda. "Jov, ajarin gue main gitar," ucapan Randi ini di luar ekspetasi. "Ogah, ntar jari lo sakit terus marah-marah, gue kena juga," balas lelaki yang memiliki kejora di bawah mata. "Jadi dosen lo yang itu galak? Oh, gue sih cuma pernah lihat," perkataan Haydar ini terkesan seperti monolog d

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-13
  • Terjerat Gairah Arjuna   41. Flowers grow in his lungs

    Juna :Udah di rumah? |Terkirim pada kontak bertajuk Arina. Si adam yang telentang itu sedang memegang ponsel tepat di atas dada. Lehernya tertekuk, kepala bersandar pada papan ranjang, sementara tubuh yang panjang menghadap langit-langit kamar indekosnya. Butuh waktu untuk menanti masuknya balasan. Sudah jadi hal biasa tapi tetap saja menimbulkan gores di benaknya. Menghadapi manusia sibuk nan slow response macam pacarnya memang harus ekstra sabar. Harus punya hati seluas samudera. Sembari menunggu, Juna menggulir layar. Tidak meninggalkan aplikasi bertukar pesan, apalagi bertemu crush manisan. Ia bahkan tetap di ruang obrolan yang sama. Katakanlah tengah me-review percakapan. Lantas disadarinya bahwa tiap-tiap balon pesan selalu ia yang mulai mengirimnya duluan. Detak jarum jam di sepertiga pertama malam seolah berlomba dengan degup jantung Juna. Lama-lama ia rasa akan tumbuh baby breathe hingga mawar di relung dadanya. Sebuah penyakit yang tiada seorang pun ingin mengidapnya. N

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17

Bab terbaru

  • Terjerat Gairah Arjuna   It's me, haihaw!

    Halo!Haihaw di sini!Terima kasih sudah membaca Miracle. Manifest a miracle also comes to us.Terima kasih sudah bertahan hingga tamat. Hope you enjoy throughout this story yap.Ini adalah karya pertamaku yang dikontrak GoodNovel. Lebih kurang sudah satu tahun sejak Maret 2022 lalu. Aku tahu itu cukup lama untuk sekadar 100 bab. But it's okay. The process is a filling meal. Serius, coba pahami deh.Sudah berusaha keras untuk konsisten menulis dan diunggah, tapi dunia nyata malah sering bercanda. Aku pernah lalai, tapi setelah melewati momen itu dan kembali menyajikan kisah Juna dan kawan-kawan, ada rasa baru yang membuatku lebih mencintai karya ini. Mereka mengajakku kembali bermain dengan dunianya, dan itu menyenangkan.Lantas akhirnya semua berakhir di sini. Miracle sudah selesai—tapi tidak untuk keajaiban-keajaiban di hidup kita. Terima kasih sudah terlibat dalam perjalanan kecil pencarian makna kebersamaan antara Juna, Arin, Sena, dan teman-temannya. Di kesempatan baru nanti akan

  • Terjerat Gairah Arjuna   It's me, haihaw!

    Halo! Haihaw di sini! Terima kasih sudah membaca Miracle. Manifest a miracle also comes to us. Terima kasih sudah bertahan hingga tamat. Hope you enjoy throughout this story yap. Ini adalah karya pertamaku yang dikontrak GoodNovel. Lebih kurang sudah satu tahun sejak Maret 2022 lalu. Aku tahu itu cukup lama untuk sekadar 100 bab. But it's okay. The process is a filling meal. Serius, coba pahami deh. Sudah berusaha keras untuk konsisten menulis dan diunggah, tapi dunia nyata malah sering bercanda. Aku pernah lalai, tapi setelah melewati momen itu dan kembali menyajikan kisah Juna dan kawan-kawan, ada rasa baru yang membuatku lebih mencintai karya ini. Mereka mengajakku kembali bermain dengan dunianya, dan itu menyenangkan. Lantas akhirnya semua berakhir di sini. Miracle sudah selesai—tapi tidak untuk keajaiban-keajaiban di hidup kita. Terima kasih sudah terlibat dalam perjalanan kecil pencarian makna kebersamaan antara Juna, Arin, Sena, dan teman-temannya. Di kesempatan baru nan

  • Terjerat Gairah Arjuna   100. Arjuna dan Arina - End

    "Tunggu sebentar, ya."Perempuan berbalut celana jins dan jaket kulit hitam itu melangkah rikat dari satu kamar ke kamar lainnya. Tangan-tangan itu pun cekatan menguncir kuda rambut panjangnya. Hal lain yang ia lakukan bersamaan dengan dua kegiatan itu yaitu memandang sekilas sembari mengatakan permintaan pada seseorang untuk bersabar menunggu ia selesai bersiap.Seseorang yang duduk di ruang tamu dengan kudapan dan minuman sebagai jamuan. "Iya, santai aja," jawabnya.Ini hari Sabtu. Masih pagi, sekitar pukul sembilan menuju angka sepuluh. Hanya memberi gambaran kasar bahwa Juna mengajak Arin ke Surakarta, tapi ia tak menyebutkan hari dan jam secara spesifik. Alhasil, lelaki itu kini harus menunggu kekasihnya bersiap-siap dulu."Juna, kamu udah sarapan?" Sosoknya tak nampak, tapi suara perempuan yang bertanya sedemikian itu terdengar dari arah dapur."Sudah, Bu." Juna menjawab dengan sedikit lantang agar suaranya sampai pada sang pendengar yang dituju."Beneran? Jangan sampai belum ma

  • Terjerat Gairah Arjuna   99. Sena dan Lila

    Matahari condong di langit barat. Sinarnya menerobos sela-sela ranting dan dedaunan. Hingga akhirnya menerpa wajah-wajah yang baru saja keluar dari pelindung kepala. Sembari disisir dengan ruas jari, surai-surai itupun menari karena terpaan angin sepoi.Dua pria di dekat gerbang FIB itu sibuk dengan penampilan masing-masing. Seperti biasalah, bersiap untuk bertemu sang pujaan."Gue udah tahu weekend ini mau main ke mana," celetuk salah satu pemuda di atas motor hitam.Mendengar hal tersebur, si pemilik Redeu menoleh. "Ke mana?" tanyanya acuh tak acuh."Lo sendiri ada rencana apa?" Sena malah balik bertanya.Juna yang menunduk sambil memainkan helm di pangkuan itu lantas mendongak ke arah kawannya. "Solo," jawabnya singkat."Serius? Lo mau pulang kampung?" Entah kenapa Sena sok terkejut. Padahal bagi perantau memang wajar untuk pulang ke rumah orang tua saat ada kesempatan. Ah, mungkin dia ingat sentimen yang pernah terjadi antara Juna dan keluarganya."Iya, kenapa?" ujar Juna."Nggak

  • Terjerat Gairah Arjuna   98. Banu dan Rima

    "Gue mau putus."Tidak hanya si gadis bersurai sebahu yang menoleh pada lelaki yang mengucapkan kalimat itu. Tapi penjual jagung manis di tengah pasangan tersebut juga dibuat terperangah seketika."Makasih, pak," kata Rima sembari membayar kudapan yang dibelinya.Dengan paksa, Rima menarik lengan sang pacar pergi dari kumpulan penjual makanan kaki lima. Belum juga melangkah lebih jauh, Banu berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Rima."Gue mau putus," ulangnya.Di tempat yang tak begitu banyak orang itu, sang puan memicing karena jengah dengan si adam yang tiba-tiba mengatakan hal tak menyenangkan. "Udah empat kali lo bilang kayak gitu. Sekarang apa lagi alasannya? Karena gue nggak nemenin lo karaokean kemarin? Gue sibuk anjir, tugas gue banyak," jelas Rima. Ia berusaha keras menekan ego dan emosinya."Nggak usah bohong. Kemarin—" ucapan Banu terpotong karena dirinya yang menyuapkan jagung bertabur keju dan meses itu ke mulut. "Kemarin lo jalan sama orang lain, kan?" lanjutnya.Se

  • Terjerat Gairah Arjuna   97. Tara dan Chantika

    Tok tokDua ketukan pada bangku putih di baris ketiga dari depan. Si empu yang duduk pun menoleh pada sang pelaku. Ternyata sobat sendiri yang mendekat dan tersenyum."Sst," gadis berbandana itu menempelkan telunjuk di bibir sembari duduk di sebelah Arin. Tak lupa, Lila mengeluarkan sebuah sticky note dan memperlihatkannya pada sang kawan.Membaca sejenak, raut Arin nampak terkejut. Manik matanya membulat. Bahkan mulutnya juga menganga dan langsung ia tutup dengan tangan. Sementara Lila tersenyum melihat reaksi gadis di sisinya itu.Kemudian Lila mendongak dan mendapati seorang lelaki jangkung di barisan depan bangkit dari bangkunya sembari menaruh tas di punggung.Tanpa sepatah kata, Lila menepuk lengan Arin. Yang menerima kode pun mengikuti arah pandang Lila. Kedua belia itu pun segera meninggalkan kursi dan keluar dari kelas. Mereka diam-diam mengikuti sosok kasanova di depan sana.Berjarak lebih kurang dua meter, si adam terus menginjakkan kakinya di lantai tiga gedung A Fakultas

  • Terjerat Gairah Arjuna   96. Kamal dan Ayuna

    Tentang dia yang katanya bisa memantik tantrum orang-orang di dekatnya."Kelompok terakhir yaitu Ayuna, Dea, Gita, Kamal, Mahesa, dan Peter." Wanita berkacamata itu menyebut satu per satu nama mahasiswa di kelompok ketujuh yang beliau buat. "Silakan mulai mengerjakan tugas. Kumpulkan pada kormat dalam bentuk soft file, lalu kormat mengumpulkan pada saya maksimal besok jam sepuluh pagi. Paham semuanya?" jelas sang dosen tersebut."Paham," balas sebagian besar seisi kelas."Baiklah kita akhiri kelas hari ini. Selamat siang," pamit dosen itu sebelum akhirnya meninggalkan ruangan usai anak didiknya membalas serempak.Seseorang di samping meja Ayuna pun berdiri. Dia mengamati arloji di tangan kiri. "Masih ada lima belas menit, mau bahas tugas sekarang di sini?" tanya Mahesa pada Ayuna, Dea, dan Gita yang duduk sebaris."Boleh," kata Ayuna. Dua gadis lain pun juga setuju."Kamal, sini dulu bentar, bahas tugas!" Mahesa memanggil satu lelaki jangkung yang sudah berdiri dengan ransel di pungg

  • Terjerat Gairah Arjuna   95. Relationship

    Derit pintu tak ubahnya menarik atensi enam insan di dalam ruangan itu. Petak persegi yang baunya tak pasti. Kadang hanya parfuma badan, kadang makanan ringan, kadang juga bau khas konsol mainan baru. Lalu si orang ketujuh kini menutup kembali pintu. Namun, ia tak kunjung duduk di kursi empuk."I wanna talk," ucap si blasteran, Marven.Haydar, Randi, dan Aji masih fokus pada kesibukannya melempar kartu UNO di meja. Cakra dan Jovi hanya nampak punggung saat menghadap mesin game gulat. Sementara satu manusia lagi di kursi nampaknya bersedia mengalihkan pandang dari ponsel ke arah Marven berdiri."Ada apa?" tanya Jayendra. Tak lebih baik, dia kembali sibuk dengan elektronik pipih di tangannya.Haydar pun menyadari eksistensi Marven. "Oh, my bro! Sini, ngapain berdiri?" ucapnya santai.Diamnya Marven adalah penolakan. Ia mengeraskan rahang dengan kepalan tangan yang tertutup jaket jins panjangnya. Logika dan hatinya berusaha tetap sinkron untuk membulatkan keputusan."I'm done," katanya.

  • Terjerat Gairah Arjuna   94. Tentang pilihan

    Bohlam-bohlam keemasan yang menggelantung itu bersinar terang. Semakin malam, makin banyak pula yang berdatangan. Memang benar kegiatan ngopi paling nikmat adalah saat malam hari."Mas, vietnam drip sama einspänner ya," ucap seorang pria berkaus polo hitam. Sesuai jumlah pesanan, ia tentu tak sendiri. Ada seorang gadis di belakangnya. Perempuan yang nampak tak asing di mata Juna. Hawa yang mengenggam posesif tangan si adam dengan senyuman manisnya."Mohon ditunggu, ya. Silakan duduk dulu," kata Juna sambil mengesampingkan rasa penasarannya.Sepasang pembeli itu pun menuju bangku kosong yang dipilih. Sementara Juna segera menyiapkan minuman yang dipesan.'Kayaknya gue pernah lihat dia,' batin Juna.Sembari terus mencoba mengingat-ingat siapa wanita semampai, bersurai sedikit gelombang, dengan ciri khas anting panjang. Sepertinya ini bukan kunjungan pertamanya di kafe tempat Juna bekerja. Makanya si pemuda itu seolah pernah melihatnya.Juna menaruh dua minuman yang telah siap ke atas na

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status