Home / Thriller / Martabak Setan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Martabak Setan: Chapter 11 - Chapter 20

33 Chapters

Part 11 : Penolakan Fitri

Martabak Setan Part 11 : Penolakan Fitri Zilga melangkah menuju motornya dan saat melirik rak penitipan martabak, takjil berdarah itu sudah ludes tak bersisa, padahal sekarang baru pukul 15.15. Ia benar-benar bingung dengan semua ini, Pak RT tak percaya dengan apa yang sudah ia katakan dan ia malah dianggap gendeng  dan yang bikin dia makin jengkel, Pak RT malah menantang Nenek setan dengan memakan martabak itu. “Aku harus ke rumah Fitri,” gumamnya sambil naik ke motor dan menghembuskan napas berat. Zilga mulai memacu motornya menuju kediaman Fitri, temannya bertubuh ceking dan mengaku indigo itu. Ia tak bisa hanya tinggal diam saja, melihat warga kampungnya meninggal setiap hari. Ia harus bisa melawan nenek setan dan membuat nenek tua itu mendapatkan ganjaran atas apa yang telah diperbuatnya. &
Read more

Part 12 : Jenazah Berlumur Darah

Martabak Setan Part 12 : Jenazah Berlumur Darah Zilga terus melangkah, hingga ke jalan setapak yang terletak di antara area pemakaman dan pinggir hutan,  ia sedang membunturi Fitri. Akan tetapi, Fitri malah berbelok ke area pemakaman lalu duduk di depan sebuah nisan. Zilga menghentikan langkahnya dan bersembunyi di balik tembok kuburan dan mengamati apa yang dilakukan oleh temannya itu. Fitri terlihat komat-kamit membaca doa di atas makam  itu, dan kemudian mengedarkan pandangan ke segala arah, ia seperti mengetahui ada sesorang yang sedang mengamati gerak-geriknya.  Saat Zilga memalingkan pandangannya ke belakang, lalu menghadap ke arah Fitri lagi, gadis bertubuh kurus itu sudah tak ada lagi di dalam area pemakaman. Fitri yang saat itu sudah be
Read more

Part 13 : Makam Pak RT

Martabak Setan Part 13 : Makam Pak RT Saat Nenek setan sudah menghilang dari pandangannya, barulah Zilga dapat menggerakkan leher juga tangannya. Ia menarik napas panjang, dengan jantung yang masih berdebar tak karuan. “Astaghfirullahal’adzim.” Zilga mengusap wajah dan naik ke atas motornya untuk menyusuri jalan setepak tadi, tempat nenek setan menyeret jenazah Pak RT.  Ia melambatkan laju sepeda motornya, saat melihat sang nenek setan terlihat masuk ke hutan dengan masih menyeret tubuh tinggi tegap dalam balutan kain putih itu. Zilga bergidik ngeri, ia bimbang antara mengikuti sang nenek masuk ke hutan atau melaporkan hal ini kepada keluarga Pak RT. Setelah beberapa saat berpikir, Zilga memutuskan untuk membuntuti sang nenek setan terlebih dahulu dan mengetahui gubuknya, b
Read more

Part 14 : Teror Pocong

Martabak Setan Part 14 : Teror Pocong Zilga duduk di depan ruangan Kakaknya dirawat, sedang Sang Mamak pulang ke rumah untuk mengambil pakaian dan melihat keadaan rumah yang sudah lama ia tinggalkan. Gadis berpakain serba hitam itu menghela napas panjang, karena tadi malam ia tak bisa tidur dengan nyenyak karena diteror pocong Pak RT.  “Agghh ... kenapa juga hantunya Pak RT mesti menerorku?” Zilga memegangi kepalanya. Kejadian di rumah Pak RT di saat semua orang tak mempercayai omongannya membuatnya kembali frustasi. Pas tadi malam ke makam saja, gundukan tanah kuburan itu juga masih utuh padahal ia yakin Nek Ude Sobel sudah membawa jenazah itu ke gubuknya. Sebuah pesan masuk ke ponsel Zilga, ada chat dari Hilda. [Zil, lo di mana? Gue mau kete
Read more

Part 15 : Persyaratan

Martabak Setan Part 15 : Persyaratan “Oke, langsung saja, ya, gaes ... syarat yang pertama ... kalian berdua harus memotong satu jari kalian untuk dijadikan tumbal untuk nenek setan agar ia tak bisa membunuh kita lagi, syarat yang kedua ... selama di sana kalian tak boleh menyebut nama tuhan kalian dan syarat yang ketiga, kalian akan menjadi budak gue selamanya dan guelah ratu kalian. Ratu Fitri yang sekaligus akan menjadi tuan kalian!” ucap Fitri dengan nada sinis dan tampang jutek. Zilga dan Hilda saling tatap dengan mata yang melotot kaget akan syarat akan beberapa syarat yang dipinta oleh Fitri. Keduanya menggeleng ngeri dan merasa syarat dari Fitri sungguh tak masuk di akal dan membuat kepala mereka berdenyut memikirkannya. “Gila kamu, Fit! Ketiga syaratmu itu sungguh gila!” Zilga bangkit dari sofa dan m
Read more

Part 16 : Hasil Pemeriksaan BPOM

Martabak Setan Part 16 : Hasil Pemeriksaan BPOM [Zilga, tadi siang Abang sudah membawa sampel martabak ke kantor BPOM dan hasilnya akan keluar tiga hari lagi.] Sebuah chat dari Devin masuk ke ponsel Zilga, ia yang sedang menunggu kakaknya yang masih terbaring koma itu menggut-manggut dengan menyunggingkan senyum tipis. Ia berharap hasilnya sesuai dengan apa yang ia duga agar Nenek setan bisa diringkus Polisi dan dimasukkan ke penjara guna mempertanggungjawabkan perbuatannya. Sudah ramadhan ke-17 tapi teror nenek setan masih belum bisa dihentikan, ia berharap takkan ada korban lagi jika Nek Ude Sobel sudah ditangkap Polisi. [Sip, Bang. Kalau hasilnya sudah keluar, segera kabari Zilga!] Zilga membalas chat Devin. Taklama setelah itu, sebuah telepon dari nomor baru masuk ke ponselnya.
Read more

Part 17 : Dikubur Saja

Martabak Setan Part 17 : Dikubur Saja! Dari pukul 16.00 hingga adzan magrib berkumandang, Nenek pembuat martabak setan tak muncul juga di Warung Takjil Nurhana. Tiga anggota Kepolisian yang mengintai tak dapat meringkusnya. Devin dan Zilga yang ikutan mengintai saling pandang dengan kecewa. Apa yang mereka rencanakan selalu tak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Ini kali kedua rencananya gagal. “Kita lanjutkan penyelidikan besok lagi dengan agenda menyisiri kawasan hutan di mana Zilga melihat calon tersangka menyeret jenazah korban,” ujar salah satu Polisi. Zilga dan Devin hanya mengangguk lemas. “Kalau begitu, kami pamit.” Tiga Polisi itu pamit pergi dan akan melanjutkan pencarian besok lagi. “Semoga saja besok ... gubuk Nen
Read more

Part 18 : Selamat Menjemput Kematian

Martabak Setan Part 18 : Selamat Menjemput Kematian “Aku akan menghabisimu!” Nenek setan mengangkat pisaunya tinggi-tinggi. Devin yang saat itu sedang terbaring di bangku panjang segera membuka mata dan terkejut melihat benda berkilatan yang akan menusuk kepalanya. Dengan cepat, cowok bertubuh tinggi itu menjatuhkankan tubuhnya ke samping kiri sehingga hujaman pisau sang nenek menancap di bangku yang tadi ia baringi. “Ayo kita lari, Bang!” Zilga menarik tangan Devin untuk segera bangkit lalu berlari mencari pintu keluar dari galam gubuk gelap tanpa penerangan itu. “Heh, heh, heh ... kalian takkan bisa ke mana-mana!” ujar sang nenek dengan ketawa khasnya. Devin dan Zilga terus berlari, tapi pintu keluar tak juga mereka temuka
Read more

Part 19 : Pertualangan Dimulai

Martabak Setan Part 19 : Pertualangan Dimulai  Keempat anak manusia itu mulai melangkah, menyusuri hutan di senja yang sedang menjemput gelap. Dengan tekad yang kuat dan berpegang teguh kepada kuasa Allah, mereka yakin kalau kejahatan tetap akan kalah jika dilawan dengan ilmu Allah.Ketika keempatnya tiba di tengah hutan, jam sudah menunjukkan waktunya berbuka puasa. Mereka menghentikan langkah dan duduk di bawah pohon. “Kita buka puasa dulu, gaes, biar kuat larinya kalau nenek setan sudah menampakkan diri!” ujar Zilga dengan mengeluarkan makanannya. Hilda, Reyvan dan Devin mengangguk, lalu mengeluarkan bekal masing-masing. “Makannya yang cepat, habis itu sholat kita. Tayamum aja, kayaknya nggak ada sungai di dekat sini!” ujar Zilga lagi.
Read more

Part 20 : Sosok Pucat tak Bernadi

Martabak Setan Part 20 : Sosok Pucat tak Bernadi “Bang, bau busuk apa ini?” tanya Hilda dengan memencet hidungnya karena bau ini terasa makin menyengat. “Bang Devin, tubuh kamu kok dingin begini,” sambungnya saat tanganya menyentuh bagian lengan sosok di pelukannya. Tetap tak ada jawaban. Sedangkan Devin, ia masih menggagapi lantai. Tangan kanannya  seperti memegang sebuah lengan tangan seseorang, sedangkan tangan kirinya menggapai sesuatu yang keras yang ia duga adalah senternya yang terjatuh.Dengan cepat, Devin segera menekan tombol on pada sentar dan langsung menyala. Sentar itu langsung ia arahkan ke tangan kanannya yang sedang memegang sesuatu. “Ya Allah!!!” ujarnya dengan setengah berteriak dan melepaskan potongan tangan manusia yang tadi ia pegang. “Astaghfirullah
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status