Home / Romansa / Kekasih dari masa lalu / Kabanata 1 - Kabanata 10

Lahat ng Kabanata ng Kekasih dari masa lalu: Kabanata 1 - Kabanata 10

23 Kabanata

Udara tanah kelahiran

   Youmna menginjakkan kakinya kembali ke tanah kelahirannya, setelah melewati tujuh tahun menganyam pendidikan di Jerman. Terhitung masa SMA dan kuliahnya Ia habiskan di sana bersama dengan nenek dan kakeknya.      Udara yang ia rindukan, pemandangan yang telah banyak berubah sejak ia meninggalkan Jakarta, serta jalan yang punya banyak kenangan untuknya.   "Damn it!"   Youmna mengumpat pengendara mobil yang melintasinya dengan kecepatan tinggi hingga air hujan yang ada di jalanan mengenai tubuh dan pakaian dengan kuyup. Dan ia sadari hal yang tidak pernah berubah dari kampung halaman adalah kebiasaan orang-orang yang berkendara seperti pembalap di jalan umum terlebih lagi anak muda.   Pemuda yang mengendarai mobil tadi berhenti dan meminggirkan mobilnya, "Sorry!" suara pria itu dari kejauhan.   "Sorry, sorry!" umpat Youmna sambil membersihkan p
Magbasa pa

Ini baru saja awal

  "Jeng, nanti malam jadi 'Kan?" Suara Sofia menjawab obrolan seseorang dari seberang telepon.   "Oke-oke siap!" Sofia mematikan telepon selulernya, ketika Kai datang dan mengambil segelas air minum dan duduk di samping Sofia.   "Nanti malam ikut mama sama papa ya, nemuin rekan bisnis."   "Buat apa? Perjodohan lagi?" jawab Kai ketus kepada ibu tersebut.   "Ngomong sama mama nggak boleh gitu dong, harus lembut," celetuk Brian yang tiba-tiba datang.   "Pa ... Ma ... Kai kan udah bilang. Kai nggak mau dijodohin!"   "Nah, kalo gitu dari semua cewek yang sering kamu bawa ke rumah. Ada dari mereka yang kepribadiannya bagus dan sesuai sama leluhurmu?"   Kai merenung mengingat dari semua wanita yang ia kencani dan kesemuanya itu pasti Sofia dan Brian tidak setuju dengan alasan-alasan kongkret dan fakta. Dari Veronica yang jadi incaran banyak pria karena cantik d
Magbasa pa

Kerinduan

 "Hemm, Youmna kangen banget!" Youmna memeluk Bagas dan Yanti secara bersamaan.   "Anak gadis ayah ini dari mana aja sih?" Bagas mengelus ubun-ubun Youmna dengan kasih sayang.   "Dari menyelesaikan misi masa depan!" Tawa Youmna.   "Hemm." Yanti mencium pipi Youmna dan dibalas oleh Youmna tiga kali lipat ciuman Yanti kepadanya.   "Maksud ayah, kamu ke mana tadi kok dicariin di kamar nggak ada, Sayang?"   Bagas melirik Yardan yang mencoba menjelaskan melalui isyarat gerak tubuh bahwa Youmna dari luar menemui Kasiyem. Kini semuanya sedang berkumpul di ruang keluarga dengan posisi Bagas dan Yanti duduk di sofa, Yardan duduk di samping Yanti namun di penahan sofa, sedangkan Youmna duduk di karpet bulu di hadapan Bagas dan Yanti.   "Ceritain dong Dek gimana di Jerman?"   "Abang ini kaya nggak pernah ke sana aja!" Tawa Youmna.   Memiliki Kakek
Magbasa pa

Kejadian yang tak pernah disangka

   "Ma ... ini mah rumahnya si Yardan," gerutu Kai saat mobil yang ia dan keluarganya memasuki halaman rumah Yardan.   "Udah sih, berisik kamu itu!"   Kai mengetuk-ngetuk kaca jendela dangan sendi jari-jarinya sedangakan Brian yang mengemudi sedang mencari posisi parkir dan Sofia terus menatap Kai yang seperti orang ogah-ogahan itu dari kaca depan mobil."Senyum dong ganteng!" seru Sofia sambil menatap kaca dan fokus melihat objek didalamnya. Kai sebagai objek yang dituju itu hanya menatap malas Sofia dan senyum yang dipaksakan.   Kini kaki ketiganya telah sampai di depan pintu dan sudah disambut oleh Yanti dan Bagas yang telah menunggu di depan pintu sejak mobil mereka memasuki halaman rumah. Mereka pun saling menyambut dengan salam dan tak lupa berpelukan untuk Yanti dan Sofia, salaman anak gaul untuk Brian dan Bagas sedangakn yang dilakukan Kai salaman horman kepada yang lebih tua.   "Mana Ya
Magbasa pa

Menimbang-imbang

   Kai masih menimbang-nimbang apa keputusan yang harus ia buat, mengigat keduanya sangat penting untuk masa depannya; perjodohan dan bisnis baru. Yang mana keduanya masih satu lingkup keluarga yang sama, ia tidak ingin mengambil keputusan yang salah dan tidak ingin juga kedua belah pihak, keluarganya dan keluarga calon merasa kecewa di akhir.   "Gimana?" tanya Sofia. Kai mengangkat kepalanya, tahu apa yang saat ini Sofia jadikan bahasan untuk sarapan pagi kali ini.   "Not bad!"   Kai melanjutkan kembali kunyahan tanpa mempedulikan ekspresi Sofia ketika mendengar jawabannya. Sofia dengan wajah sumringahnya.   "Pa nanti kita lamar Youmna, segera!" ucap Sofia kepada Brian dengan nada bahagia yang tak terkontrol.   "Ma, tunggu! Jangan terburu-buru," ucap Kai dengan santainya.   "Nah, kan kamu udah setuju!"   "Pa, kapan aku bilang setuju? Ma, tadi aku b
Magbasa pa

Pertengkaran pertama

  "Sampai kapanpun lu nggak akan pernah bisa berubah!"   "Youm! lu bukanTuhan, lu nggak bisa nentuin masa depan seseorang!"   Mereka masih memperdebatkan segala yang menjadi bahasan di restoran tadi, meski dalam keadaaan mobil yang berjalan keduanya tidak henti mengungkapkan semua argumen yang ada di kepala masing-masing dan ego masing-masing.   "Tapi orang tipe kaya lu nggak akan bisa berubah!"   "Selalu ngerendahin orang lain! lu pikir. Lu sempurna!" lanjut Youmna dengan amarahnya.   "Youm!" panggil Kai seakan ingin membela dirinya.   "Orang lain bisa aja stres gara-gara omongan lu!" lagi Youmna melontarkan umpatan untuk Kai.   "Tolong jangan ungkit masa lalu. Gua udah berubah, Youm!"   "Bicara tanpa tindakan itu namanya penipuan!" tegas Youmna.   "Gua nggak nipu lu! basing lu lah!" Kai menyerah dengan usahanya membe
Magbasa pa

Pertengkaran kedua

   Masa yang tidak akan pernah terulang dan jika ada mesin untuk mengulang waktu, Youmna akan menghindari masa-masa itu dan bahkan Ia tidak pernah ingin mengenal Kai kembali meski dalam raga yang berbeda.   Perasaan benci yang tidak pernah bisa terobati ini apakah akan selamanya seperti ini?   "Youm, sebelum ambil keputusan coba pikirin matang-matang." ucap Kai dengan tenang.   "Apa yang harus gua pikirin berulang-ulang. Lu itu...." kalimat Youmna terhenti Ia tidak tega mengucapkan perkataan yang bisa lebih-lebih menyakiti Kai.   "Kenapa? Playboy. Tukang bully. Sok ganteng. Sok kaya! apa lagi kejelekan yang ada di dunia ini semua ada di seorang Kai!" Kai mencaci dirinya sendiri.   Youmna menatap Kai yang sedang menyetir itu dengan tatapan nanar, Ia sebenarnya tidak ingin mengatakan kejelekan diri Kai di masa lalu yang telah menyakiti hatinya, namun pria itu malah menggalinya sendiri.
Magbasa pa

Antara keinginan Yardan dan kemurkaan Kai

  Youmna terduduk dari berdirinya, menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menatap tubuh Yardan yang terbaring di kasur.   "Selama ini kan ayah udah banyak bantu Abang dan kamu juga. Abang pengen mandiri, pengen ngerasain susah biar sewaktu-waktu Abang nggak di tampar oleh keadaan yang buat Abang nggak bisa ngelakuin apa-apa."   "Waktu kita nggak selamanya. Kamu sadar kan dek?" lanjut Yardan dengan tanya.   Youmna hanya mengangguk meng-iya-kan apa yang dikatakan oleh Yardan.   "Hidup juga berputar dek, Abang nggak mau disaat roda Abang dibawah malah buat Abang sombong."   "Bang, kita buat kedai pinggir jalan aja yuk dengan modal seadanya. Youmna bantu ya?"   "Kayanya dari pada cari investor, lebih baik dirintis dari awal banget bang. Kerja kerasnya lebih kerasa." Youmna berusaha menyakinkan Yardan dengan usulnya.   Youmna mengerti impian Yardan
Magbasa pa

Tamu tak diundang

  "Dia baik dek, kamu nggak akan nyesel. Ayah yakin sama dia begitu juga Abang," jelas Yardan dengan senyuman.   "Tapi..."   "Tapi kok dia batalkan investasi dan hancurkan impian Abang?" lanjut Youmna.   "Mau ya dek, nikah sama Kai. please!" Yardan memohon.   "Youngie nggak mau nikah sama orang yang udah hancurkan impian Abang!"   Mendengar perkataan tersebut terucap dari lidah Youmna, Yardan tertawa terbahak-bahak membuat Youmna tak mengerti akan tingkah Yardan saat ini.   "Kok malah ketawa?" tanya Youmna datar.   "Kenapa? ada apa sama Kai, Abang yakin alasan kamu bukan itu!" kini Yardan berbicara lebih serius.   Youmna terdiam karena Ia tahu menjawab hal yang sebenarnya hanya akan mengingat kan kejadian dimasa lalu dan menjawab dengan dusta pasti akan tercium oleh Yardan.   "Hemm, yaudahlah Abang juga bukan dukun. Ta
Magbasa pa

kai

  "Assalamualaikum." ucap Kai ketika memasuki ruangan yang terdapat Bagas dan Yardan.   "Waalaikumsalam bro, pagi ya sesuai janji!" seru Yardan dengan ekspresi bahagia mengetahui Kai sudah datang.   Kai pun bersalaman dengan Yardan salam sahabat sedangkan dengan Bagas, Kai mencium tangannya tanda menghormatinya.   Kai duduk setelah dipersilakan duduk oleh Bagas, "Adekmu udah bangun belum, Dan?" tanya Bagas kepada Yardan.   "Udah yah, lagi mandi kayanya."   "Kalo udah selesai suruh turun ya," Bagas berbicara pada Yardan sambil tersenyum melihat Kai yang secara spontan dibalas cengiran oleh Kai.   Bagas kembali dengan aktifitasnya membaca koran, sedangkan Yardan dengan aktifitasnya membenarkan radio milik Youmna. Beberapa hari lalu Youmna pernah meminta Yardan untuk membenarkan radionya yang rusak tujuh tahun lalu, Ia sebenarnya meminta Yardan untuk membenarkan ini di tempa
Magbasa pa
PREV
123
DMCA.com Protection Status