"Sampai kapanpun lu nggak akan pernah bisa berubah!"
"Youm! lu bukanTuhan, lu nggak bisa nentuin masa depan seseorang!"
Mereka masih memperdebatkan segala yang menjadi bahasan di restoran tadi, meski dalam keadaaan mobil yang berjalan keduanya tidak henti mengungkapkan semua argumen yang ada di kepala masing-masing dan ego masing-masing.
"Tapi orang tipe kaya lu nggak akan bisa berubah!"
"Selalu ngerendahin orang lain! lu pikir. Lu sempurna!" lanjut Youmna dengan amarahnya.
"Youm!" panggil Kai seakan ingin membela dirinya.
"Orang lain bisa aja stres gara-gara omongan lu!" lagi Youmna melontarkan umpatan untuk Kai.
"Tolong jangan ungkit masa lalu. Gua udah berubah, Youm!"
"Bicara tanpa tindakan itu namanya penipuan!" tegas Youmna.
"Gua nggak nipu lu! basing lu lah!" Kai menyerah dengan usahanya membela diri, pasrah dengan lontaran-lontaran Youmna yang buruk tentang dirinya. Telinganya sudah kebal untuk itu, toh dengan memperjelas dirinya sudah berubah pun wanita itu tidak akan pernah percaya pada ucapan Kai, dan yang Ia dapatkan hanyalah rasa lelah berbicara untuk menjelaskan dirinya.
"Untuk rencana perjodohan itu. Batalkan!"
Kai kaget bukan main, kakinya menginjak rem secara mendadak dan membuat keduanya terperanjat. Kepala Kai hampir mengenai stir mobil dan dengan sadar Ia langsung menatap wajah Youmna yang tertunduk dan terhalang oleh rambutnya.
"Nyetir itu yang bener ngapa! Inget lu itu bawa anak gadis orang!" Youmna mengomel sambil membenarkan posisi duduk dan rambutnya.
Bola mata Youmna tepat bertemu dengan kedua bola mata Kai yang sedang menatapnya dalam, Youmna terkejut dengan tatapan pria ini seperti ingin memangsa buruannya.
Mati gua! Youmna membatin dalam, pikirannya kini kemana-mana. Tatapan pria itu semakin dalam dan membuat Youmna melongo kebingungan.
"Youm! gua bisa aja lakukin apa yang lu nggak bisa. Jadi jangan macam-macam. Jangan sampai rasa sabar gua habis!"
"Eh Kai, dimana-mana kalo orang baik mah nggak akan pernah berubah oleh keadaan. Jadi lu simpen aja sabar lu itu buat orang yang nggak kenal lu!"
"Sama gua mah jadi aja diri sendiri. Nggak usah pura-pura sabar, nahan sabar. Nggak usah! percuma gua nggak akan percaya!"
"Terserah lu! yang pasti gua nggak bakalan batalin!"
"Gila lu ya! lu pikir pake otak. Bagaimana bisa nikah sama orang yang jelas-jelas nggak suka sama lu!"
"Lu mau bales dendam dengan nyiksa gua jadi istri lu gitu!" lanjut Youmna masih dengan amarahnya.
"Nggak ada niat gua bales dendam ke lu!"
"Bodo! gua minta lu batalin perjodohan itu!"
Youmna masih tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Kai bahwa Ia tidak akan membatalkan 'perjodohan' itu menjadikan suatu tanda tanya yang besar di kepala Youmna untuk apa dia melakukannya jika bukan untuk membalas dendam atas setiap perkataan kasar Youmna.
"Bukan balas dendam, Youm. Lebih tepatnya balas budi," Kai kembali membuka suaranya dengan nada yang lembut dan melajukan kembali mobilnya.
Mendengar perkataan Kai yang mengejutkan itu membuat Youmna mengarahkan wajahnya untuk menatap Kai yang sedang menyetir dengan santai.
"Kamu alasan aku berubah," ucap Kai lembut dan balas menatap Youmna.
"Aduh, fakboi beraksi!" keluh Youmna dengan suara yang keras agar Kai mendengar dengan jelas.
"Gimana cara biar kamu percaya?" Kai fokus menatap jalan didepannya.
Youmna hanya diam tanpa reaksi, pikirnya bagaimana pun Kai saat ini membuktikan atau mencoba menyakinkan Ia tetap tidak akan pernah percaya.
"Batalin perjodohan!" Youmna menatap kembali jalanan lewat kaca jendela yang ada disampingnya.
"Yakin?"
Kai memberi tanya dengan nada yang bercampur antara sedih, kesal dan terselip pergolakan batin antara hati dan pikiran. Hatinya berkata bahwa bagaimanapun juga Ia tidak akan pernah ingin membatalkan perjodohan itu dan pikiran mencari cara bagaimana bisa bertahan dengan seseorang yang memang tidak ingin bersama.
"Yakin!" jawab Youmna penuh optimisme.
"Jangan nyesel ya, karena aku bisa lakukin apa yang nggak bisa kamu lakuin!" Kai menatap Youmna dengan senyuman liciknya.
"Basing lu. Gua nggak peduli!"
Youmna tidak menatap wajah Kai meski Kai menatap wajah Youmna, Youmna masih sibuk dengan pekerjaannya menatap jalanan dari kaca jendela mobil. Ia benar-benar tidak peduli dengan ancaman yang diberikan oleh Kai, Ia tidak peduli dengan semua ucapan Kai.
Kai kembali fokus pada kemudinya, tidak ingin menganggu Youmna dengan pikirannya. Bagaimanapun juga Kai tidak bisa memaksa meski Ia ingin dan berniat tulus, menurutnya cinta tidak bisa memaksa dan terpaksa.
"Lu pikir cewek itu prasmanan. Bisa diambil semua!" umpat Youmna kesal.
"Ketauan ya suka ngepoin orang!"
Hemm... Youmna membuang nafasnya dengan kasar hingga terdengar seperti rasa kekesalan Youmna pada Kai. Kai yang mengetahui itu hanya bisa tersenyum kecil melihat tingkah Youmna yang jarang sekali Ia lihat waktu sekolah dulu.
Terkenal playboy dari zaman SMP membuat siapa saja menganggap bahwa Kai memang benar-benar buaya dan kenyataan yang dikatakan Youmna bahwa Kai menganggap bahwa wanita itu sebagai prasmanan benar adanya karena setiap wanita yang menarik matanya pasti akan Ia dekati dan kencani tidak peduli sikap serta sifat wanita itu bagaimana.
Wajar jika seorang Youmna mengetahui itu sebab peran utama dalam film jendelanya adalah Kai, Ia tahu dari tontonan setiap hari dan juga gosip sekolah.
Masa yang tidak akan pernah terulang dan jika ada mesin untuk mengulang waktu, Youmna akan menghindari masa-masa itu dan bahkan Ia tidak pernah ingin mengenal Kai kembali meski dalam raga yang berbeda. Perasaan benci yang tidak pernah bisa terobati ini apakah akan selamanya seperti ini? "Youm, sebelum ambil keputusan coba pikirin matang-matang." ucap Kai dengan tenang. "Apa yang harus gua pikirin berulang-ulang. Lu itu...." kalimat Youmna terhenti Ia tidak tega mengucapkan perkataan yang bisa lebih-lebih menyakiti Kai. "Kenapa? Playboy. Tukang bully. Sok ganteng. Sok kaya! apa lagi kejelekan yang ada di dunia ini semua ada di seorang Kai!" Kai mencaci dirinya sendiri. Youmna menatap Kai yang sedang menyetir itu dengan tatapan nanar, Ia sebenarnya tidak ingin mengatakan kejelekan diri Kai di masa lalu yang telah menyakiti hatinya, namun pria itu malah menggalinya sendiri.
Youmna terduduk dari berdirinya, menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menatap tubuh Yardan yang terbaring di kasur. "Selama ini kan ayah udah banyak bantu Abang dan kamu juga. Abang pengen mandiri, pengen ngerasain susah biar sewaktu-waktu Abang nggak di tampar oleh keadaan yang buat Abang nggak bisa ngelakuin apa-apa." "Waktu kita nggak selamanya. Kamu sadar kan dek?" lanjut Yardan dengan tanya. Youmna hanya mengangguk meng-iya-kan apa yang dikatakan oleh Yardan. "Hidup juga berputar dek, Abang nggak mau disaat roda Abang dibawah malah buat Abang sombong." "Bang, kita buat kedai pinggir jalan aja yuk dengan modal seadanya. Youmna bantu ya?" "Kayanya dari pada cari investor, lebih baik dirintis dari awal banget bang. Kerja kerasnya lebih kerasa." Youmna berusaha menyakinkan Yardan dengan usulnya. Youmna mengerti impian Yardan
"Dia baik dek, kamu nggak akan nyesel. Ayah yakin sama dia begitu juga Abang," jelas Yardan dengan senyuman. "Tapi..." "Tapi kok dia batalkan investasi dan hancurkan impian Abang?" lanjut Youmna. "Mau ya dek, nikah sama Kai. please!" Yardan memohon. "Youngie nggak mau nikah sama orang yang udah hancurkan impian Abang!" Mendengar perkataan tersebut terucap dari lidah Youmna, Yardan tertawa terbahak-bahak membuat Youmna tak mengerti akan tingkah Yardan saat ini. "Kok malah ketawa?" tanya Youmna datar. "Kenapa? ada apa sama Kai, Abang yakin alasan kamu bukan itu!" kini Yardan berbicara lebih serius. Youmna terdiam karena Ia tahu menjawab hal yang sebenarnya hanya akan mengingat kan kejadian dimasa lalu dan menjawab dengan dusta pasti akan tercium oleh Yardan. "Hemm, yaudahlah Abang juga bukan dukun. Ta
"Assalamualaikum." ucap Kai ketika memasuki ruangan yang terdapat Bagas dan Yardan. "Waalaikumsalam bro, pagi ya sesuai janji!" seru Yardan dengan ekspresi bahagia mengetahui Kai sudah datang. Kai pun bersalaman dengan Yardan salam sahabat sedangkan dengan Bagas, Kai mencium tangannya tanda menghormatinya. Kai duduk setelah dipersilakan duduk oleh Bagas, "Adekmu udah bangun belum, Dan?" tanya Bagas kepada Yardan. "Udah yah, lagi mandi kayanya." "Kalo udah selesai suruh turun ya," Bagas berbicara pada Yardan sambil tersenyum melihat Kai yang secara spontan dibalas cengiran oleh Kai. Bagas kembali dengan aktifitasnya membaca koran, sedangkan Yardan dengan aktifitasnya membenarkan radio milik Youmna. Beberapa hari lalu Youmna pernah meminta Yardan untuk membenarkan radionya yang rusak tujuh tahun lalu, Ia sebenarnya meminta Yardan untuk membenarkan ini di tempa
Masih kesal dengan tindakan Yardan yang mampu mengerjainya dan omelan-omelan yang menyuruhnya untuk tidak 'galak' kepada Kai, hingga timbul rasa malu Youmna untuk Kai 'wanita kok kaya singa, galak banget'. Untuk menebus rasa bersalahnya Youmna menemani Yardan dan Kai di dapur untuk membuat resep olahan ubi yang akan di buka. "Nanti owner-nya kita berdua?" ucap Yardan. "Lu aja lah, lu kan yang nanam lebih banyak!" Youmna hanya diam dan mendengarkan percakapan keduanya dengan seksama. "Kai. Lu punya uang, gua punya resep. seharusnya kalo lu pinter ya, lu bisa aja beli resep gua," saran Yardan. "Dan kalo gua mau sukses sendirian bisa aja. Tapi, kalo bisa sukses barengan kenapa milih sendirian?" "Alah, fake lu!" selentingan Youmna yang menjurus ke sarkasme untuk Kai. Kai dan Yardan yang sedang asik berbincang mendeng
"Kai," panggil Bagas seraya menyerukan untuk Kai mendekat padanya. Kai pun menurut Ia pun mendekati Bagas, kakinya melangkah mendekat, tangan Bagas terbuka lebar siap untuk memeluk tubuh yang kini hampir sampai dijemarinya. Bagas memeluk Kai, pelukan hangat yang jarang Brian berikan untuk Kai, "Kamu kenapa?" tanya lembut Bagas pada Kai ditelinganya yang terdengar jelas oleh Youmna yang masih berdiri dibelakang Bagas. Kai tidak dapat berkata, batinnya menangis mengingat semua kesalahan-kesalahan yang pernah Ia perbuat. Sedih ini membuatnya ingat semua kejadian atas segala kejahatan, campur aduk pikirannya. Tak selang beberapa lama matanya menunjukkan isi hatinya, air mata jatuh di bahu Bagas mengenai bajunya, Youmna melihat dengan jelas air mata itu. Yardan yang melihat dari punggung Kai dari kejauhan hanya bisa terdiam, Ia tahu bagaimana susahnya hidup Kai dibalik playboy nya dia. Momen yang
Setelah memasak seharian di dapur bersama Yardan dan Kai, kini Youmna merasakan kepenatan. Kali ini Youmna punya cara lain melepas penatnya, bukan menatap peristiwa dari jendela tapi lewat atap lantai tiga rumahnya. Pemandangan malam hari yang menakjubkan seperti nyala lampu berwarna-warni, pemandangan laut yang bisa dilihat serta udara malam yang sejuk dan dingin. Menikmatinya dengan segelas capuccino yang ada ditangannya, dengan duduk disudut pagar yang bisa menyanggah tubuhnya yang kecil. Terkadang Ia sangat menyukai kesunyian yang seperti ini, tenang dan nyaman. Suasana malam seperti ini tentu sangat bagus dinikmati saat setelah sholat isya, sebab udara lebih dingin namun tetap harus berhati-hati karena udara malam juga tidak baik untuk kesehatan. Segar sih tapi mengantarkan penyakit juga tidak baik! Sesekali Youmna memejamkan matanya dan menarik nafas dalam, mencoba mencari
"Kaya nggak ada kerjaan lain aja!" "Wihh, bos mah bebas!" celetuk Yardan dengan nada sombongnya, menyombongkan Kai yang notabenenya adalah bos. "Huu, yalah!" "Apaan sih, Dan!" Kai yang tidak terima dirinya dibangga-banggakan. Yardan lalu tertawa melihat ekspresi Kai yang tidak terima itu, Ia malah melontarkan candaan-candaan yang menurut Kai tidak genah dan malah Kai merasa Youmna akan berpikiran dirinya itu sombong. "Udahlah, kita cerita hal yang lain bro. Kayanya Youmna bete tuh." Kai menyerukan pendapatnya agar Yardan beralih topik pembicaraan. Yardan menyodorkan tangan kanannya ke dagu Youmna hingga menjadi topangan, "Adek Abang, bete tah?" Yardan menaikkan wajah Youmna yang tertunduk akibat bermain smartphone yang serius, mencari jawaban dari wajah Youmna. Apakah benar Ia merasakan kebosanan?. "Abang, apaan sih!" eluh Youmna, yang me
Dengan rambut yang masih acak-acakan Youmna terbangun dari tidurnya dan langsung menuju keluar kamarnya untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah di mushola yang ada di dalam rumahnya. Dengan biasa Youmna akan memakai kamar mandi yang ada dibawah agar lebih mudah dan lebih simpel untuknya seperti hari-hari biasa yang rutin dia lakukan. Selesai memakai kamar mandi dan wudhu Youmna memakai mukena untuk menunggu Yardan dan Bagas, sementara Yanti telah bersama Youmna untuk menunggu mereka juga. Yanti menunggu sambil memegangi tasbih berdzikir sedangkan Youmna memilih untuk membaca Mushaf, dan tak selang beberapa lama yang di tunggu akhirnya datang; Yardan. "Kamu disini Kai?" Ucapan Yanti yang memecah fokus Youmna yang sedang membaca Mushaf dan melirik ke arah Yardan yang berdiri bersama dengan Kai. "Iya Tan," senyum Kai. Youmna menyudah
"Dari mana lu bro?" tanya Yardan pada Kai, yang kini memasuki kamarnya. "Habis reunian," jawab Kai, tanpa meminta izin Kai langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur milik Yardan. Ia memijat kening dengan perlahan untuk menghilangkan pusing yang sedari tadi dia alami. "Berarti tadi ketemu Youmna?" "Iya," jawab Kai dengan singkat dan nada berat, Yardan menutup pintunya dan mendekati Kai, memposisikan tubuhnya sama dengan tubuh Kai saat ini; berbaring. Malam ini Kai berniat untuk menginap dirumah Yardan, sekarang mereka berada diranjang yang sama keduanya tidur terlentang menatap atap langit seraya menghayal. "Kai, kenapa sih Youmna sama lu. Pusing gua?" tanya Yardan blak-blakan. "Ada hal yang nggak dia suka dari gua, dimasa lalu," Yardan melirik Yardan sebentar dan menatap atap langit lagi. "Apa itu?" "Dan apa lu bena
Kai sengaja mengantar Gisela tepat di depan Youmna, bukan untuk membuat dia sakit hati namun, agar dia tahu. Dibalik pengetahuan Youmna Kai memiliki suatu rencana yang tidak dia tahu. Kai sadar betapa sakit hati Youmna dihina dihadapan banyak orang namun, dia memiliki sebuah rencana balas dendam yang elegan. "Gimana kerjaan lu?" tanya Kai memulai pembicaraan. "Baik." "Gua denger bos gua temen akrab lu ya?" lanjut Gisela dengan tanya. "Iya, akrab banget malah," ucap Kai dengan santai, Gisela menatap Kai dengan kagum dalam batinnya saat masih menyetir pun Kai masih terlihat tampan. Kai tahu tatapan Gisela, bertahun-tahun mengenal Gisela Ia tahu apa arti tatapan itu. Terlebih sudah beberapa kali Gisela mengungkapkan perasaan pada Kai namun, Kai tidak pernah menggubrisnya. D
"Sel. Pulang bareng yuk!" Kai menawarkan diri untuk mengantar Gisela pulang karena wanita itu tidak ada yang menjemput dan mengharuskannya memakai jasa antar jemput online. "Ayuk, dari pada lu naik jasa online. Mending sama gua udah kenal!" Kai berbicara tepat disaat Yunsri dan Youmna ingin menaiki kendaraan mereka, Youmna mendengar dengan jelas. Kan, dasar cowok nggak tau malu! bisa-bisanya dia jalan sama cewek yang udah hina gua! sebenarnya mau lu itu apa sih Kai? Youmna berkali-kali membatin, Ia tidak tahan akan setiap tingkah diam Kai yang menyebalkan, tingkah yang seolah membela penghujat, sadar Youm. Mereka itu satu Genk jadi kemungkinan kecil akan dibela! tidak mungkin kan Ia menghianati kawan satu Genk-nya dahulu. "Sabar Youngieku." Yunsri berucap dan memberikan kecupan dari jauh untuk Youmna. "Apaan sih!" &n
"Sel. Pulang bareng yuk!" Kai menawarkan diri untuk mengantar Gisela pulang karena wanita itu tidak ada yang menjemput dan mengharuskannya memakai jasa antar jemput online. "Ayuk, dari pada lu naik jasa online. Mending sama gua udah kenal!" Kai berbicara tepat disaat Yunsri dan Youmna ingin menaiki kendaraan mereka, Youmna mendengar dengan jelas. Kan, dasar cowok nggak tau malu! bisa-bisanya dia jalan sama cewek yang udah hina gua! sebenarnya mau lu itu apa sih Kai? Youmna berkali-kali membatin, Ia tidak tahan akan setiap tingkah diam Kai yang menyebalkan, tingkah yang seolah membela penghujat, sadar Youm. Mereka itu satu Genk jadi kemungkinan kecil akan dibela! tidak mungkin kan Ia menghianati kawan satu Genk-nya dahulu. "Sabar Youngieku." Yunsri berucap dan memberikan kecupan dari jauh untuk Youmna. "Apaan sih!" "Lag
"Woy, siapa nih yang datang?" celetuk Ella, wanita yang dahulu adalah siswi paling cantik dan populer di SMP termasuk satu Genk Kai dahulu. "Yunsri, sama siapa lu?" tanya Devanya wanita populer karena sempat menjadi pacar Kai sewaktu SMP, Ia juga satu Genk dan sahabat baik Ella. "Coba tebak?" ucap Yunsri dengan nyaring dan mengambil tempat duduk bersama dengan Youmna disampingnya. Youmna hanya tertunduk, karena senyumnya di awal kedatangan tadi tak dihiraukan oleh wanita-wanita populer di masanya itu. Kenapa Yunsri bisa seakrab ini? pikir Youmna yang Ia urungkan tanyanya untuk nanti. "Ini Youmna," ucap Yunsri dengan senyumannya. "Wihh, cowok terhits datang guys!" sorak beberapa pria dan wanita yang ada disini ketika tiga pria masuk ke dalam ruangan. Youmna tidak peduli siapa yang datang, sebab Ia tahu yang mereka sebut terhits, terg
Youmna masih menatap papan yang terpajang di Caffe ini, sebuah papan besar yang bertuliskan menu-menu. Setiap menu yang tersedia di Caffe ini sebagian besar adalah makanan dan minuman kesukaannya. Enaknya lagi makanan disini disediakan untuk semua karyawan secara gratis, wah Youmna pun ingin merasakan jadi karyawan di Kyo Coffe. Dengan tema Caffe yang klasik dan alami juga konsep yang diusung sesuai yaitu coffe, serta wangi coffe untuk parfum ruangan ini membuat Youmna betah rasanya bila berlama-lama, mungkin juga bukan hanya Ia tapi orang lain. Ruangan ini berlantai tiga, jadi cukup menampung lebih dari lima ratus karyawan bila di bagi tiga shift; shift pagi, siang dan malam. Karyawan yang cukup banyak untuk perusahaan rintisan. Yunsri kembali, berjalan perlahan sambil mendekati seorang pria berpakaian rapi memakai jas, celana dasar dan sepatu hitam pantopel yang sedang duduk tenang dengan laptop berwarna putih dihadapa
"Ini kan area pekerja. Kalo didepan, khususnya di masjid terbuka untuk umum. Kenapa, soalnya bosku itu mikir disini di pinggir jalan otomatis pasti kalo udah waktunya sholat banyak para pengendara yang mau sholat sedangkan disini nggak ada masjid palingan ada di dalam sini dan nggak ada pengendara yang tau. Jadi masjid di depan itu dibukanya buat umum, bahkan warga juga pakai itu," jelas Yunsri dengan rinci. "Bosmu bagus ya," ucap Youmna sedikit menghela nafasnya, yang ada dipikiran masih ada juga orang kaya yang baik hatinya dan sahabatnya ini beruntung sekali mendapatkan bos seperti itu. "Nanti aku kenalin bos aku ya," Youmna melemparkan senyuman dan berkata, "Bos mu pasti udah banyak pengalaman ya, pasti usianya udah kepala empat kalo nggak lima?" tebak Youmna menyuarakan kepada Yunsri. "Dia seumuran kita." Yunsri tersenyum melihat ekspresi wajah Youmna saat ini, rasa ingin tertawa melihat aksi tidak percaya Youmna
Kyo Coffe, 12.30 Youmna telah berada disini sekitar tiga puluh menit yang lalu, selesai sholat dzuhur di masjid terdekat (Masjid milik perusahaan Kyo Coffe). Ia sedang menunggu sahabatnya itu di halaman depan masjid, duduk sendiri. Mereka saling rindu karena telah lama tidak pernah bertemu, mereka juga telah menentukan jadwal hari ini untuk bertemu tapi telah lewat jam yang dijanjikan sahabatnya ini tidak juga muncul. "Mbak nunggu siapa?" tanya satpam yang sejak tadi memperhatikan Youmna dari kejauhan. "Nunggu teman saya pak," jelas Youmna. "Oh, temannya kerja disini?" "Iya pak. Hemm, ngomong-ngomong ini masjid untuk umum kan pak bukan hanya untuk karyawan?" "Iya mbak, ini masjid untuk karyawan dan siapa saja masyarakat yang mau sholat disini dipersilakan," jelas satpam ini yang membuat Youmna puas dengan jawabannya.&n