Semua Bab Akhir Yang Bahagia: Bab 71 - Bab 80

115 Bab

Mereka Terpaksa Bersikap Berlebihan

“Iya, Mas?” tanya Sandra bingung. Gadis itu menatap kedua pria yang diduga mengawasi dirinya dan Jevan. “Apa Kakak tahu dimana toko baju?”tanya pria itu. “Lima gedung dari sini, Kak,” jawab Jevan. “Baik, terima kasih ya,” kata pria itu kemudian berlalu dari hadapan Jevan dan Sandra. “Lo yakin mereka ngawasin kita?” tanya Jevan pelan. “Iya. Mereka itu pura – pura pergi, soalnya gue curiga kan,” sahut Sandra yakin. “Lo ngarang kali,” tanggap Jevan tak percaya. Sandra mendelik mendengar ucapan Jevan. “Lo mau buktiin?” tantang Sandra. “Boleh, ayo buktiin,” ucap Jevan. “Tapi, kita harus bersikap dekat,” cetus Sandra. Gadis itu mulai memasukkan ponselnya ke dalam tas sekolahnya. “Loh kenapa?” tanya Jevan mengererutkan keningnya. “Rencana gue ini. Jadi, kita ke mall sekalian beli baju. Terus, kita harus bersikap dekat karena mereka pasti lapor ke nyokap gue betapa dekatnya kita,” jelas Sandra. “Ah itu mah lo mau sekalian belanja,” sinis Jevan. “Iya emang. Daripada penasaran omong
Baca selengkapnya

Kebahagiaan

“Ayah,” panggil Sandra sembari mendekati sang ayah.“Loh Sandra?” pria paruh baya itu terkejut kemudian melirik Jevan yang menyusul langkah Sandra.“Halo, Om Andre,” sapa Jevan sopan.“Kalian sedang apa?” tanya Pak Andre bingung.“Biasa Yah. Ada yang ngikutin,” jawab Sandra santai.Jevan menyenggol lengan Sandra. Gadis di sebelahnya tak mempedulikan Jevan. Jevan menatap Pak Andre, sedikit takut akan tanggapan pria paruh baya itu.“Maksud Sandra itu –““Yah, aku laper. Kita makan sushi yuk,” sela Sandra cepat.Pak Andre tampaknya memahami kode putrinya. Ia tersenyum hangat pada putrinya kemudian mengangguk.“Ayo, ajak Jevan juga,” perintah Pak Andre.Sandra tersenyum senang. Ia menarik tangan Jevan.“Bokap lo gak curiga?” tanya Jevan tak mengerti.“Udah lo ikut dulu aja,” jawab Sandra pelan.Pak Andre masuk ke dalam restoran Jepang. Pria paruh baya itu menyewa satu ruangan VIP agar lebih leluasa. Jevan dan Sandra hanyak mengangguk mengerti karena pria itu terlihat tak ingin dibantah.“
Baca selengkapnya

Tentang Ketiganya

Rara membuka pintu ruangan VVIP nomor sebelas. Ia tersenyum senang melihat sosok Jevan yang tersenyum sembari mengangkat dua kotak pizza dan lima gelas boba.“Wah, lo bawa banyak makanan,” ujar Rara bergeser dari pintu masuk.“Disimpen dimana?” tanya Jevan.“Di meja,” jawab Rara menyusul langkah Jevan. Rara duduk di sofa, kemudian membuka kotak pizza yang di beli Jevan.“Bro, lo sadar juga,” kata Jevan mendekati ranjang Naren.Naren mengangguk sebagai tanggapan.“Kabar lo baik?” tanya Jevan duduk di kursi.Naren lagi – lagi mengangguk.“Ra, si Naren ini jadi gak bisa ngomong?” tanya Jevan menatap Rara.“Hm? Dia jangan terlalu banyak ngomong kata dokter,” sahut Rara mengambil sepotong pizza.“Gue pikir dia gak bisa ngomong,” tanggap Jevan.“Heh, omongan lo jelek,” balas Naren mengeluarkan suaranya.Jevan membuat ekspresi seolah terkejut. Jevan tertawa keras ketika mendapatkan lemparan bantal dari Naren.“Galak banget lo,” komentar Jevan memberikan bantal yang dilempar pada Naren.“Ck,
Baca selengkapnya

Kesamaan Cerita

“Nona, sebelumnya saya minta maaf perihal kecelakaan itu,” sesal Naren menatap Rara.“Kecelakaan itu ya, lo tenang aja. Gue gak luka banyak,” balas Rara.“Tapi, tetap saja itu semua salah saya. Firasat saya sudah tak enak,” kata Naren.“Ya udah gak masalah kok sekarang. Lagian kita selamat,” tanggap Rara mengulas senyum.“Harusnya saya mengawasi jalan. Tetapi, saya malah mengobrol dengan Nona,” ujar Naren menunduk.“Kalau gitu gue juga salah dong, Ren. Gue ngajak lo ngobrol,” timpal Rara.Naren mengangkat wajahnya, ia hendak mengantakan sesuatu sebelum Rara kembali menyelanya.“Makanya bukan salah lo,” ucap Rara.“Saya mengambil –““Ren, kalau kita terus berdebat terus, semuanya gak akan selesai,” sela Rara.“Baiklah, silakan Nona bahas tentang kemarin,” tanggap Naren.“Lo ngizinin gue jadi pacar pura – pura Jevan?” tanya Rara menatap Naren.“Itu semua tergantung Nona,” jawab Naren.“Tapi, menurut lo gimana? Gue butuh saran jangka panjang dari lo,” ujar Rara.“Sebentar, yang tahu kala
Baca selengkapnya

Pelaku

“Apa yang lo minta?” tanya Rara penasaran.“Selama kita pacaran pura – pura, lo harus bersikap peduli ya sama gue,” pinta Jevan.“Ah itu, gampang,” balas Rara santai.“Kalau seandainya, gue tiba – tiba megang tangan lo di depan kedua orang tuanya Sandra dan di depan bokap gue…lo harus siap ya,” lanjut Jevan.“Kalau untuk itu…” Rara terdiam beberapa saat, tampak berpikir lama.“Lo kalau keberatan gue –““Gue bisa!” seru Rara cepat.Akibat teriakan Rara, dirinya dan Jevan menjadi pusat perhatian. Mereka menatap Rara penasaran.“Hahaha iya iya,” kekeh Jevan mengacak surai hitam Rara.“Rambut gue, Jev,” ucap Rara sembari merapikan rambutnya.Jevan tersenyum tampan, ia ikut membatu gadis di sampingnya untuk merapikan rambut.“Gue udah janji sama lo. Gue akan berusaha keras,” kata Rara bertekad.“Kalau gak ada lo, gue kayanya kebingungan untuk cari orang,” ujar Jevan.“Padahal, lo kalau nanya kelas lain bisa loh. Mereka penggemar lo, pasti mereka sukarela nawarin diri,” terang Rara.“Guenya
Baca selengkapnya

Alasan Yang Tepat

Bersamaan dengan ucapan Ferdi, suara ketukan di luar membuat Naren panik.“Nanti, saya akan hubungi kamu lagi” ujar Naren kemudian memutuskan panggilan telepon keduanya.“Masuk,” kata Naren.Lelaki tampan itu bernapas lega menemukan sosok Rara yang masuk. Ia menyandarkan tubuhnya di ranjang.“Naren, gue balik,” ucap Rara mengulas senyum manis.Naren mengangguk. Ia memperhatikan Rara yang tampak bahagia.“Nona terlihat bahagia,” komentar Naren.Rara tertawa kecil, ia menggeleng. “Gue tadi bilang iya. Terus kita bahas beberapa hal yang sekiranya akan ditanyain pas makan malam,” cerita Rara.“Semoga lancar ya, Non,” tanggap Naren tersenyum.Rara mengangguk dengan semangat. Ia mengambil segelas air yang ada di ruangan.“Oh iya, lo tadi kenapa kaget pas gue masuk?” tanya Rara mengingat ekspresi Naren.“Tidak ada apa – apa, Non,” tanggap Naren. “Jevan kemana?”“Dia pulang soalnya ngurus beberapa hal,” info Rara.“Nona diantar sampai mana?” tanya Naren.“Sampai lift kok,” sahut Rara.“Tidak
Baca selengkapnya

Pilihan

Ayah Zarhan tiba - tiba bertepuk tangan. Rara mengangkat alisnya bingung. Sedangkan Naren, hanya menatap pria di depannya. “Iya kamu pintar. Alasan yang kamu beritahu pada Ayah tak akan mempan pada Ayah,” balas Ayah Zarhan. “Terus kenapa?” tanya Rara bingung. “Ayah sudah menduga kamu akan menjawab dengan cerdas,” balas Ayah Zarhan. “Itu artinya Naren gak akan digantikan?” tanya Rara semangat. “Ayah hanya ingin membuat kamu aman. Ayah berencana untuk memberikan pengawal selama Naren sakit,” jelas Ayah Zarhan menatap Rara dan Naren bergantian. “Kenapa aku harus dikasih pengawal lagi?” tanya Rara melirik Naren sekilas. Ayah Zarhan terdiam beberapa saat. Pria setengah abad itu sudah menduga putrinya akan menolak usulnya. “Sebentar lagi Naren sehat kok,” sambung Rara. “Kamu ke sekolah tanpa pengawalan rasanya berbahaya,” ujar Ayah Zarhan. “Tapi, ada Jevan dengan Sandra. Aku akan nempel sama mereka,” janji Rara. “Kamu itu tak mau di jaga pengawal selain Naren?” tanya Ayah Zarhan.
Baca selengkapnya

Kembali Ke Rumah

“Ada apa Bu Yuni?” tanya Ayah Haris menatap sekretarisnya.Bu Yuni menatap Ayah Haris dan Jevan bergantian. Ia buru – buru menunduk sopan karena tingkahnya yang memalukan.“Maaf, Pak Haris dan Nak Jevan, tapi ada wartawan yang menerobos masuk,” info Bu Yuni.“Mau apa mereka?” tanya Ayah Haris mengerutkan dahinya.“Begini…” Bu Yuni melirik Jevan sekilas. “Gosip mengenai Nak Jevan.”“Kalau gitu, sebaiknya aku langsung pulang aja,” putus Jevan bersiap untuk berdiri.“Justru kamu seharusnya diam disini, Nak,” saran Ayah Haris.“Emangnya separah itu wartawannya?” tanya Jevan menatap wanita yang lebih tua darinya.“Mereka menunggu di pintu utama, kemudian saya khawatir ada yang sudah menerobos masuk,” terang Bu Yuni.“Aku mau pulang, ingin istrirahat,” keluh Jevan.“Kamu bisa tidur di ruangan Ayah,” ucap Ayah Haris.“Tapi, aku mau pulang, Yah,” balas Jevan.“Ya sudah kamu pakai pintu belakang saja,” saran Ayah Haris tak tega melihat wajah memelas putra kesayangannya.“Segera antar Jevan, Bu
Baca selengkapnya

Asing

Naren menarik tangan orang yang ada di depan pintu ruangannya. Ia hendak mengangkat tangannya sebelum langkahnya terhenti saat orang itu adalah pengawalnya.“Fajar?” tanya Naren.“Iya, Kak. Saya Fajar,” jawab lelaki itu takut.“Kamu ngapain disini?” tanya Naren bingung. Lelaki tampan itu menerima uluran tangan Fajar agar dibantu untuk kembali ke ranjang.“Uh, saya diperintahkan untuk menemani Kak Naren,” sahut Fajar.“Oh iya. Kamu tidak apa harus menemani aku?” tanya Naren khawatir.Naren tahu kalau Fajar tinggal bersama ibunya. Fajar biasanya selalu pulang ke rumah untuk menjaga ibunya yang sakit.“Gak apa,” timpal Fajar.“Ibu kamu ditemani siapa?” tanya Naren.“Teman saya menawari untuk menemani Ibu,” terang Fajar tersenyum tipis.Naren mengangkat alisnya melihat telinga Fajar yang memerah. Senyum jail terukir di wajah tampannya.“Teman apa teman?” tanya Naren jail.“Dia benar – benar teman saya kok. Lagipula, saya tak berani mengaku,” ujar Fajar lirih.“Oh kamu rencananya akan meng
Baca selengkapnya

Usul Yang Harus Dibicarakan

"Mamah?" tanya Rara memastikan.Wanita yang memakai masker itu melepaskan maskernya. Ia mengulas senyum dan menatap Rara."Kamu sudah pulang dari sekolah?" tanya Iby Windia.Rara memaksakan senyumnya. Ia menatap sopir dan pengawalnya. "Kalian bisa pergi. Aku sama mamah aku," kata Rara."Tapi, Non -""Gak apa, Pak," sela Rara tersenyum.Pengawal dan sopir berkontak mata sebentar, kemudian berlalu dari hadapan Rara dan Ibu Windia."Ibu mau masuk dulu?" tanya Rara.Ibu Windia menatap Rara dari atas ke bawah. "Bu?" panggil Rara ragu."Iya, sayang?" tanya Mamah Windia."Ayo masuk dulu," jawab Rara. Sepasang ibu dan anak itu masuk ke kediaman Rara. Rara melirik Bibi Ica dan Bibi Nia yang menatapnya khawatir."Ibu ingin berbicara berdua denganmu. Apa boleh?" tanya Ibu Windia menatap sekitarnya."Boleh kok, Bu," tanggap Rara."Tanpa pengawal dan pelayan di sekitarmu," sambung Ibu Windia."Kalau itu ...""Ibu tahu kalau ibu memang memperlakukan kamu dengan buruk. Tapi, Ibu harap kamu bisa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status