Home / Urban / Anak Miliarder / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Anak Miliarder: Chapter 61 - Chapter 70

131 Chapters

61. Meeting Dadakan

Vesa Araya masuk ke ruang meeting terlebih dulu, menunggu semua anak buahnya hadir di sana. Pria muda itu terlihat sangat tenang dan tampak tidak bisa dibaca.Ketika satu per satu orang-orangnya hadir di sana, semuanya tak bisa tidak terkejut melihat sang direktur yang malah sudah ada di sana sambil menikmati minumannya. Vesa terkadang menyesap minuman itu sesekali sambil menunggu semua orang datang.Beberapa dari mereka sedang bertanya-tanya tentang alasan pemilik perusahaan mereka itu meminta mereka menghadiri meeting dadakan itu. Namun, sebagian dari mereka tampak tak peduli dan hanya datang ke sana tanpa berpikir apapun. Dengan kata lain, mereka hanya mengira jika kemungkinan besar pewaris perusahaan itu sedang ingin mengetahui hal lebih mengenai perusahaan itu."Mau apa dia sebenarnya?" bisik salah seorang manager wanita pada salah satu temannya yang juga menjabat sebagai manager lain."Entahlah, aku harap ini memang hal yang penting karena k
last updateLast Updated : 2022-04-02
Read more

62. Pengkhianat

Andre memucat. Pria muda itu terlalu syok tak menyangka."Cylla, apa yang kau katakan?" tanya Andre dengan bingung.Cylla tak menoleh pada kekasihnya itu dan malah tetap melanjutkan ucapannya, "Saya diperintahkan untuk membantu membuat laporan palsu dan juga mengubah sebagian besar laporan itu, Pak."Andre langsung saja berdiri, "CYLLA!" Pria itu berteriak nyaring, Vesa Araya berkata, "Tenanglah dulu, Pak Andre. Kita dengarkan dulu penjelasan Nona Cylla, silahkan duduk kembali!"Andre tetap kekeuh berdiri menatap nyalang pada wanita yang menjadi penghangat ranjangnya itu.Vesa berkata, "Duduk, Pak Andre!"Kata-kata pemuda itu terdengar tegas dan sangat tidak bisa dibantah sehingga mau tak mau Andre kembali duduk di tempatnya sambil menahan amarah yang akan meledak."Lanjutkan Nona Cylla!" titah Vesa tenang. Semua orang di ruangan itu hanya bisa terdiam melihat aura Vesa yang semakin terlihat mirip den
last updateLast Updated : 2022-04-02
Read more

63. Kecelakaan Kecil

Usai mengurusi hal itu, Vesa memasuki ruang kerjanya diikuti oleh ketiga teman baiknya. "Verylta, tolong buatkan kami minuman yang segar," pinta Vesa pada sekretarisnya yang dijawab dengan sebuah anggukan kecil.Gadis muda itu menjadi semakin terpukau pada pemimpin muda itu. Dia benar-benar tidak pernah mengira jika pemuda yang usianya hampir sama dengannya itu bisa menjadi seorang pemimpin yang tegas dan berwibawa seperti tadi.Vesa melonggarkan dasinya dan menarik napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya dengan perlahan. Dia menoleh pada tema-temannya yang tersenyum lebar kepadanya. Pemuda tampan itu berkata, "Aku gugup tadi."Tawa mereka pun pecah seketika. Derrick merespon, "Aku tahu. Tapi tenang saja mungkin hanya orang-orang yang mengenalmu secara dekat saja jika tadi kau gugup. Iya kan? Kalian tidak tahu kan?" Derrick menoleh pada si kembar yang sudah mendudukkan diri mereka pada sofa empuk di ruangan Vesa itu."Ya. Aku malah tid
last updateLast Updated : 2022-04-03
Read more

64. Musuh di Kampus

Meskipun Alex sama sekali tidak menyukai pemuda yang dia tolong ini, dia tidak mungkin tega membiarkan seseorang yang habis saja jatuh dari tangga ditinggalkan sendirian. Dia bukan orang jahat, dia menekankan hal itu pada dirinya sendi."Atau kau mau aku bawa ke pusat kesehatan kampus?" tawar Alex lagi.Vesa yang sudah mulai merasa jika sakit di kepalanya mulai menghilang segera menjawab, "Tidak. Saya tidak apa-apa. Terima kasih sudah menolong saya."Alex mengerutkan dahinya tak percaya, "Kau yakin baik-baik saja? Kau terlihat pucat sekali dan itu dahimu berdarah. Pasti terbentur saat kau jatuh tadi."Vesa meraba dahinya dan benar saja di tangannya ada darah."Nggak apa-apa, saya akan mengobatinya di rumah," jawab Vesa lagi.Alex menghela napas lelah, lalu pria itu mengeluarkan sebuah sapu tangannya dan memberikannya pada Ves. Dia berkata, "Seka darahmu."Vesa sekali berucap, "Terima kasih."Alex masih menunggu
last updateLast Updated : 2022-04-03
Read more

65. Rumah Inka

Vesa mengemudi mobilnya sendirian. Sebenarnya awalnya dia ragu tapi setelah meyakinkan dirinya sendiri jika dia harus mulai mengetahui daerah tempat tinggalnya saat ini, dia nekad. Jakarta memang sangat luas dan dia merasa sangat beruntung lantaran rumah Inka cukup mudah untuk dicari. Sebelum dia berangkat tadi, dia berdebat sengit dengan Ruslan yang tidak mau membiarkannya pergi tanpa pengawal. Namun, setelah Vesa meyakinkan pria tua itu, Ruslan akhirnya menyerah. Ruslan dengan terpaksa membiarkan Tuan Mudanya itu pergi sendirian tapi dengan syarat mobil itu dipasangi GPS agar Ruslan bisa mengetahui keberadaannya. Vesa yang tak ingin berdebat akhirnya menuruti keinginan Ruslan itu.Usai memarkir mobilnya, Vesa langsung saja disambut oleh Inka yang kali ini tampak mengenakan pakaian rumahan yang fresh. Gadis itu mengenakan kaos bewarna abu-abu serta celana jeans selutut."Selamat datang di rumahku," ucap Inka senang."Ini sangat besar,"
last updateLast Updated : 2022-04-03
Read more

66. Musuh atau Teman?

Sebelum Vesa menjawab pertanyaan Inka, sebuah suara bariton berat terdengar olehnya dari arah tangga, "Kenapa bertanya soal photo itu?"Stefan Aditama tengah menaiki tangga dengan tenang dan tersenyum pada Inka begitu dia melihat gadis itu. "Paman sudah pulang?" tanya gadis itu terheran-heran. "Kenapa, gadis nakal? Kau tak suka pamanmu pulang lebih awal?" tanya Stefan pura-pura tersinggung.Vesa masih belum berbalik dan menatap photo itu dengan tatapan kosong penuh kebingungan."Ah, bukan begitu. Hanya heran saja tak biasanya Paman pulang di sore hari begini? Apa ada sesuatu?" tanya Inka balik."Yah, anggap saja urusan Paman berjalan dengan lancar jadi bisa cepat pulang," jawab Stefan sambil lalu."Tumben sekali kau membawa pulang temanmu, apa dia..."Inka dengan cepat menyela, "Jangan berpikir aneh-aneh, Paman. Kami hanya mengerjakan tugas kelompok."Stefan kemudian melirik ke arah pemuda yang masih
last updateLast Updated : 2022-04-04
Read more

67. Keraguan

Suara pintu yang didobrak itu berhasil mengagetkan ketiganya. Stefan dengan tergesa-gesa menuruni tangga disusul oleh Vesa dan Inka dengan penuh kebingungan.Di lantai dasar, beberapa orang yang berpakaian serba hitam muncul di sana. Vesa langsung saja mengetahui jika mereka adalah anak buah ayahnya. Stefan menoleh menatap wajah bingung pemuda itu dan bertanya sekali lagi, "Kau benar-benar tidak memanggil mereka?""Tidak, sungguh. Aku tidak tahu," jawab Vesa jujur.Stefan mempercayainya."Hei, apa-apaan kalian ini? Datang ke rumah orang dengan cara yang sangat barbar. Apakah kalian tidak tahu caranya bertamu ke rumah orang dengan benar?" sindir Stefan.Vesa melihat ke arah mereka dan kemudian seorang pria seumuran Stefan yang tidak lain adalah Ruslan masuk ke dalam, "Tuan Muda."Vesa mengangguk dan kemudian mendekat ke arah Ruslan. Dia bertanya, "Ada apa? Kenapa Paman ke sini dan kenapa membawa pengawal sebanyak ini?"
last updateLast Updated : 2022-04-04
Read more

68. Kepercayaan

Vesa tahu jika dia tidak boleh mencurigai seseorang tanpa alasan yang kuat. Namun, ketika dia mempelajari apa yang telah menimpa sang ayah, dia semakin yakin jika memang tak ada orang yang benar-benar dia bisa percayai kecuali jika orang itu memiliki hubungan darah.Satu-satu orang yang memiliki hubungan darah dengannya di Indonesia hanyalah ayahnya maka mulai detik itu juga, dia tidak akan memberikan kepercayaannya secara penuh pada seseorang. Walaupun itu adalah Ruslan, orang yang menjadi kepercayaan ayahnya sendiri dan yang telah menolongnya.Namun jauh di dalam lubuk hatinya, dia ingin sekali mempercayai Derrick dan si kembar meskipun mereka bertiga bukanlah berasal dari Indonesia. Terutama Derrick, dia merasa jika temannya yang satu itu tulus padanya dan tak memiliki niat yang tersembunyi.Dan semoga firasatnya memang benar. Dia ingin memiliki seorang seperti Agusta Irawan yang seperti ayahnya miliki dulu. Dari semua orang terdekat ayahnya hanya Agust
last updateLast Updated : 2022-04-04
Read more

69. Orang Jahat?

"Paman, saya ada sesuatu yang belum saya katakan pada Paman," ucap Vesa sesaat sebelum mobil mereka sampai di area parkir petinggi di AL Group.Ruslan yang duduk di samping sopir itu langsung saja menoleh, "Ya. Tuan Muda?"Vesa menghela napas sebelum berbicara, dia harus meyakinkan dirinya sendiri jika apa yang dia lakukan sudah benar. "Ada yang mencoba mencelakai saya di kampus," ujar Vesa dengan suara rendah.Mata Ruslan membulat kaget, mulutnya sedikit terbuka, "Kenapa Anda baru memberitahu saya sekarang? Kapan hal itu terjadi? Bisa tolong Anda ceritakan lebih rinci pada saya, Tuan Muda?"Vesa mengangguk, "Saya waktu itu sedang menunggu ketiga teman saya itu di dekat tangga dan saya tiba-tiba saja didorong. Saya terjatuh tapi untung ada seseorang yang menyelamatkan saya.""Apa!? Astaga, Tuan Muda. Kita ke rumah sakit sekarang, saya takut jika luka Anda serius...""Tidak. Tidak perlu, Paman. Saya baik-baik saja. Saya hanya mint
last updateLast Updated : 2022-04-05
Read more

70. The Test

Di dalam lift, Derrick menoleh keheranan pada sahabatnya itu tapi tak mengatakan apa-apa."Oh, iya Vesa. Kenapa kau meninggalkan ponselmu di ruanganmu?" tanya Derrick."Hah!? Aku meninggalkannya?" tanya Vesa pura-pura terkejut.Vesa menepuk jidatnya pelan.Derrick menatap aneh Vesa, "Kau itu. Dasar pelupa. Apa kita perlu naik ke lantai atas lagi untuk mengambil ponselmu?"Dengan cepat Vesa menanggapi, "Tidak. Tidak perlu, Derrick. Waktu istirahat kan cuma sebentar, aku takut nanti malah sudah habis waktunya. Kau bawa ponselmu kan? Kalau ada yang penting, pasti mereka akan menghubungimu. Verylta tahu aku keluar denganmu."Derrick mengangguk, "Benar juga."Saatl lift itu sudah terbuka, Vesa dengan sengaja menjatuhkan jam tangannya di depan lift dan hal itu tertangkap mata Derrick. Namun, sebelum Derrick memprotesnya, Vesa sudah menyeret temannya itu dan pergi ke seberang jalan. Sampai di minimarket, Vesa merampas
last updateLast Updated : 2022-04-05
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status