Home / Romansa / KASTA HARTA DAN CINTA / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of KASTA HARTA DAN CINTA: Chapter 11 - Chapter 20

38 Chapters

11. Ciuman Pertama

 Perlahan De Arya tersadar dari mimpinya. Ia bangun dan duduk sambil mengusap-usap mukanya. Setelah itu ia terdiam, matanya menerawang dan ia tersenyum sendiri.  "Dasar kembang tidur, mungkin aku terlalu berharap untuk mendapatkan Dayu, sehingga wajah gadis itu terbawa mimpi. Tapi lucunya, kok namanya Iluh ya?" gumamnya sambil tertawa kecil.  Teng! Teng! Teng!  Terdengar suara lonceng jam. De Arya menengok ke arah jam dinding kamarnya. Seketika itu juga ia melonjak dari tempat tidurnya.  "Apa?! sudah jam 10! sial aku pasti terlambat menjemput Dayu!" teriaknya sambil berlari ke arah kamar mandi.  
Read more

12. Mang Selly

  Mang Selly     Kedua insan itu tenggelam dalam hangatnya ciuman itu. Bibir mereka beradu dan saling melumat satu sama lain. Tanpa sadar Dayu telah merengkuh leher pria itu. Sementara De Arya memeluk gadis itu dengan erat.   Setelah ciuman yang bergairah itu berakhir, keduanya saling berpelukan dengan erat, seolah-olah tidak ingin saling melepaskan lagi. Sesekali De Arya mengecup kening dan membelai rambut gadis itu.   Dayu pun hanya menyambutnya dengan senyuman dan tetap membenamkan dirinya di dalam dekapan polisi tampan itu.   Matahari akhirnya tenggelam.  Suasana berubah menjadi gelap. De Arya menggandeng mesra tangan Dayu untuk menuj
Read more

13. Penculikan

Dengan mata yang masih mengantuk, polisi itu meneguk segelas air putih. Lalu ia duduk di pinggir tempat tidurnya.  "Aku benar-benar sedang jatuh cinta, bahkan di dalam mimpi pun, wajah Iluh Suci menjadi tambah mirip dengan Dayu.Ah sial! kenapa Pak Petrus harus ke Jawa hari ini? huuuh… Dayu!" Perwira muda itu berguling-guling dan menghentakkan kedua kakinya diatas kasur. Rasa jengkel menghinggapinya karena ia tidak dapat menemui kekasih barunya hari itu.  Namun apa mau dikata, ketika tugas memanggil, tidak ada yang bisa dilakukan oleh perwira polisi itu. Ia pun bangkit dan mempersiapkan dirinya.  Beberapa jam setelahnya, di kampus Sanjaya.
Read more

14. Perkelahian dengan preman

 Melihat wajah wajah yang tidak ramah mendekat, De Raga dengan sigap menghalangi mereka. "Mau apa kalian?!" teriak De Raga lantang.  "Kalau kamu tidak mau mati, jangan ikut campur!" jawab salah seorang dari mereka yang berkepala botak dan berbadan paling besar.  Kemungkinan, ia adalah pemimpin kelompok preman itu.  "Orang ini sudah meminta bantuan kepadaku, sekarang, dia menjadi tanggung jawabku!" jawab De Raga sambil menghalangi mereka untuk mendekati pintu mobil Dayu.  Melihat sikap De Raga yang protektif, pria berkepala botak itu memberikan isyarat kepada komplotannya agar menyingkirkan si penghalang itu.  Tiga orang
Read more

15. Awal Persahabatan

"Terima kasih sudah menolong pacar saya," ucap De Arya yang berdiri di dekat ranjang De Raga.  "Ah biasa saja, ada orang yang sedang mengalami kesulitan, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menolong. Oh ya, apakah sudah mengetahui si pemilik mobil?"  De Arya menggelengkan kepala, kemudian ia mendesah. Lalu ia berkata; "Menurut tim pelacak, plat nomor itu palsu. Akan sulit untuk memecahkan kasus ini. Tapi kita masih bisa mencoba mencari tersangka dengan sket wajah. Apabila kami membutuhkan bantuanmu, apakah kami bisa menghubungimu?" "Pasti, saya siap membantu," jawab De Raga.  Komandan Polisi itu terdiam sejenak, ia menyilangkan tangannya.
Read more

16. Robertus dan Parto

 Robertus adalah seorang pemuda yang pernah diselamatkan ayahnya dari perkelahiannya dengan anak geng motor. Pemuda itu kemudian mengabdi kepada keluarga pak Bagus untuk menjadi security di hotel. Namun Dayu telah mendengar kabar bahwa pria itu pulang ke kampung halamannya dan tidak kembali ke Bali. “Sejak kapan dia kembali kesini?” tanya Dayu dengan mengernyitkan alisnya  “Sudah dari tiga tahun yang lalu. Sekarang ia menjabat kepala keamanan di hotel. Ayah rasa orang itu akan sanggup melindungimu.” Mengetahui bahwa pak Bagus sudah membuat keputusan untuk putrinya, De Arya tak bisa berkata-kata lagi.  "Baiklah, saya percaya bapak tahu yang terbaik bagi Dayu. Kalau begit
Read more

17. Persahabatan Yang Indah

Dayu tersenyum sendiri karena penglihatan itu. Hal itu membuat De Arya terheran-heran. Ia telah memperhatikan kekasihnya yang bersikap aneh sejak beberapa saat lalu.  "Kamu kenapa? kok senyum sendiri?" tanyanya memecah keheningan. De Raga yang tertidur pulas di jok belakang tidak mengetahui apa yang terjadi.  "Ah tidak, hanya bayangan lucu tentang dua anak kecil yang berlarian," jawab Dayu sambil tersenyum.  "Anak kecil? jangan membuatku takut! aku tidak melihat siapa-siapa di jalan sepi ini," ujar De Arya sambil menengok ke arah spionnya.  "Apakah kamu percaya Deja vu? itu
Read more

18. Menginap

  "Ah sial! kemana mereka?" ucap De Arya gusar.    "Kita telusuri saja sungai ini, mungkin mereka masih di sekitar sini," sahut De Raga. Segera di langkahkan kaki nya menyusuri jalan setapak di pinggiran sungai dengan diikuti oleh kedua temannya.    "Kita cari saja setengah jam. Kalau tidak ketemu, kita tinggal saja!" De Arya gusar.    "Eh, kamu tega sekali! kalau ternyata terjadi sesuatu dengan mereka bagaimana?" tanya Dayu.    "Parto itu anggota polisi, dan Robertus kepala keamanan di hotelmu kan? pastinya mereka memiliki badan yang kuat, tidak mungkin mati karena tidur diluar," tukas De Arya cuek.   "Mereka mungkin tidak
Read more

19. Jalan Menuju Rumah Iluh Suci

  "Dayu! bangun Dayu!" De Arya menepuk-nepuk pipi gadis itu. Lalu ia bangkit untuk menyalakan lampu dan kembali mendekati gadis yang mulai membuka matanya.    "Air! Aku mau minum!" ucap Dayu.    De Arya bergegas menuju dapur dan mengambil segelas air. Sesaat dia menengok ke arah jam dinding. Waktu menunjukkan pukul 4 pagi. Lalu pria itu segera kembali ke kamar dan menyerahkan segelas air putih untuk kekasihnya.    Setelah meneguk beberapa kali, Dayu bernafas lega.    "Tega sekali kamu… " ucap De Arya cemberut.    "Apa maksudmu?"   "Akulah yang menggenggam tanga
Read more

20. Cincin Kuno dan Surat Dari Jero Seruni

  "Kak Dayu tunggu!" teriak Mang Arini.    Gadis belia itu berjalan setengah berlari, mengejar Dayu yang berjalan cepat dan seolah-olah ia mengenali daerah tersebut.    Sementara dosen itu terus saja bergegas. Ia tak mengindahkan teriakan Mang Arini dan terus melangkahkan kaki mengikuti kata hatinya. Di dalam pikirannya cuma ada satu, bertemu Iluh Suci.    "Kak Dayu, kenapa berjalan cepat sekali? pelan- pelan kak!" ucap Mang Arini terengah - engah. Ia akhirnya dapat menggapai tangan dosen itu.    Pada saat itu juga, Dayu menyadari kekeliruannya. Ia menghentikan langkahnya dan mengatur nafasnya. Lalu ia berbalik dan menatap gadis yang mengejarnya.   
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status