Home / Romansa / Nafsu Gelap Sang Majikan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Nafsu Gelap Sang Majikan: Chapter 21 - Chapter 30

317 Chapters

Chapter 21

Andira kini duduk di samping Martin, apa boleh buat, dia tidak bisa duduk di bagian belakang karena Martin Dailuna bukanlah seorang sopir melainkan majikannya sendiri.Mata Martin fokus ke arah jalan, dia sengaja menurunkan jendela mobilnya, dia lebih menyukai hembusan angin daripada dinginnya AC mobilnya, senyum lebar karena kemenangannya atas Andira tak bisa lepas dari bibir tipisnya.Dan Andira dia tidak punya niatan untuk memandang ke arah Martin Dailuna, pria itu betul-betul sangat menyebalkan dan seenaknya melakukan apa saja asal itu di bawah kuasanya."Kita akan ke toko buah dulu untuk membelikan Randy dan Nadira buah, mereka sangat menyukai buah, apalagi manggis dan mangga," ujar Martin, matanya sesekali memandang ke arah Andira yang sibuk memandang ke luar jendela."Antar saja aku pulang sebelum Tuan ke perkemahan anak-anak Tuan," ucap Andira, matanya masih memandang ke luar jendela."Permohonan tidak diterima."Kemudian Martin meng
Read more

Chapter 22

"Disampaikan kepada panitia kepramukaan yang bernama Nadira Dailuna dan peserta kepramukaan Randy Dailuna agar kiranya segera datang ke tempat penjengukan, karena orang tua kalian sudah menunggu!"Terdengar dari sumber suara yang berasal dari tengah lapangan. Mendengarnya Nadira dan Martin yang saat itu sedang melakukan tugas masing-masing langsung beranjak dan menuju ke tempat penjengukan.Randy datang lebih dulu dan melihat ayahnya duduk di kursi yang sudah disiapkan dimana Andira juga duduk di samping Martin membuat Randy yang melihat itu agak heran dan bingung. Kenapa Andira juga harus ikut dengan ayahnya."Papa," ucap Randy dan langsung memeluk ayahnya. Tidak lama kemudian Nadira juga datang dan sama herannya melihat Andira ikut bersama ayahnya."Hai Dira, putriku," ucap Martin dan langsung mengecup pucuk kepala anaknya."Pa, aku pikir Andira diliburkan," kata Nadira."Tidak jadi, Sarah mengizinkannya untuk kembali berkerja, ibu kalian
Read more

Chapter 23

Andira melihat makanan yang ia masak untuk makan malam Martin Dailuna belum saja tersentuh, bahkan makanan itu sudah berubah dingin, Andira sudah mengecek beberapa kali tapi Martin belum juga keluar dari ruang kerjanya, sejak tadi sore hingga sekarang Martin yang masih belum kelihatan membuat Andira merasa sedikit khawatir. Andira mengingat-ingat saat Martin belum juga bicara padanya sejak tadi. Gadis itu berusaha mengabaikan tingkah majikannya namun benaknya selalu terganggu kenapa Martin belum juga keluar dari ruang kerjanya. "Ufff, dimana pria tua itu, lihat ini makanannya juga belum tersentuh," keluh Andira, matanya menyipit memandang makanan yang masih belum tersentuh sama sekali. "Apa aku harus ke atas?" tanya Andira pada dirinya sendiri. Andira masih berfikir namun masih agak ragu untuk pergi mencari sang majikan itu. Andira sesekali menggaruk-garuk kepalanya. Dia berfikir jika satu hal terjad
Read more

Chapter 24

---------------------------------------------------------------------*Dengan cinta aku tersungkurTerjatuh oh kekasihDengan cinta aku terbuai terik panasnya rasa sakitAku berada tepat di atas nyanyian kematianDengan cinta kau biarkan aku tenggelam dalam air mata, dipeluk oleh duri-duri keindahan kata-katamu.Oh kekasih...Dengan cinta aku hanya bisa memandangmuDengan cinta aku hanya setia terhadapmu, dan dengan setiap rasa yang ada padamu.---------------------------------------------------------------------Martin menutup buku bersampul coklat itu setelah membaca beberapa halaman. Kemudian dia membaringkan badannya sambil memeluk buku milik Andira.Sementara Andira masih menatap poster yang diberikan Martin, hadiah berupa uang cukuplah menggiyurkan dan hobi Andira yang sangat menyukai bermusik tak ingin melewatkan kesempatan ini.Kesempatan untuk memperlihatkan bakatnya pada dunia luar sudah ada di hadapan
Read more

Chapter 25

Sebuah mobil hitam mewah melewati gerbang kediaman Dailuna, terlihat seorang wanita dengan rambut panjang mengkilat dengan kacamata hitam keluar dari mobil tersebut. Dengan baju setelan putih dan dengan gaya elegan masuk ke dalam rumah Dailuna, dia Hatice Dailuna adik kandung dari Martin Dailuna, menikah dengan seorang pilot kaya raya yang membuatnya hidup dalam gemilang kemewahan, walau demikian hidup Hatice tidak selamanya indah, nasibnya sama dengan sang kakak yang, sama-sama dijodohkan. Walau demikian Hatice tidak terlalu menderita seperti Martin, karena sama sekali tak mencintai siapapun sampai dia dijodohkan dan menerima saja perjodohan itu tanpa ada masalah. Satu hal yang membuat Martin Dailuna sedikit cemburu dengan sang adik, karena adiknya tersebut mampu menjaga hatinya untuk tidak jatuh cinta, sedang Martin, dia begitu lemah dengan cinta yang ia miliki.Hatice mendaki tangga dan naik menuju kamar Martin. Dia melihat pintu kamar Martin yang tidak terlalu tertutup, d
Read more

Chapter 26

Andira termenung di atas anak tangga menunggu Dokter Hatice datang memberi kabar. Tiba-tiba pintu rumah terbuka, dan Raisi Dailuna muncul dari balik pintu itu. Melihatnya, Andira langsung berdiri dan menyambut Martin Dailuna. "Tuan Muda," sambut Andira dia menampakkan senyum manis pada Raisi. "Andira, aku dengar Papa sakit, Tante Hatice yang mengabariku, bagaimana kondisi Papa?" tanya Raisi tiba-tiba. "Tante?" tanya Andira bingung. Tentu saja Andira heran mendengar kata Raisi yang memanggil Hatice dengan sebutan tante. "Iya, Dokter Hatice adik Papaku, sekarang dimana Papa?" jawab Raisi yang berbarengan dengan pertanyaan. "Dia di kamar, Tuan Muda," balas Andira. "Baiklah," balas Raisi, sekali lagi dia memberi senyum manis pada Andira. Tentu saja Andira membalasnya dengan senyum yang lebih indah. Mata Andira memancarkan
Read more

27

Ting tong... Ting tong... Bunyi suara bel pintu kediaman Dailuna, mendengar itu Andira yang sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk Raisi dan Martin langsung bergerak lincah membuka pintu. "Tuan, aku akan membuka pintu dulu," ucap Andira, dan dibalas anggukan oleh Martin. Andira berjalan cepat dan membukakan pintu rumah Dailuna. Terlihat seorang pria dengan pakaian kasual dan sederhana dengan rambut-rambut halus di bagian wajahnya, terlihat tampan dan gagah, ditambah dengan senyum ramah di wajahnya, terlihat juga tas abu-abu di punggungnya. "Iya Tuan?" tanya Andira saat membukakan pintu untuk pria itu. "Hm, aku Ibrahim, Martin Dailuna memanggilku datang ke sini, apakah aku datang di waktu yang tepat?" ujar pria bernama Ibrahim itu. Mendengar itu Andira memandang ke belakang dan berfikir apakah dia harus membawa pria bernama Ibrahim ini
Read more

Chapter 27

Seminggu sudah berlalu, Nadira dan Randy sudah berada di rumahnya, Sarah pun sudah kembali dari luar kota. Tugas kampus Raisi sudah selesai juga dan Martin pun sudah merasa baik-baik saja. Ibu Andira juga sudah baikan, dokter pun mengatakan bahwa ibu Andira sudah dibolehkan pulang. Namun tidak baik membiarkan sang ibu berkerja di usia yang sudah tua dan sakit-sakitan. Terlihat keluarga Dailuna lengkap melaksanakan sarapan pagi. Dan Andira berada dalam kamarnya, sesekali menatap keluarga lengkap milik Dailuna, bahagia tanpa cacat. Andira begitu rindu dengan keluarganya, walau sangat sederhana tapi membahagiakan, ayahnya pun tidak seperti Martin yang agak tempramen dan diam-diam sudah mengungkapkan perasaannya pada Andira. Batin Andira merasa resah jika memang Martin menyukai dirinya dan jatuh cinta padanya, maka dia akan menjadi perusak dalam keluarga besar Dailuna, apalagi Andira hanya menyukai Raisi
Read more

Chapter 29

"Bagaimana? Sudah memutuskan untuk mengikuti lomba itu atau tidak?" tanya Martin pada Andira yang berdiri tepat di hadapannya."Aku tidak tahu Tuan, aku masih bingung," jawab Andira."Tidak tahu? Kenapa? Tidak, lombanya sebentar lagi, kau harus memutuskannya, kalau tidak buku kamu akan selalu menjadi milikku," ujar Martin."Tapi Tuan...""Tapi apa?" Martin mulai berdiri dan berjalan ke arah Andira.Dia berdiri tepat di hadapan Andira, jarinya mengangkat dagu Andira dan wajah Andira kini menatap Martin sepenuhnya."Aku tidak mau tahu, pokoknya kau harus mengikuti lomba ini, apa kau hanya akan terjebak di sini sebagai seorang pembantu? Atau akan mengepakkan sayap-sayapmu menunjukkan bakat tersembunyi mu, Andira, ini hanyalah permulaan untuk bisa menunjukkan bakat terpendam kamu," ucap Martin, mata di balik kacamatanya mampu membuat Andira tak dapat berkata-kata.Martin kembali menurunkan tangannya dan kembali berjalan ke tempat duduk da
Read more

Chapter 30

"Sarah, kau tahu aku tidak pernah mencintaimu, aku tidak pernah menginginkanmu. Kau bisa keluar dari sini," ucap Martin yang sekali lagi mengiris hati Sarah. Sarah yang merasa sangat kecewa dengan Martin lalu pergi dari sana, dia dengan keras membanting pintu kerja Martin. Martin seakan tak peduli dengan perasaan Sarah, dia hanya diam saat Sarah membanting pintu ruang kerjanya. Saat makan malam pun, di sana tak terlihat Sarah, membuat anak-anak Martin bertanya-tanya. "Pa, Mama dimana?" tanya Randy, saat akan memulai mengunyah makanannya. "Dia keluar sebentar," jawab Martin. "Aku lihat Mama keluar sambil membanting pintu ruang kerja Papa," ucap Nadira, membuat Andira yang masih menyiapkan makanan di piring milik Martin langsung terdiam. "Mama marah Pa?" tanya Raisi. Mendengar itu membuat Andira agak merasa gugup dia me
Read more
PREV
123456
...
32
DMCA.com Protection Status