Home / Horor / Supernatural Louva / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Supernatural Louva: Chapter 1 - Chapter 10

18 Chapters

Si Tiwi dan Si Popo

 "Tiwiii, please!! Aku mau tidur!!" Louva pun meringis kesal karena Tiwi, panggilan sayang pada kuntilanak dengan mata hitamnya yang menyorot sebesar tatakan gelas dan rambut kusutnya yang menjuntai sampai mata kaki itu, selalu saja mengganggunya ketika jarum jam menunjukkan pukul tiga dini hari.Tangisannya yang melengking seperti jeritan histeris membuat telinga Louva berdenging sejak tadi. Kuntilanak itu minta dipeluk oleh Louva.Tiwi sedang patah hati karena pacarnya yang masih hidup dan bernama Robert akan segera menikah. Tiwi sendiri meninggal karena kecelakaan setahun yang lalu. Motornya dilindas truk yang remnya blong, membuat Tiwi menghembuskan nafas terakhirnya sebelum datangnya pertolongan."Besok aku ada interview. Aku harus fit dan segar. Kali ini saja, pergilah ke kuburan di pertigaan dulu ya... minta peluk aja sama si Popo," bujuk Louva. Popo adalah pocong yang naksir berat sama Tiwi, sayangnya hubungan mereka tidak lebih dari friendz
Read more

Interview

*Selamat membaca*---"Apa? Dengan CEO?" Widya berseru tertahan. "Bukannya kemarin infonya hanya wawancara akhir dengan HRD kan?" bisiknya pada Louva dan Lissy.Entah kenapa Louva sudah mengira akan ada element of surprise seperti ini. Meskipun ia sedikit gugup karena pimpinan tertinggi perusahaan yang akan mewawancarainya, namun Louva juga bersyukur dapat bertemu secara langsung dengan atasan yang akan bekerja dengannya, itu pun kalau dia bisa lolos hingga tahap akhir.Beberapa orang terlihat memasuki ruang meeting VIP dengan langkah yang tegas, dan Robert terlihat membungkukkan badannya dengan hormat kepada seorang lelaki yang berjalan paling depan.Louva pun mulai menghitung dalam hati.Satu, dua, tiga... empat?Wait.Jangan bilang kalau orang keempat yang mengikuti mereka adalah... hantu.Louva menahan napas dan menggigit bibirnya."Selamat pagi, perkenalkan nama saya Elang Putra Abimanyu," suara tegas dan pen
Read more

Jangan Terlalu Seksi!

*Selamat Membaca*---"Eh, Louva. Mau tahu rahasia, nggak?" bisiknya pelan sambil mendekatkan wajahnya. "Yang lolos jadi sekretaris CEO itu kamu, lho. Selamat, ya!"Louva menatap Robert dengan tatapan datar. "Benarkah? Saya yang lolos?" tanyanya tidak percaya. Bukannya apa-apa, masalahnya saat tes wawancara tadi Louva merasa kalah telak dibandingkan dengan Lissy dan Widya saat menjawab pertanyaan soal metode pengarsipan dokumen.Louva menjawab berdasarkan apa yang pernah ia pelajari, sementara Lissy dan Widya berdasarkan pengalaman, dan jawaban mereka memang lebih realistis.Robert berdecak melihat Louva yang terlihat tidak antusias mendengar kabar darinya, bahkan wajah gadis itu terlihat lempeng seperti landasan pesawat."Ya benarlah! Masa iya saya bohong?" tukas Robert sambil menaikkan satu alisnya."Oh."Sekarang Robert malah menaikkan kedua alisnya dan tertawa pelan melihat wajah gadis itu yang masih saja irit ekspresi. "Ya
Read more

First Trip

*Selamat Membaca*---Louva sedikit tenang karena hari ini sepertinya ia bebas dari gangguan Tiwi dan Si Pucat. Hm... kayaknya ia harus mencari nama untuk hantu menyebalkan yang suka mengikuti Pak Elang itu deh. Kira-kira apa nama yang cocok ya?.Ia teringat jemari kurus wanita itu dan kuku tajamnya yang mencakar-cakar kaki Louva dan bergerak seperti ular kecil, lalu seketika ia pun tahu apa nama yang cocok.Medusa. Haha. Ya, cocok banget. Sifatnya juga antagonis sesuai nama kan?Mudah-mudahan saja si Medusa hari ini tidak muncul, akan sangat sulit menghadapinya karena Louva akan meninjau lokasi hotel bersama Pak Elang. Nggak lucu kan kalau Louva berantem cakar-cakaran dengan Medusa di depan bosnya. Bisa-bisa Louva dikira sakit jiwa.Louva sudah membatalkan pertemuan bosnya dengan Jordan Company hari ini, dan menjadwalkan ulang esok pagi. Syukurlah ada Pak Robert yang sering membantunya dalam hal pekerjaan dan juga nasihat berpakaian. Ia ben
Read more

Mommy and Baby Ghost

"Louva, bangun!"Saat kedua kelopak mata itu perlahan terbuka, Robert pun termangu untuk beberapa saat. Lelaki itu baru menyadari kalau warna bola mata Louva tidak benar-benar hijau, tapi ada sedikit gurat kecoklatan di dalamnya, dengan bintik-bintik kecil hitam yang tersebar di bagian irisnya. Unik dan... cantik sekali."Loh? Pak Robert? Pak Elang kemana?" Tanya Louva kaget, ketika melihat kursi penumpang di sebelahnya telah kosong. Mesin mobil belum dimatikan, namun driver yang bernama Pak Lintang juga sudah tidak ada. Hanya Robert dan Louva yang masih tertinggal di mobil, dengan posisi Robert yang jongkok di depan pintu dimana Louva berada.Robert tersenyum lucu melihat Louva yang seperti masih linglung karena baru bangun tidur. "Pak Elang udah duluan turun ke proyek dengan dikawal Lintang. Kamu tuh ya! Bisa-bisanya ketiduran di hari pertama kerja!" Cetus Robert sembari menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Louva pun gelagapan, dan buru-buru
Read more

Balas Budi

"Pak Elang! Awaass!!" Tanpa mempedulikan keselamatannya sendiri, Louva berteriak dan refleks mendorong tubuh Elang agar kayu besar yang menukik tajam dari lantai sepuluh itu tidak menghantam tubuh bosnya itu. BRAAAKKK!!! Kayu itu pun jatuh menabrak tanah.Entah apa yang akan terjadi jika sampai Elang tak menghindar, yang pasti akan mengakibatkan luka yang cukup berat bahkan tidak menutup kemungkinan sangat fatal.Kejadian itu terjadi dengan begitu cepat, bahkan Louva pun tak sempat berkedip ketika menyadari bahwa Pak Elang telah jatuh tersungkur di atas tanah berdebu penuh kerikil--namun untungnya saja dia selamat. Syukurlah..."LOUVA!!" Teriak Elang panik ketika melihat sekretarisnya itu terbaring bersimbah darah. Kedua mata hijaunya yang aneh itu pun menutup dengan napas yang sangat pelan.Tanpa ragu, Elang pun segera menggendong tubuh lemah tak berdaya Louva dan menyuruh Pak Lintang drivernya untuk segera ke mobil."Robert, selidiki kecelakaan ini! Tak
Read more

Keanehan Pak Elang

Bosan sekali.Sudah satu jam terakhir sejak Pak Elang pamit meninggalkannya untuk mengurus pekerjaan, dan yang bisa Louva lakukan hanyalah menonton televisi sambil berselancar di dunia maya lewat ponsel untuk membunuh waktu.Gadis itu pun menghela napas pelan, lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar VIP ini. Tumben nggak ada satu pun makhluk astral yang biasanya suka iseng mengganggu ketenangannya. Kemana si Tiwi? Si Popo? Dan... ah ya, Louva baru teringat sesuatu yang aneh. Biasanya saat dia makan, pasti duo tuyul Upin Ipin datang buat minta jatah. Tapi anehnya saat tadi ia makan siang dengan disuapi Pak Elang, mereka tak tampak sama sekali.Kenapa ya? Bukan, Louva bukan kangen. Malah bersyukur aja sih, akhirnya bisa makan dengan tenang tanpa ditungguin duet botak dengan matanya yang setajam sinar laser itu tiap kali menatap makanan Louva.Tapi ya gitu. Rasanya aneh saja.Hemm... daripada bosan, apa sebaikn
Read more

Serangan

Louva melongo dengan mulutnya yang terbuka lebar, selebar mata hijau emerald-nya yang juga membelalak sempurna. Tadi... Pak Elang bilang apa???Dia bilang kalau dia bisa mendengar semua yang Louva pikirkan??!Tiba-tiba terdengar suara kekehan geli dari orang yang tak disangka. Ya, yang tertawa barusan itu adalah Pak Elang. Dan rasanya Louva juga baru sekali ini melihatnya tertawa geli seperti itu..."Becandaaa!! Kamu serius banget, sih?!" Ungkap si bos rese itu kemudian dalam cengirannya. "Saya nggak sengaja beli es krim merk itu, yang rupanya sesuai dengan selera kamu!" Manik bening Louva otomatis mengerjap-kerjap. "Ja-jadi, Pak Elang cuma bercanda?!" Tanyanya meminta kepastian.Sumpah!!! Tadi itu rasanya jantung Louva mau copot!! Saat mengatakan kalimat yang membuat Louva terkesiap, raut Pak Elang tidak seperti orang yang sedang main-main. Netra pekatnya menyorot tajam, wajahnya datar, dan suaranya tegas. Gimana bi
Read more

Unpredictable Mind Reader

Elang terkesima ketika membuka pintu ruangan Louva, dan melihat hal yang tidak ia pernah kira akan ia saksikan satu kali pun dalam hidupnya.Louva sedang berada di atas tempat tidur dengan posisi kaki yang normal di atas ranjang, namun dengan posisi bahu yang tak normal, yakni miring 45 derajat! Layaknya seperti orang yang sedang menyenderkan bahunya di kursi malas, namun Louva tidak terlihat sedang bersandar pada apa pun.Wajahnya menengadah ke atas, dengan mata hijaunya yang membelalak dan mulut yang terbuka lebar. Kedua tangannya tergeletak layu di samping tubuhnya. Elang kembali terkesiap mendengar suara seperti orang yang tercekik dari mulutnya."LOUVA!!" Teriak Elang sambil menghambur ke arah ranjang dan memegang bahu gadis itu. Tak terpikirkan olehnya untuk memanggil dokter atau perawat jaga, yang ia pikirkan adalah bagaimana membuat Louva sadarkan diri dari situasi aneh yang tidak masuk di akal tersebut.Lebih mirip situa
Read more

Teman Tidur

Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir Louva saat Elang memberitahukan bahwa dirinya adalah seorang mind reader atau pembaca pikiran. Ulangi, Mind-Reader! Catet!! Ingin rasanya Louva tertawa sambil bertepuk tangan untuk candaan bosnya itu yang telah berhasil mengelabuinya hingga dua kali, jika saja kali ini Pak Elang tidak mengucapkannya dengan wajah yang sangat serius. "Pak Elang becanda, kan?" Timpal Louva, masih enggan untuk mengakui jika memang beberapa kali pikirannya seperti dapat dibaca dengan tepat oleh bosnya itu.  Elang terdiam sejurus, kemudian ia menggeleng pelan. "Saya tidak bercanda." Gadis itu pun cengo selama beberapa saat, berusaha untuk menyelaraskan otak dan pikirannya saat ini. Menjadi indigo saja adalah sesuatu yang rasanya masih sulit untuk diterima akal sehat, lhaa ini malah bertambah lagi orang yang memiliki kemampuan yang aneh! "Kalau kamu nggak percaya, coba pikirkanlah sesuatu dan biark
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status