Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir Louva saat Elang memberitahukan bahwa dirinya adalah seorang mind reader atau pembaca pikiran.
Ulangi, Mind-Reader!
Catet!!
Ingin rasanya Louva tertawa sambil bertepuk tangan untuk candaan bosnya itu yang telah berhasil mengelabuinya hingga dua kali, jika saja kali ini Pak Elang tidak mengucapkannya dengan wajah yang sangat serius.
"Pak Elang becanda, kan?" Timpal Louva, masih enggan untuk mengakui jika memang beberapa kali pikirannya seperti dapat dibaca dengan tepat oleh bosnya itu.
Elang terdiam sejurus, kemudian ia menggeleng pelan. "Saya tidak bercanda."
Gadis itu pun cengo selama beberapa saat, berusaha untuk menyelaraskan otak dan pikirannya saat ini.
Menjadi indigo saja adalah sesuatu yang rasanya masih sulit untuk diterima akal sehat, lhaa ini malah bertambah lagi orang yang memiliki kemampuan yang aneh!
"Kalau kamu nggak percaya, coba pikirkanlah sesuatu dan biark
Baru sekali ini Louva bisa tertidur di malam hari dengan nyenyak.SANGAT nyenyak.Tidak ada drama jam tiga pagi terbangun karena mendengarkan Tiwi si kuntilanak yang nangis dan mimta dipeluk. Tak ada Popo si pocong yang suka iseng melompati tubuhnya yang sedang berbaring, tak ada anak kecil dengan satu mata bolong yang suka bertanya dimana mainannya, dan lain-lain.Setelah bertahun-tahun, Louva terbangun di pagi hari itu dengan senyum puas terlukis di bibirnya yang sudah terlihat tidak terlalu pucat lagi.Dengan mata yang masih terpejam, senyum manis pun terlukis di wajahnya.Namun senyum itu seketika memudar, ketika telinganya menangkap sebuah suara gemericik air dari kamar mandi.Serta merta matanya pun terbuka lebar, menampakkan iris emerald yang menatap nanar pintu kamar mandi.'Eh, Pak Elang masih di sini??'Louva mengalihkan wajahnya ke jam dinding yang menunjukkan pukul delapan. Jam kerja di kantornya dimulai
"Selamat pagi! Sarapan untuk Nona Louva Maynara!" Suara cempreng dan riang khas ibu-ibu yang mengantarkan makanan itu, serta-merta membuat Elang yang sedang terbawa suasana intim dengan Louva pun sontak tersadar. Dengan cepat, ia melepaskan pagutan bibir mereka yang semakin panas dan liar. Wajah Louva yang merah karena gairah kini berada begitu dekat dengan wajahnya, membuat Elang tergoda ingin melanjutkan kembali apa yang baru saja ia hentikan.Aaahh!! Rasanya ia ingin sekali memukul kepalanya sendiri, karena tak mampu menolak rayuan maut sosok astral yang menjelma ke dalam tubuh sekretarisnya ini!Efek gairah panas itu pun masih terasa meledak-ledak di dalam dada Elang, juga seperti ada sesuatu yang menggelitik dan merayap di bawah kulitnya. Sambil menggeleng-gelengkan kepala seraya mengerjapkan mata, Elang berusaha mengusir gelora hasrat yang membuat kepalanya pusing karena menginginkan hal yang lebih intim dari sekedar bercumbu.Elang pun mencengk
"Mendingan kita keluar dulu deh," usul Elang sambil menarik tangan Louva keluar dari kamar mandi. Ia tidak bisa menjamin akan tahan untuk tidak menyerang Louva jika mereka masih saja berada di kamar mandi ini. Bayangan sekretarisnya yang menatapnya sayu sambil mendesah dengan suara seksi masih terngiang di pikiran lelaki itu. Oke, sepertinya dia harus meluruskan otaknya dulu sebelum bicara dengan tenang kepada Louva."Baju kamu basah, ganti dulu sana," titahnya kemudian. Louva melirik home dressnya yang mulai setengah kering, lalu memutuskan untuk menggantinya dengan yang baru. Louva membawa sepotong kemeja santai dan celana panjang yang longgar kembali ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Lagi-lagi ia hanya bisa meringis kala melihat pantulan wajahnya di cermin. 'Aku terlihat seperti cewek binal,' pikirnya sambil menoyor kepala sendiri. Bagaimana tidak? Bibirnya bengkak kemerahan seperti habis melakukan ciuman hot dengan durasi yang panjang, dan bagian dadanya dipe
Elang hanya bisa menahan napasnya ketika merasakan bagian lembut dari tubuh Louva menekan kulitnya Gadis indigo itu duduk di pangkuan Elang dan memeluk tubuhnya, dengan dalih untuk memancing si makhluk astral itu keluar. Tapi apa Louva tahu kalau posisi mereka ini sangatlah berbahaya? Meskipun sikapnya sedikit aneh, namun Louva adalah gadis yang cantik dengan tubuh seksi, dan Elang sendiri adalah lelaki yang normal!"Saya melakukan ini agar si makhluk itu keluar, Pak. Nanti kalau dia merayu Bapak lagi, tolong jangan tergoda. Tapi berusahalah untuk mengorek informasi!"Bisikan Louva itu pun malah membuat darah yang mengalir di tubuh Elang semakin memanas. Sial! Apa gadis ini sengaja menggodanya??Louva terkesiap ketika Elang malah mencengkram tengkuknya dan menarik wajahnya hingga berhadapan sangat dekat. "Kalau mau bikin cemburu, jangan nanggung!" Guman Elang dengan matanya yang telah pekat oleh hasrat. Ia menatap bibir Louva yang merah merekah alami.
Perlahan, Louva membuka kedua kelopak matanya yang terasa berat. Ia meringis ketika merasakan sekujur tubuhnya yang terasa seperti habis digilas tronton, dan lehernya yang teramat nyeri ketika ia mencoba menelan saliva agar sedikit mengurangi rasa kering di tenggorokannya.Tunggu dulu. Kenapa rasanya ada yang aneh di sini ya?Louva pun mengedip pelan ketika pada akhirnya ia menyadari sesuatu. Sesuatu tentang ingatannya yang terakhir... saat si sundel bolong yang mengaku bernama Dahlia itu... mencekiknya.Louva mengira momen itu adalah akhir hayatnya di dunia, tapi ternyata dia masih hidup!Louva melarikan netranya kesana kemari untuk lebih meyakinkan dirinya bahwa ia memang masih berada di dunia nyata, bukanlah fana. Dan beberapa saat kemudian gadis itu pun menghembuskan napas lega.Ia sedang terbaring di atas brankar, dengan infus yang menancap di tangan kirinya. Saat ini ia sedang berada di kamar rawat VIP yang sepertinya sudah dirapikan, karena beberapa s
Netra hijau Louva tak berkedip mendengar cerita tentang masa lalu Dahlia, si sundel bolong yang merasuki dirinya dan juga yang mengganggu Pak Elang. Naas sekali nasib perempuan itu. Selama beberapa saat, Louva merasakan duka yang cukup dalam memberatkan dadanya. Duka yang seringkali ia rasakan sebagai manusia indigo yang bukan hanya bisa berkomunikasi dengan makhluk astral, namun juga bisa merasakan rasa sakit dan ketakutan yang amat sangat di saat-saat terakhir kehidupan mereka. Jiwa seorang indigo terhubung dan dapat menyentuh ruang hampa di dalam eksistensi tak kasat mata, sehingga tanpa Louva sadari, sebutir cairan bening telah luruh dari manik hijaunya. Gadis itu tersentak ketika merasakan sebuah jemari kuat telah mendahului untuk menghapus air matanya. Kesiap pun pelan lolos dari bibirnya saat pandangannya bersirobok dengan netra pekat Elang yang menyorotnya teduh."Kamu bisa merasakannya, ya?" Louva mengerjap pelan. Mind-reader ini pasti sedang me
Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, akhirnya hari ini Louva bisa kembali bekerja.Tangan kirinya masih diperban karena lukanya masih belum sembuh total, namun sudah tidak terlalu sakit lagi bila digerakkan untuk beraktivitas.Ia disambut oleh Widya, Lissy dan Robert yang sengaja menunggunya untuk memberikan surprise selamat datang di depan ruangannya. Louva benar-benar terharu ketika menerima sebuah buket bunga mawar merah muda dari Robert dan sekeranjang camilan manis yang diberikan Widya kepadanya. "Ini dari kami bertiga," ungkap riang gadis manis bertubuh mungil itu sambil menyodorkan keranjangnya. "Terima kasih," balas Louva sambil tersenyum manis. Meskipun masih sangat baru di perusahaan, tapi ia merasa beryukur karena sudah memiliki beberapa teman yang sangat baik kepadanya."Eh iya, ada satu lagi nih," tiba-tiba Lissy berucap dengan merogoh kantung kemeja lengan pendeknya yang ujungnya dimasukkan ke dalam rok sepan ketat sepuluh senti di atas
"Sebenarnya apa yang mereka inginkan?" Tanya Elang dengan nada frustasi. Louva tidak langsung menjawab. Gadis itu seperti sedang melamun, namun beberapa detik kemudian ia pun berkata, "mereka ingin menjaga Bapak dari wanita indigo seperti saya.""Menjaga saya dari wanita indigo seperti kamu?" Ulang Elang tak mengerti."Seorang indigo memiliki gelombang aura bersinar yang hanya dapat dilihat oleh makhluk astral atau ghaib. Dan aura itu membuat mereka tertarik untuk melihat serta mendekat. Itu sebabnya saya nggak mau punya teman dekat, Pak. Karena semua yang dekat dengan saya akan ikut diganggu oleh mereka," terang Louva panjang lebar."Yang sekarang berada di samping Pak Elang itu bermaksud baik sih, sebenarnya. Mereka hanya mau melindungi Bapak dan nggak mau Pak Elang jadi sasaran makhluk yang kadang-kadang ada yang sifatnya agresif."Elang mengerutkan keningnya selama beberapa saat, mencerna semua informasi yang sangat asing bahi dunianya yang dipenuhi logika.Ya, dan semua logika i
"Sebenarnya apa yang mereka inginkan?" Tanya Elang dengan nada frustasi. Louva tidak langsung menjawab. Gadis itu seperti sedang melamun, namun beberapa detik kemudian ia pun berkata, "mereka ingin menjaga Bapak dari wanita indigo seperti saya.""Menjaga saya dari wanita indigo seperti kamu?" Ulang Elang tak mengerti."Seorang indigo memiliki gelombang aura bersinar yang hanya dapat dilihat oleh makhluk astral atau ghaib. Dan aura itu membuat mereka tertarik untuk melihat serta mendekat. Itu sebabnya saya nggak mau punya teman dekat, Pak. Karena semua yang dekat dengan saya akan ikut diganggu oleh mereka," terang Louva panjang lebar."Yang sekarang berada di samping Pak Elang itu bermaksud baik sih, sebenarnya. Mereka hanya mau melindungi Bapak dan nggak mau Pak Elang jadi sasaran makhluk yang kadang-kadang ada yang sifatnya agresif."Elang mengerutkan keningnya selama beberapa saat, mencerna semua informasi yang sangat asing bahi dunianya yang dipenuhi logika.Ya, dan semua logika i
Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, akhirnya hari ini Louva bisa kembali bekerja.Tangan kirinya masih diperban karena lukanya masih belum sembuh total, namun sudah tidak terlalu sakit lagi bila digerakkan untuk beraktivitas.Ia disambut oleh Widya, Lissy dan Robert yang sengaja menunggunya untuk memberikan surprise selamat datang di depan ruangannya. Louva benar-benar terharu ketika menerima sebuah buket bunga mawar merah muda dari Robert dan sekeranjang camilan manis yang diberikan Widya kepadanya. "Ini dari kami bertiga," ungkap riang gadis manis bertubuh mungil itu sambil menyodorkan keranjangnya. "Terima kasih," balas Louva sambil tersenyum manis. Meskipun masih sangat baru di perusahaan, tapi ia merasa beryukur karena sudah memiliki beberapa teman yang sangat baik kepadanya."Eh iya, ada satu lagi nih," tiba-tiba Lissy berucap dengan merogoh kantung kemeja lengan pendeknya yang ujungnya dimasukkan ke dalam rok sepan ketat sepuluh senti di atas
Netra hijau Louva tak berkedip mendengar cerita tentang masa lalu Dahlia, si sundel bolong yang merasuki dirinya dan juga yang mengganggu Pak Elang. Naas sekali nasib perempuan itu. Selama beberapa saat, Louva merasakan duka yang cukup dalam memberatkan dadanya. Duka yang seringkali ia rasakan sebagai manusia indigo yang bukan hanya bisa berkomunikasi dengan makhluk astral, namun juga bisa merasakan rasa sakit dan ketakutan yang amat sangat di saat-saat terakhir kehidupan mereka. Jiwa seorang indigo terhubung dan dapat menyentuh ruang hampa di dalam eksistensi tak kasat mata, sehingga tanpa Louva sadari, sebutir cairan bening telah luruh dari manik hijaunya. Gadis itu tersentak ketika merasakan sebuah jemari kuat telah mendahului untuk menghapus air matanya. Kesiap pun pelan lolos dari bibirnya saat pandangannya bersirobok dengan netra pekat Elang yang menyorotnya teduh."Kamu bisa merasakannya, ya?" Louva mengerjap pelan. Mind-reader ini pasti sedang me
Perlahan, Louva membuka kedua kelopak matanya yang terasa berat. Ia meringis ketika merasakan sekujur tubuhnya yang terasa seperti habis digilas tronton, dan lehernya yang teramat nyeri ketika ia mencoba menelan saliva agar sedikit mengurangi rasa kering di tenggorokannya.Tunggu dulu. Kenapa rasanya ada yang aneh di sini ya?Louva pun mengedip pelan ketika pada akhirnya ia menyadari sesuatu. Sesuatu tentang ingatannya yang terakhir... saat si sundel bolong yang mengaku bernama Dahlia itu... mencekiknya.Louva mengira momen itu adalah akhir hayatnya di dunia, tapi ternyata dia masih hidup!Louva melarikan netranya kesana kemari untuk lebih meyakinkan dirinya bahwa ia memang masih berada di dunia nyata, bukanlah fana. Dan beberapa saat kemudian gadis itu pun menghembuskan napas lega.Ia sedang terbaring di atas brankar, dengan infus yang menancap di tangan kirinya. Saat ini ia sedang berada di kamar rawat VIP yang sepertinya sudah dirapikan, karena beberapa s
Elang hanya bisa menahan napasnya ketika merasakan bagian lembut dari tubuh Louva menekan kulitnya Gadis indigo itu duduk di pangkuan Elang dan memeluk tubuhnya, dengan dalih untuk memancing si makhluk astral itu keluar. Tapi apa Louva tahu kalau posisi mereka ini sangatlah berbahaya? Meskipun sikapnya sedikit aneh, namun Louva adalah gadis yang cantik dengan tubuh seksi, dan Elang sendiri adalah lelaki yang normal!"Saya melakukan ini agar si makhluk itu keluar, Pak. Nanti kalau dia merayu Bapak lagi, tolong jangan tergoda. Tapi berusahalah untuk mengorek informasi!"Bisikan Louva itu pun malah membuat darah yang mengalir di tubuh Elang semakin memanas. Sial! Apa gadis ini sengaja menggodanya??Louva terkesiap ketika Elang malah mencengkram tengkuknya dan menarik wajahnya hingga berhadapan sangat dekat. "Kalau mau bikin cemburu, jangan nanggung!" Guman Elang dengan matanya yang telah pekat oleh hasrat. Ia menatap bibir Louva yang merah merekah alami.
"Mendingan kita keluar dulu deh," usul Elang sambil menarik tangan Louva keluar dari kamar mandi. Ia tidak bisa menjamin akan tahan untuk tidak menyerang Louva jika mereka masih saja berada di kamar mandi ini. Bayangan sekretarisnya yang menatapnya sayu sambil mendesah dengan suara seksi masih terngiang di pikiran lelaki itu. Oke, sepertinya dia harus meluruskan otaknya dulu sebelum bicara dengan tenang kepada Louva."Baju kamu basah, ganti dulu sana," titahnya kemudian. Louva melirik home dressnya yang mulai setengah kering, lalu memutuskan untuk menggantinya dengan yang baru. Louva membawa sepotong kemeja santai dan celana panjang yang longgar kembali ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Lagi-lagi ia hanya bisa meringis kala melihat pantulan wajahnya di cermin. 'Aku terlihat seperti cewek binal,' pikirnya sambil menoyor kepala sendiri. Bagaimana tidak? Bibirnya bengkak kemerahan seperti habis melakukan ciuman hot dengan durasi yang panjang, dan bagian dadanya dipe
"Selamat pagi! Sarapan untuk Nona Louva Maynara!" Suara cempreng dan riang khas ibu-ibu yang mengantarkan makanan itu, serta-merta membuat Elang yang sedang terbawa suasana intim dengan Louva pun sontak tersadar. Dengan cepat, ia melepaskan pagutan bibir mereka yang semakin panas dan liar. Wajah Louva yang merah karena gairah kini berada begitu dekat dengan wajahnya, membuat Elang tergoda ingin melanjutkan kembali apa yang baru saja ia hentikan.Aaahh!! Rasanya ia ingin sekali memukul kepalanya sendiri, karena tak mampu menolak rayuan maut sosok astral yang menjelma ke dalam tubuh sekretarisnya ini!Efek gairah panas itu pun masih terasa meledak-ledak di dalam dada Elang, juga seperti ada sesuatu yang menggelitik dan merayap di bawah kulitnya. Sambil menggeleng-gelengkan kepala seraya mengerjapkan mata, Elang berusaha mengusir gelora hasrat yang membuat kepalanya pusing karena menginginkan hal yang lebih intim dari sekedar bercumbu.Elang pun mencengk
Baru sekali ini Louva bisa tertidur di malam hari dengan nyenyak.SANGAT nyenyak.Tidak ada drama jam tiga pagi terbangun karena mendengarkan Tiwi si kuntilanak yang nangis dan mimta dipeluk. Tak ada Popo si pocong yang suka iseng melompati tubuhnya yang sedang berbaring, tak ada anak kecil dengan satu mata bolong yang suka bertanya dimana mainannya, dan lain-lain.Setelah bertahun-tahun, Louva terbangun di pagi hari itu dengan senyum puas terlukis di bibirnya yang sudah terlihat tidak terlalu pucat lagi.Dengan mata yang masih terpejam, senyum manis pun terlukis di wajahnya.Namun senyum itu seketika memudar, ketika telinganya menangkap sebuah suara gemericik air dari kamar mandi.Serta merta matanya pun terbuka lebar, menampakkan iris emerald yang menatap nanar pintu kamar mandi.'Eh, Pak Elang masih di sini??'Louva mengalihkan wajahnya ke jam dinding yang menunjukkan pukul delapan. Jam kerja di kantornya dimulai
Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir Louva saat Elang memberitahukan bahwa dirinya adalah seorang mind reader atau pembaca pikiran. Ulangi, Mind-Reader! Catet!! Ingin rasanya Louva tertawa sambil bertepuk tangan untuk candaan bosnya itu yang telah berhasil mengelabuinya hingga dua kali, jika saja kali ini Pak Elang tidak mengucapkannya dengan wajah yang sangat serius. "Pak Elang becanda, kan?" Timpal Louva, masih enggan untuk mengakui jika memang beberapa kali pikirannya seperti dapat dibaca dengan tepat oleh bosnya itu. Elang terdiam sejurus, kemudian ia menggeleng pelan. "Saya tidak bercanda." Gadis itu pun cengo selama beberapa saat, berusaha untuk menyelaraskan otak dan pikirannya saat ini. Menjadi indigo saja adalah sesuatu yang rasanya masih sulit untuk diterima akal sehat, lhaa ini malah bertambah lagi orang yang memiliki kemampuan yang aneh! "Kalau kamu nggak percaya, coba pikirkanlah sesuatu dan biark