Share

Interview

Author: Aswa Antari
last update Last Updated: 2022-01-07 14:13:59

*Selamat membaca*

---

"Apa? Dengan CEO?" Widya berseru tertahan. "Bukannya kemarin infonya hanya wawancara akhir dengan HRD kan?" bisiknya pada Louva dan Lissy.

Entah kenapa Louva sudah mengira akan ada element of surprise seperti ini. Meskipun ia sedikit gugup karena pimpinan tertinggi perusahaan yang akan mewawancarainya, namun Louva juga bersyukur dapat bertemu secara langsung dengan atasan yang akan bekerja dengannya, itu pun kalau dia bisa lolos hingga tahap akhir.

Beberapa orang terlihat memasuki ruang meeting VIP dengan langkah yang tegas, dan Robert terlihat membungkukkan badannya dengan hormat kepada seorang lelaki yang berjalan paling depan.

Louva pun mulai menghitung dalam hati.

Satu, dua, tiga... empat?

Wait.

Jangan bilang kalau orang keempat yang mengikuti mereka adalah... hantu.

Louva menahan napas dan menggigit bibirnya.

"Selamat pagi, perkenalkan nama saya Elang Putra Abimanyu," suara tegas dan penuh wibawa keluar dari lelaki bertubuh tinggi atletis dan berwajah sangat tampan. Ia sudah mengambil tempat duduk di seberang meja Widya, Lissy dan Louva, diikuti dengan Robert dan dua orang lain yang merupakan perwakilan dari HRD.

Jadi dia, sang CEO Abimanyu Group?

Louva sedikit terkejut karena Pak Elang terlihat masih muda untuk ukuran pimpinan tertinggi, namun ia baru teringat kalau ini adalah perusahaan keluarga, jadi tidak heran juga kalau CEO-nya yang masih muda tapi sudah memegang tampuk jabatan tertinggi.

"Selamat pagi, pak," sahut para kandidat sekretaris nyaris serempak.

Pak Elang terlihat tersenyum dan mengangguk. "Baik. Sekarang tolong perkenalkan diri kalian masing-masing. Dimulai dari kamu," Elang menunjuk Louva. "Silahkan berdiri dan perkenalkan dirimu, Nona."

Tanpa membuang waktu Louva pun berdiri. Dengan lancar, ia memperkenalkan diri dengan menyebut nama lengkap diikuti dengan beberapa informasi lain terkait dirinya.

Perkenalan diri dalam wawancara kerja adalah cara kita "menjual" kompetensi dan kelebihan yang kita miliki, itu sebabnya Louva berusaha untuk berkonsentrasi menerangkan informasi mengenai dirinya, dan mengabaikan wanita berkulit pucat yang dari tadi menatapnya dengan tajam.

Wanita itu sedang berdiri di belakang Pak Elang, namun tiba-tiba saja ia mengitari meja dan mendekati Louva dari belakang. Hawa dingin menusuk mulai ia rasakan saat hantu wanita itu semakin dekat dengannya.

Tiba-tiba Louva merasakan perih di kakinya. Ia melirik sekilas ke bawah, dan mendapati sepasang tangan dengan jari dan kuku yang amat sangat panjang sedang mencakar kakinya. Shit!!

Hal lain yang paling Louva hindari adalah hantu yang cemburu. Sepertinya dia menyukai Pak Elang, dan entah kenapa dia sangat marah kepada Louva.

"Dasar pelakor. Kamu mau merebut Elang dariku, kan?!" hardik wanita itu dengan suara serak dan pecah dari bawah belakang Louva. Tangannya yang seperti ranting pohon dengan kuku runcing bagai pisau masih saja mencakar-cakar kaki gadis itu.

"Please-laah. Aku di sini cuma mau kerja, bukan merebut laki orang!" batin Louva kesal sambil menggerak-gerakkan kakinya yang perih, berusaha menendang jari mengerikan yang menyakiti kulitnya.

Setelah Louva memperkenalkan diri, ia pun langsung di wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan pekerjaan sekretaris. Louva menjawabnya dengan tegas dan lugas.

Selanjutnya giliran Widya dan Lissy yang diwawancara.

Diam-diam Louva memandang ke sekelilingnya. Kemana perginya si wajah pucat, Tiwi dan Popo?

Hm... mungkin karena mereka semua fokus dalam urusan "manusia", sehingga para makhluk astral itu pun tersingkir. Baguslah.

Baru saja Louva bernapas lega, tiba tiba wanita pucat itu muncul lagi dari belakang tubuh Pak Elang dan kembali menatapnya tajam. Namun kali ini ia tidak mengganggu Louva lagi, syukurlah.

Sebenarnya si pucat itu cukup cantik, cuma ya itu... pucat dan dingin. Ah ya, satu lagi. Matanya menyorot merah seperti vampir tanpa gigi yang runcing. Louva tidak peduli siapa dia dan kenapa dia terus mengikuti Pak Elang, selama si pucat itu tidak mengganggunya seperti tadi.

Kira-kira dua jam kemudian interview itu pun akhirnya selesai. Sambil bernafas lega, Louva melangkahkan kakinya keluar dari ruang meeting VIP diikuti oleh Lissy dan Widya di belakangnya.

"Eh, waktunya makan siang nih!" ujar Widya yang melirik jam tangan di pergelangannya. Kita makan siang bareng, yuk?" ajaknya pada Lissy dan Louva yang mengangguk barengan.

Mereka pun memutuskan untuk makan di kantin karyawan Abimanyu Group di lantai 2. Lissy dan Widya mengobrol seru di dalam lift, sementara Louva hanya terdiam menatap nenek-nenek berpakaian kebaya kuno dan bersanggul yang berdiri di sampingnya menghadap dinding lift, memunggungi mereka.

Louva pun menghela napas pelan. "Hantu," bisiknya dalam hati. Lalu ia melakukan hal yang sering ia lakukan, yaitu mengabaikan keberadaan mereka.

Sesampainya di kantin, mereka pun mulai melihat-lihat makanan yang tersedia di sana. Akhirnya Lissy memesan soto lamongan, Widya memesan bebek bakar, sementara Louva memesan semangkuk bakso hangat yang akan menyegarkan badannya yang terasa lemas dan mengantuk, karena hanya bisa tertidur beberapa jam saja semalam.

Hanya satu orang dari mereka yang nanti akan diterima di Abimanyu Group, jadi Louva sangat menikmati saat-saat mengobrol seperti ini. Louva jarang punya teman mengobrol, karena makhluk halus seringkali mengganggu teman-temannya.

Sejak di Sekolah Dasar ia selalu dikucilkan karena dianggap aneh karena tiba-tiba suka tertawa atau bicara sendiri. Ia masih terlalu kecil untuk bisa mengabaikan makhluk di sekitarnya, sehingga sering terjebak di antara dua dunia.

Orang tuanya sudah memaklumi anaknya yang yang memiliki kelebihan seperti itu, karena Louva benar-benar mirip dengan almarhum neneknya yang juga indigo. Bahkan mata hijaunya yang seperti kucing itu juga diturunkan dari sang nenek, yang blasteran Eropa dan Jawa.

"Louva, kamu tuh laper apa mau ngangkatin jemuran? Buru-buru amat makannya?" tegur Widya heran ketika melihat gadis setengah bule itu yang makan dengan terburu-buru.

"Ehhmmmp," Louva mengunyah bakso dan mie dengan cepat, membuatnya tersedak. Setelah menghabiskan es jeruknya, Louva menatap Widya sambil tersenyum. "Sorry, makanku bar-bar. Laper banget, hehe," alasannya sambil nyengir.

Padahal...

Tuh kan, si tuyul datang.

Louva melengos melihat dua makhluk cebol berwarna abu-abu yang jongkok di atas meja dan memakan baksonya dengan lahap. Louva memang sengaja menyisakan beberapa bakso untuk mereka makan.

Si Upin dan Ipin, itulah julukan Louva untuk dua tuyul itu. Mereka pasti selalu datang entah dari mana pada saat Louva sedang makan, dan mengambil makanan dari piring Louva untuk dilahap.

Makanan yang di makan oleh makhluk halus tentu saja tidak akan hilang, fisiknya tetap ada dan tidak berkurang sedikit pun, hanya rasanya saja yang berubah menjadi hambar atau tidak enak. Dan biasanya manusia yang memakannya akan jadi sakit, meskipun tidak parah. Paling-paling sakit perut atau pusing, kadang-kadang juga ada demam ringan.

"Kok nggak dihabisin sih, Va?" tanya Lissy heran melihat Louva yang menyisakan dua butir bakso besar di mangkuknya, padahal tadi dia bilang sangat lapar. "Buat aku deh, sayang kan kalau dibuang."

Saat Lissy mengulurkan tangannya hendak meraih mangkuk bakso milik Louva, gadis itu menyenggol mangkuknya hingga jatuh dan pecah di lantai.

"Ups, maaf ya, Lis. Nggak sengaja kesenggol," ucap Louva datar. Ia sebenarnya sengaja membuat mangkuk itu jatuh agar Lissy tidak memakan bekas si Upin Ipin. Louva tidak ingin membuat gadis itu jadi sakit.

"Kalau nggak mau kasih ya bilang, dong! Nggak usah pake dijatuhin juga," tukas Lissy kesal sambil memicingkan mata pada Louva.

"Udaah, kan Louva nggak sengaja." Widya berusaha menengahi saat melihat Lissy yang nampaknya tersinggung karena ulah Louva.

Lissy hanya melengos dan membuang muka. Ia masih tidak terima karena Louva seperti sengaja menjatuhkan mangkuk bakso itu hingga pecah. Apa sih maksudnya? Nggak sopan banget!!

Sementara itu, Louva membantu Office Boy memunguti pecahan mangkuk dan membersihkan tumpahan bakso. Si OB yang diam-diam memperhatikan Louva, merasa kagum dengan kecantikan dan kebaikannya membantu untuk bersih-bersih.

"Sudah mbak, nggak apa-apa. Biar saya saja yang membersihkan," ucap OB itu sambil mengambil pengepel dari tangan Louva.

"Maaf ya, mas. Saya nggak sengaja tadi."

"Nggak apa-apa mbak," sahutnya sambil tersenyum.

Kemudian Louva pun berjalan menuju toilet, bermaksud untuk mencuci tangannya di wastafel. Hampir saja ia bertabrakan dengan Robert yang baru saja keluar dari toilet laki-laki.

"Hei, Louva," sapanya sambil mamerkan senyum lebar. "Sudah makan siang?"

"Halo, Pak Robert. Saya baru saja makan," balas sopan Louva.

Robert tertawa pelan. "Jangan panggil pak dong, kayak tua banget saya. Kita cuma beda tiga tahun aja kok," jelasnya riang. Tapi tiba-tiba ekspresinya berubah serius.

"Eh, Louva. Mau tahu rahasia, nggak?" bisiknya pelan sambil mendekatkan wajahnya. "Yang lolos jadi sekretaris CEO itu kamu, lho. Selamat, ya!"

*BERSAMBUNG

Related chapters

  • Supernatural Louva   Jangan Terlalu Seksi!

    *Selamat Membaca*---"Eh, Louva. Mau tahu rahasia, nggak?" bisiknya pelan sambil mendekatkan wajahnya. "Yang lolos jadi sekretaris CEO itu kamu, lho. Selamat, ya!"Louva menatap Robert dengan tatapan datar. "Benarkah? Saya yang lolos?" tanyanya tidak percaya. Bukannya apa-apa, masalahnya saat tes wawancara tadi Louva merasa kalah telak dibandingkan dengan Lissy dan Widya saat menjawab pertanyaan soal metode pengarsipan dokumen.Louva menjawab berdasarkan apa yang pernah ia pelajari, sementara Lissy dan Widya berdasarkan pengalaman, dan jawaban mereka memang lebih realistis.Robert berdecak melihat Louva yang terlihat tidak antusias mendengar kabar darinya, bahkan wajah gadis itu terlihat lempeng seperti landasan pesawat."Ya benarlah! Masa iya saya bohong?" tukas Robert sambil menaikkan satu alisnya."Oh."Sekarang Robert malah menaikkan kedua alisnya dan tertawa pelan melihat wajah gadis itu yang masih saja irit ekspresi. "Ya

    Last Updated : 2022-01-07
  • Supernatural Louva   First Trip

    *Selamat Membaca*---Louva sedikit tenang karena hari ini sepertinya ia bebas dari gangguan Tiwi dan Si Pucat. Hm... kayaknya ia harus mencari nama untuk hantu menyebalkan yang suka mengikuti Pak Elang itu deh. Kira-kira apa nama yang cocok ya?.Ia teringat jemari kurus wanita itu dan kuku tajamnya yang mencakar-cakar kaki Louva dan bergerak seperti ular kecil, lalu seketika ia pun tahu apa nama yang cocok.Medusa. Haha. Ya, cocok banget. Sifatnya juga antagonis sesuai nama kan?Mudah-mudahan saja si Medusa hari ini tidak muncul, akan sangat sulit menghadapinya karena Louva akan meninjau lokasi hotel bersama Pak Elang. Nggak lucu kan kalau Louva berantem cakar-cakaran dengan Medusa di depan bosnya. Bisa-bisa Louva dikira sakit jiwa.Louva sudah membatalkan pertemuan bosnya dengan Jordan Company hari ini, dan menjadwalkan ulang esok pagi. Syukurlah ada Pak Robert yang sering membantunya dalam hal pekerjaan dan juga nasihat berpakaian. Ia ben

    Last Updated : 2022-01-07
  • Supernatural Louva   Mommy and Baby Ghost

    "Louva, bangun!"Saat kedua kelopak mata itu perlahan terbuka, Robert pun termangu untuk beberapa saat. Lelaki itu baru menyadari kalau warna bola mata Louva tidak benar-benar hijau, tapi ada sedikit gurat kecoklatan di dalamnya, dengan bintik-bintik kecil hitam yang tersebar di bagian irisnya. Unik dan... cantik sekali."Loh? Pak Robert? Pak Elang kemana?" Tanya Louva kaget, ketika melihat kursi penumpang di sebelahnya telah kosong. Mesin mobil belum dimatikan, namun driver yang bernama Pak Lintang juga sudah tidak ada. Hanya Robert dan Louva yang masih tertinggal di mobil, dengan posisi Robert yang jongkok di depan pintu dimana Louva berada.Robert tersenyum lucu melihat Louva yang seperti masih linglung karena baru bangun tidur. "Pak Elang udah duluan turun ke proyek dengan dikawal Lintang. Kamu tuh ya! Bisa-bisanya ketiduran di hari pertama kerja!" Cetus Robert sembari menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Louva pun gelagapan, dan buru-buru

    Last Updated : 2022-01-07
  • Supernatural Louva   Balas Budi

    "Pak Elang! Awaass!!" Tanpa mempedulikan keselamatannya sendiri, Louva berteriak dan refleks mendorong tubuh Elang agar kayu besar yang menukik tajam dari lantai sepuluh itu tidak menghantam tubuh bosnya itu. BRAAAKKK!!! Kayu itu pun jatuh menabrak tanah.Entah apa yang akan terjadi jika sampai Elang tak menghindar, yang pasti akan mengakibatkan luka yang cukup berat bahkan tidak menutup kemungkinan sangat fatal.Kejadian itu terjadi dengan begitu cepat, bahkan Louva pun tak sempat berkedip ketika menyadari bahwa Pak Elang telah jatuh tersungkur di atas tanah berdebu penuh kerikil--namun untungnya saja dia selamat. Syukurlah..."LOUVA!!" Teriak Elang panik ketika melihat sekretarisnya itu terbaring bersimbah darah. Kedua mata hijaunya yang aneh itu pun menutup dengan napas yang sangat pelan.Tanpa ragu, Elang pun segera menggendong tubuh lemah tak berdaya Louva dan menyuruh Pak Lintang drivernya untuk segera ke mobil."Robert, selidiki kecelakaan ini! Tak

    Last Updated : 2022-02-09
  • Supernatural Louva   Keanehan Pak Elang

    Bosan sekali.Sudah satu jam terakhir sejak Pak Elang pamit meninggalkannya untuk mengurus pekerjaan, dan yang bisa Louva lakukan hanyalah menonton televisi sambil berselancar di dunia maya lewat ponsel untuk membunuh waktu.Gadis itu pun menghela napas pelan, lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar VIP ini. Tumben nggak ada satu pun makhluk astral yang biasanya suka iseng mengganggu ketenangannya. Kemana si Tiwi? Si Popo?Dan... ah ya, Louva baru teringat sesuatu yang aneh. Biasanya saat dia makan, pasti duo tuyul Upin Ipin datang buat minta jatah. Tapi anehnya saat tadi ia makan siang dengan disuapi Pak Elang, mereka tak tampak sama sekali.Kenapa ya?Bukan, Louva bukan kangen. Malah bersyukur aja sih, akhirnya bisa makan dengan tenang tanpa ditungguin duet botak dengan matanya yang setajam sinar laser itu tiap kali menatap makanan Louva.Tapi ya gitu. Rasanya aneh saja.Hemm... daripada bosan, apa sebaikn

    Last Updated : 2022-02-25
  • Supernatural Louva   Serangan

    Louva melongo dengan mulutnya yang terbuka lebar, selebar mata hijau emerald-nya yang juga membelalak sempurna.Tadi... Pak Elang bilang apa???Dia bilang kalau dia bisa mendengar semua yang Louva pikirkan??!Tiba-tiba terdengar suara kekehan geli dari orang yang tak disangka. Ya, yang tertawa barusan itu adalah Pak Elang. Dan rasanya Louva juga baru sekali ini melihatnya tertawa geli seperti itu..."Becandaaa!! Kamu serius banget, sih?!" Ungkap si bos rese itu kemudian dalam cengirannya. "Saya nggak sengaja beli es krim merk itu, yang rupanya sesuai dengan selera kamu!"Manik bening Louva otomatis mengerjap-kerjap. "Ja-jadi, Pak Elang cuma bercanda?!" Tanyanya meminta kepastian.Sumpah!!! Tadi itu rasanya jantung Louva mau copot!!Saat mengatakan kalimat yang membuat Louva terkesiap, raut Pak Elang tidak seperti orang yang sedang main-main. Netra pekatnya menyorot tajam, wajahnya datar, dan suaranya tegas. Gimana bi

    Last Updated : 2022-02-28
  • Supernatural Louva   Unpredictable Mind Reader

    Elang terkesima ketika membuka pintu ruangan Louva, dan melihat hal yang tidak ia pernah kira akan ia saksikan satu kali pun dalam hidupnya.Louva sedang berada di atas tempat tidur dengan posisi kaki yang normal di atas ranjang, namun dengan posisi bahu yang tak normal, yakni miring 45 derajat!Layaknya seperti orang yang sedang menyenderkan bahunya di kursi malas, namun Louva tidak terlihat sedang bersandar pada apa pun.Wajahnya menengadah ke atas, dengan mata hijaunya yang membelalak dan mulut yang terbuka lebar. Kedua tangannya tergeletak layu di samping tubuhnya.Elang kembali terkesiap mendengar suara seperti orang yang tercekik dari mulutnya."LOUVA!!" Teriak Elang sambil menghambur ke arah ranjang dan memegang bahu gadis itu. Tak terpikirkan olehnya untuk memanggil dokter atau perawat jaga, yang ia pikirkan adalah bagaimana membuat Louva sadarkan diri dari situasi aneh yang tidak masuk di akal tersebut.Lebih mirip situa

    Last Updated : 2022-03-02
  • Supernatural Louva   Teman Tidur

    Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir Louva saat Elang memberitahukan bahwa dirinya adalah seorang mind reader atau pembaca pikiran. Ulangi, Mind-Reader! Catet!! Ingin rasanya Louva tertawa sambil bertepuk tangan untuk candaan bosnya itu yang telah berhasil mengelabuinya hingga dua kali, jika saja kali ini Pak Elang tidak mengucapkannya dengan wajah yang sangat serius. "Pak Elang becanda, kan?" Timpal Louva, masih enggan untuk mengakui jika memang beberapa kali pikirannya seperti dapat dibaca dengan tepat oleh bosnya itu. Elang terdiam sejurus, kemudian ia menggeleng pelan. "Saya tidak bercanda." Gadis itu pun cengo selama beberapa saat, berusaha untuk menyelaraskan otak dan pikirannya saat ini. Menjadi indigo saja adalah sesuatu yang rasanya masih sulit untuk diterima akal sehat, lhaa ini malah bertambah lagi orang yang memiliki kemampuan yang aneh! "Kalau kamu nggak percaya, coba pikirkanlah sesuatu dan biark

    Last Updated : 2022-03-06

Latest chapter

  • Supernatural Louva   Siapa Yang Akan Melindungi Kamu?

    "Sebenarnya apa yang mereka inginkan?" Tanya Elang dengan nada frustasi. Louva tidak langsung menjawab. Gadis itu seperti sedang melamun, namun beberapa detik kemudian ia pun berkata, "mereka ingin menjaga Bapak dari wanita indigo seperti saya.""Menjaga saya dari wanita indigo seperti kamu?" Ulang Elang tak mengerti."Seorang indigo memiliki gelombang aura bersinar yang hanya dapat dilihat oleh makhluk astral atau ghaib. Dan aura itu membuat mereka tertarik untuk melihat serta mendekat. Itu sebabnya saya nggak mau punya teman dekat, Pak. Karena semua yang dekat dengan saya akan ikut diganggu oleh mereka," terang Louva panjang lebar."Yang sekarang berada di samping Pak Elang itu bermaksud baik sih, sebenarnya. Mereka hanya mau melindungi Bapak dan nggak mau Pak Elang jadi sasaran makhluk yang kadang-kadang ada yang sifatnya agresif."Elang mengerutkan keningnya selama beberapa saat, mencerna semua informasi yang sangat asing bahi dunianya yang dipenuhi logika.Ya, dan semua logika i

  • Supernatural Louva   Dua Penjaga Elang

    Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, akhirnya hari ini Louva bisa kembali bekerja.Tangan kirinya masih diperban karena lukanya masih belum sembuh total, namun sudah tidak terlalu sakit lagi bila digerakkan untuk beraktivitas.Ia disambut oleh Widya, Lissy dan Robert yang sengaja menunggunya untuk memberikan surprise selamat datang di depan ruangannya. Louva benar-benar terharu ketika menerima sebuah buket bunga mawar merah muda dari Robert dan sekeranjang camilan manis yang diberikan Widya kepadanya. "Ini dari kami bertiga," ungkap riang gadis manis bertubuh mungil itu sambil menyodorkan keranjangnya. "Terima kasih," balas Louva sambil tersenyum manis. Meskipun masih sangat baru di perusahaan, tapi ia merasa beryukur karena sudah memiliki beberapa teman yang sangat baik kepadanya."Eh iya, ada satu lagi nih," tiba-tiba Lissy berucap dengan merogoh kantung kemeja lengan pendeknya yang ujungnya dimasukkan ke dalam rok sepan ketat sepuluh senti di atas

  • Supernatural Louva   Hantu (Yang Masih)Jatuh Cinta

    Netra hijau Louva tak berkedip mendengar cerita tentang masa lalu Dahlia, si sundel bolong yang merasuki dirinya dan juga yang mengganggu Pak Elang. Naas sekali nasib perempuan itu. Selama beberapa saat, Louva merasakan duka yang cukup dalam memberatkan dadanya. Duka yang seringkali ia rasakan sebagai manusia indigo yang bukan hanya bisa berkomunikasi dengan makhluk astral, namun juga bisa merasakan rasa sakit dan ketakutan yang amat sangat di saat-saat terakhir kehidupan mereka. Jiwa seorang indigo terhubung dan dapat menyentuh ruang hampa di dalam eksistensi tak kasat mata, sehingga tanpa Louva sadari, sebutir cairan bening telah luruh dari manik hijaunya. Gadis itu tersentak ketika merasakan sebuah jemari kuat telah mendahului untuk menghapus air matanya. Kesiap pun pelan lolos dari bibirnya saat pandangannya bersirobok dengan netra pekat Elang yang menyorotnya teduh."Kamu bisa merasakannya, ya?" Louva mengerjap pelan. Mind-reader ini pasti sedang me

  • Supernatural Louva   Dahlia's Story

    Perlahan, Louva membuka kedua kelopak matanya yang terasa berat. Ia meringis ketika merasakan sekujur tubuhnya yang terasa seperti habis digilas tronton, dan lehernya yang teramat nyeri ketika ia mencoba menelan saliva agar sedikit mengurangi rasa kering di tenggorokannya.Tunggu dulu. Kenapa rasanya ada yang aneh di sini ya?Louva pun mengedip pelan ketika pada akhirnya ia menyadari sesuatu. Sesuatu tentang ingatannya yang terakhir... saat si sundel bolong yang mengaku bernama Dahlia itu... mencekiknya.Louva mengira momen itu adalah akhir hayatnya di dunia, tapi ternyata dia masih hidup!Louva melarikan netranya kesana kemari untuk lebih meyakinkan dirinya bahwa ia memang masih berada di dunia nyata, bukanlah fana. Dan beberapa saat kemudian gadis itu pun menghembuskan napas lega.Ia sedang terbaring di atas brankar, dengan infus yang menancap di tangan kirinya. Saat ini ia sedang berada di kamar rawat VIP yang sepertinya sudah dirapikan, karena beberapa s

  • Supernatural Louva   Siapa Dahlia?

    Elang hanya bisa menahan napasnya ketika merasakan bagian lembut dari tubuh Louva menekan kulitnya Gadis indigo itu duduk di pangkuan Elang dan memeluk tubuhnya, dengan dalih untuk memancing si makhluk astral itu keluar. Tapi apa Louva tahu kalau posisi mereka ini sangatlah berbahaya? Meskipun sikapnya sedikit aneh, namun Louva adalah gadis yang cantik dengan tubuh seksi, dan Elang sendiri adalah lelaki yang normal!"Saya melakukan ini agar si makhluk itu keluar, Pak. Nanti kalau dia merayu Bapak lagi, tolong jangan tergoda. Tapi berusahalah untuk mengorek informasi!"Bisikan Louva itu pun malah membuat darah yang mengalir di tubuh Elang semakin memanas. Sial! Apa gadis ini sengaja menggodanya??Louva terkesiap ketika Elang malah mencengkram tengkuknya dan menarik wajahnya hingga berhadapan sangat dekat. "Kalau mau bikin cemburu, jangan nanggung!" Guman Elang dengan matanya yang telah pekat oleh hasrat. Ia menatap bibir Louva yang merah merekah alami.

  • Supernatural Louva   Pancingan

    "Mendingan kita keluar dulu deh," usul Elang sambil menarik tangan Louva keluar dari kamar mandi. Ia tidak bisa menjamin akan tahan untuk tidak menyerang Louva jika mereka masih saja berada di kamar mandi ini. Bayangan sekretarisnya yang menatapnya sayu sambil mendesah dengan suara seksi masih terngiang di pikiran lelaki itu. Oke, sepertinya dia harus meluruskan otaknya dulu sebelum bicara dengan tenang kepada Louva."Baju kamu basah, ganti dulu sana," titahnya kemudian. Louva melirik home dressnya yang mulai setengah kering, lalu memutuskan untuk menggantinya dengan yang baru. Louva membawa sepotong kemeja santai dan celana panjang yang longgar kembali ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Lagi-lagi ia hanya bisa meringis kala melihat pantulan wajahnya di cermin. 'Aku terlihat seperti cewek binal,' pikirnya sambil menoyor kepala sendiri. Bagaimana tidak? Bibirnya bengkak kemerahan seperti habis melakukan ciuman hot dengan durasi yang panjang, dan bagian dadanya dipe

  • Supernatural Louva   Tergoda Makhluk Penggoda

    "Selamat pagi! Sarapan untuk Nona Louva Maynara!" Suara cempreng dan riang khas ibu-ibu yang mengantarkan makanan itu, serta-merta membuat Elang yang sedang terbawa suasana intim dengan Louva pun sontak tersadar. Dengan cepat, ia melepaskan pagutan bibir mereka yang semakin panas dan liar. Wajah Louva yang merah karena gairah kini berada begitu dekat dengan wajahnya, membuat Elang tergoda ingin melanjutkan kembali apa yang baru saja ia hentikan.Aaahh!! Rasanya ia ingin sekali memukul kepalanya sendiri, karena tak mampu menolak rayuan maut sosok astral yang menjelma ke dalam tubuh sekretarisnya ini!Efek gairah panas itu pun masih terasa meledak-ledak di dalam dada Elang, juga seperti ada sesuatu yang menggelitik dan merayap di bawah kulitnya. Sambil menggeleng-gelengkan kepala seraya mengerjapkan mata, Elang berusaha mengusir gelora hasrat yang membuat kepalanya pusing karena menginginkan hal yang lebih intim dari sekedar bercumbu.Elang pun mencengk

  • Supernatural Louva   Kerasukan Yang Kedua

    Baru sekali ini Louva bisa tertidur di malam hari dengan nyenyak.SANGAT nyenyak.Tidak ada drama jam tiga pagi terbangun karena mendengarkan Tiwi si kuntilanak yang nangis dan mimta dipeluk. Tak ada Popo si pocong yang suka iseng melompati tubuhnya yang sedang berbaring, tak ada anak kecil dengan satu mata bolong yang suka bertanya dimana mainannya, dan lain-lain.Setelah bertahun-tahun, Louva terbangun di pagi hari itu dengan senyum puas terlukis di bibirnya yang sudah terlihat tidak terlalu pucat lagi.Dengan mata yang masih terpejam, senyum manis pun terlukis di wajahnya.Namun senyum itu seketika memudar, ketika telinganya menangkap sebuah suara gemericik air dari kamar mandi.Serta merta matanya pun terbuka lebar, menampakkan iris emerald yang menatap nanar pintu kamar mandi.'Eh, Pak Elang masih di sini??'Louva mengalihkan wajahnya ke jam dinding yang menunjukkan pukul delapan. Jam kerja di kantornya dimulai

  • Supernatural Louva   Teman Tidur

    Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir Louva saat Elang memberitahukan bahwa dirinya adalah seorang mind reader atau pembaca pikiran. Ulangi, Mind-Reader! Catet!! Ingin rasanya Louva tertawa sambil bertepuk tangan untuk candaan bosnya itu yang telah berhasil mengelabuinya hingga dua kali, jika saja kali ini Pak Elang tidak mengucapkannya dengan wajah yang sangat serius. "Pak Elang becanda, kan?" Timpal Louva, masih enggan untuk mengakui jika memang beberapa kali pikirannya seperti dapat dibaca dengan tepat oleh bosnya itu. Elang terdiam sejurus, kemudian ia menggeleng pelan. "Saya tidak bercanda." Gadis itu pun cengo selama beberapa saat, berusaha untuk menyelaraskan otak dan pikirannya saat ini. Menjadi indigo saja adalah sesuatu yang rasanya masih sulit untuk diterima akal sehat, lhaa ini malah bertambah lagi orang yang memiliki kemampuan yang aneh! "Kalau kamu nggak percaya, coba pikirkanlah sesuatu dan biark

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status