Beranda / Romansa / Dia Pemilik Hatiku / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Dia Pemilik Hatiku: Bab 71 - Bab 80

84 Bab

70. Surat Almara

Saat membuka amplop, Rangga mendapati ternyata surat yang Almara tulis terdiri dari beberapa lembar kertas. Tulisan Almara terlihat agak berantakan seperti ditulis saat emosinya tidak stabil.Rangga menarik nafas dalam – dalam kemudian membaca kata demi kata yang Almara tulis.***Dear Rangga,Rangga, aku minta maaf sama kamu karena dulu aku udah menjadi istri yang jahat buat kamu. Aku yang salah karena sedari awal hanya menjadikan kamu pelampiasan cintaku. Padahal selama ini aku udah mendapat banyak cinta yang tulus dari kamu. Tapi ketulusan cinta itu bahkan gak membuatku bisa mencintai kamu dengan layak. Aku justru terus menerus memikirkan dan mencintai Ardan. Kamu sangat pantas untuk marah dan membenci aku. Aku gak akan menyalahkan kamu untuk itu ataupun untuk setiap sikap dingin kamu ke aku. Aku bahkan mungkin gak pantas untuk meminta maaf dari kamu. Tapi melalui surat ini, aku mau bercerita tentang sebuah pengalaman berharga yang aku alami. Pengalaman ini yang akhirnya membuat
Baca selengkapnya

71. Rahasia Wina dan Rangga

Malam itu, Rangga memutuskan bahwa dia akan menerima Almara kembali. Sekalipun ada sebersit rasa kurang yakin dalam dirinya akan cinta Almara kepadanya, namun perasaan ingin memiliki Almara kembali lebih dominan menguasai hatinya.Selama dirinya dan Almara berada di spanyol, Rangga terus mendapatkan informasi mengenai gerak –gerik Nayra.“Nayra tertangkap kamera cctv menghentikan mobilnya di seberang apartemen Pak Rangga,” lapor Fariz melalui telepon saat Rangga sedang menikmati makan malamnya di sebuah restoran khas spanyol.“Oke makasih laporannya,” balas Rangga.“Pas cuti gini kalian masih sibuk ngomongin kerjaan ya?” tanya Almara.“Iya. Aku ini CEO sayang, jadi aku harus terus pantau keadaan perusahaan walaupun aku lagi di luar. Tapi aku pastiin itu gak akan mengganggu liburan kita kok.”Almara mengangguk ceria, “Iya gak papa kok. Aku paham tanggung jawab kamu besar. Yuk makan lagi.”Rangga tersenyum. Memang benar dia masih harus memantau perusahaannya. Tapi sebagian besar pekerj
Baca selengkapnya

72. Pertemuan Lima Tahun Lalu

Saat Nayra menelepon Rangga pada malam hari dan mengatakan dia sedang sakit, Rangga menjadi teringat betapa seringnya dulu Nayra melakukan hal seperti ini. Dia selalu memperlihatkan kepada Rangga sisi polos dan lemah dari dirinya yang harus dilindungi. Dan Rangga selalu dengan tulus datang kapanpun Nayra membutuhkannya. Malam itu, Rangga memutuskan untuk tetap datang menemui Nayra di rumah kontrakannya. Namun bedanya, tak ada kasih sayang dan ketulusannya yang dulu. Semua hanya demi meyakinkan Nayra bahwa Rangga masih menyimpan rasa padanya. Sesampainya di rumah Nayra, Rangga mendapati Nayra berdiri di pintu berbincang dengan seorang lelaki. Lelaki itu mengenakan pakaian yang agak berantakan, perawakannya pendek dan perutnya buncit. Penampilannya kusut dengan jenggot dan rambut yang sudah mulai memutih. Rangga menebak umurnya mungkin sekitar setengah abad. Dan Rangga juga menebak bahwa keberadaannya di sana bukanlah kebetulan. Ini mungkin bagian dari rencana Nayra entah apa itu. “Y
Baca selengkapnya

73. Kamera Pengawas 2

Beberapa hari setelah kematian Om Heri...“Ya Fariz? Kamu sudah dapat sesuatu soal yang saya minta kapan hari?” tanya Rangga saat dia menerima telepon dari Fariz.“Saya sudah ke kepolisian Pak. Mereka mengatakan kasus Pak Heri murni kecelakaan. Tidak ada yang aneh di mesin mobilnya dan juga tidak ada bekas kekerasan pada tubuh Pak Heri. Pak Heri hanya mengantuk karena efek obat flu yang dia minum beberapa jam sebelum mengendarai mobilnya.”“Kamu yakin gak ada yang terlewat?”“Yakin Pak.”“Oke terimakasih,” Rangga menutup teleponnya. Entah kenapa masih terasa ada ganjalan dalam hatinya. Dia tidak sepenuhnya yakin bahwa kematian Om Heri murni kecelakaan.Mungkinkah firasatnya benar? Ada sesuatu yang terlewat oleh Fariz ataukah kebenciannya kepada Nayra terlalu besar hingga dia mengira semua hal buruk adalah hasil dari kejahatan wanita itu?Apapun itu, Rangga masih bertekad untuk mencari tahu.Beberapa hari kemudian...“Pak, orang kita yang bertugas mengawasi Bu Kinanti mengatakan bahwa
Baca selengkapnya

74. Pembicaraan 10 Menit

“Aku cuma butuh waktu 10 menit dari kamu,” ucap Rangga kepada Almara saat Almara merajut setelah video callnya dengan Nayra yang memperlihatkan Rangga tidur seranjang dengan Nayra semalam.“Kasih aku 10 menit. Setelah itu kamu putuskan sendiri. Please,” mohon Rangga kepada Almara.“Oke 10 menit dari sekarang.”Rangga tersenyum, dia rasa, 10 menit cukup baginya untuk menjelaskan semuanya.“Aku tahu kamu naruh kamera pengawas di ruang kerjaku di kantor kan?” Rangga mengawali pembicaraannya.“Hah kamera pengawas apa?” elak Almara.Rangga tersenyum lalu memperlihatkan video cctv Almara yang sedang menempelkan sebuah benda di salah satu pajangan.Mata Almara terbelalak. Bagaimana mungkin dia bisa lupa bahwa di ruang kerja Rangga juga telah terpasang kamera cctv.“Jadi kamu belum tahu kalau kamera itu udah berpindah tempat?”Almara hanya menggeleng, “Aku taruh itu di ruangan kamu karena kau takut kamu berbuat macam – macam sama Nayra. Dan ternyata bener kan kamu semalam tidur sama di...”“S
Baca selengkapnya

75. Persidangan

“Ck ck ck mereka berdua emang paling jago buat jadi berita viral melebihi aku yang artis,” ujar Ardan saat dia asyik bermain dengan media sosialnya. “Siapa?” tanya Sharon. “Rangga dan Almara.” “Mereka masuk berita viral lagi? Kenapa emangnya? Oh, pasti karena Rangga poligami ya?” “No... Jadi di pernikahan yang harusnya dilaksanakan kemarin, polisi menangkap Nayra. Dan ternyata... Rangga yang laporin dia ke polisi. Trus satu lagi, karena Rangga dan Nayra gak jadi menikah, pestanya berubah jadi pesta anniversary Rangga dan Almara.” “What?” Sharon yang terkejut dengan penjelasan Ardan nyaris melompat dari tempat duduknya. “Iya, coba baca aja di sini, rame banget di semua media sosial,” Ardan melempar ponselnya kepada Sharon, “Kamu sih ngelarang aku dateng kemarin. Ah, tahu gitu kan aku bisa lihat live kejadiannya. Pasti seru.” “Ya mana aku tahu kalau bakal kayak gitu kejadiannya? Almara kan temenku jadi aku sebel banget sama acara pernikahan itu,” Kali ini Sharon asyik menggulir po
Baca selengkapnya

76. Persidangan 2

Sidang dimulai kembali dengan melanjutkan pemeriksaan Lia sebagai saksi oleh JPU. JPU hanya menanyakan beberapa hal karena sebagian besar sudah dia tanyakan sebelum sidang di skors.Hakim menanyakan apakah pihak terdakwa memiliki pendapat mengenai keterangan saksi yang dihadirkan.Julio meminta ijin hakim untuk menanyakan beberapa hal kepada Lia. Setelah mendapat ijin dari hakim, Julio bersiap mengajukan pertanyaannya.Lelaki kharismatik itu menatap tajam ke arah Lia dengan senyuman misterius yang tertoreh pada wajah tampannya.“Ehem,” Julio memulai, “Saudari Lia Saputri, apa benar Anda bekerja di rumah keluarga Sagara dengan gaji dua juta perbulan?”Lia sedikit mengerutkan keningnya, tidak menyangka dia akan menerima pertanyaan mengenai gajinya yang dia pikir tidak ada hubungannya dengan kasus ini, “Iya benar,” jawabnya.“Apakah Anda memiliki suami?”“Tidak, suami saya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.”“Lalu selain Anda siapa yang turut membantu ekonomi keluarga Anda?”“Tida
Baca selengkapnya

77. Persidangan 3

Kinanti mengepalkan tangannya saat melhat mantan ART nya maju ke depan, ekspresinya campur aduk antara marah sekaligus takut.Saat Kinanti hendak berdiri meninggalkan ruang sidang, Rangga menahannya, “Mau ke mana Ma?”“Eh Hm... Mama mau ke toilet dulu ya Rangga,” jawab Kinanti sedikit terbata.Rangga tersenyum lalu menarik tubuh Kinanti dengan agak kuat sehingga Kinanti terduduk di kursinya lagi, “Mama yakin mau ke toilet? Lebih baik Mama tunggu di sini. Karena kalau Mama kabur, resikonya mungkin lebih berat.”“Apa maksud kamu Rangga? Mama gak ngerti.”“Lihat itu Ma,” Rangga menunjuk ke arah seorang lelaki yang juga merupakan penonton sidang.“Itu juga,” Rangga kembali menunjuk ke arah seorang lelaki yang lain, “Dan itu. Intinya di ruangan ini banyak orang yang sebenarnya adalah orang – orangku. Di luar ruangan juga ada. Mereka akan mengawasi Mama kemanapun Mama pergi. Jadi percuma aja kalau Mama mau melarikan diri.”“Tapi... Tapi kenapa?”“Kalau Mama gak melakukan kejahatan, Mama gak
Baca selengkapnya

78. Persidangan 4

Fiolina datang bersama seorang pria muda tampan di sisinya. Dia dengan anggun berjalan ke kursi saksi. Saat melewati Rangga, dia menoleh dan menyempatkan memberikan senyuman kecil untuk lelaki itu.Julio mengernyitkan dahinya menatap Fiolina. Memang langkah wanita itu terlihat tenang dan anggun, tapi Julio merasa pakaian dan dandanannya berlebihan untuk sebuah acara sidang.Julio menghela nafas, tidak mau ambil pusing mengenai hal itu. Bagaimanapun dia paham, Fiolina adalah seorang model internasional, jadi di mana pun dia berada, dia mungkin harus mempertahankan citranya.“Ehem,” deham Julio seperti biasa memulai pertanyaan kepada Fiolina, “Saudari Fiolina, apakah benarFairy Tale Karaoke adalah salah satu bisnis milik keluarga Anda?”“Tidak benar. Fairy Tale adalah milik saya. Keluarga saya tidak memiliki bagian apapun dalam pembangunan dan bisnisnya,” jawab Fiolina dengan santai.“Begitu rupanya. Anda sering ke luar negeri untuk pekerjaan Anda sebagai model, seberapa sering Anda men
Baca selengkapnya

79. Sepotong Memory

Kinanti bergegas keluar dari mobil begitu Hardian memarkir mobilnya di depan rumah. Sepanjang perjalanan, tak ada satu kata pun yang terucap dari bibir wanita itu sekalipun Hardian berjuta kali meminta penjelasan padanya.Almara dan Rangga yang berhenti tepat di belakang mobil Hardian menyaksikan bagaimana Kinanti keluar dari mobil dan bergegas masuk ke rumah lalu disusul Hardian yang mengikutinya dari belakang.“Ayo,” Rangga meraih tangan Almara untuk turun dari mobil setelah dia membukakan pintu.“Aku takut Rangga,” ucap Almara terbata – bata sembari menghapus air matanya sendiri.“Apa yang kamu takutin? Kan ada aku. Aku akan lindungi kamu. Mama Kinanti gak akan bisa sakitin kamu.”Almara menggeleng, “Bukan itu. Aku takut dengan kenyataan yang akan aku denger nanti. Aku terlalu gak siap.”Rangga berlutut lalu menggenggam tangan Almara, “Tapi ini harus dihadapi. Gak ada gunanya bertahan dalam keindahan tapi semuanya bohong Almara. Seperti...”“Seperti apa?”“Seperti saat dulu kamu pu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status