Home / Lain / Aku Mengalah, Mas. Demi Ibumu! / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Aku Mengalah, Mas. Demi Ibumu! : Chapter 61 - Chapter 70

83 Chapters

Bab 61

Aku Mengalah, Mas. Demi Ibumu! 61"Kamu dulu dekat sama Mas Yusuf?" tanyaku pada Aini. Kami sedang berjalan bersisihan sambil dia mendorong troli belanja kami. Aku mengajaknya untuk berbelanja sambil berbincang agar aku lebih mengenal dirinya. Agar perkenalan ini lebih terkesan natural dan santai. "Emmm deket banget sih enggak, Bu. Cuma kan kami sekelas terus jadi ya kayak biasa gitu. Temenan baik." Bibir Aini tersenyum merekah. Dari sinar wajahnya, seperti ada gurat merah dari pipinya yang tersungging ke atas karena senyumannya."Oh." Aku tetap mengamati wajah perempuan di sebelahku ini. Sebenarnya sejak awal aku sudah kurang begitu suka dengannya, tetapi aku berusaha menghargainya sebagai teman Mas Yusuf, juga karena aku telah melihat sendiri bagaimana hubungan keluarganya kemarin. "Masuk ke lorong mana ini, Bu?" tanyanya ketika kami berada di depan beberapa lorong. "Kita cari buah dulu. Mas Yusuf suka sekali buah-buahan," ujarku sambil menunjuk lorong sisi kiri tempat buah-buaha
last updateLast Updated : 2022-06-04
Read more

Bab 62

Aku Mengalah, Mas. Demi Ibumu! 62Rumi sedang mewarnai bukunya di lantai. Ia menghadap meja lipatnya dengan krayon yang tertata rapi di dalam wadahnya. Sedangkan Mas Yusuf tengah berbincang dengan Aini dengan santainya. Mereka berdua duduk di lantai bersebelahan dengan Rumi. Sesekali Rumi menimpali obrolan mereka yang kudengar tentang masa sekolahnya. "Dulu, ayahmu itu pendiem banget. Nggak suka banyak ngobrol sama teman perempuan," ujar Aini sambil mengupas buah jeruk dalam wadah."Iya kah? Mbak Aini kenal sama Ayah?" sambut Rumi sambil tangannya terus mewarnai kertas di depannya. "Iya, Mbak Aini dulu teman sekelas Ayahmu. Iya, kan Mas?" sahut Aini dengan tatapan lurus pada wajah Mas Yusuf. Sayangnya yang ditatap sibuk dengan televisi yang menyala di depannya. "Kamu cewek paling genit sekelas!" desis Mas Yusuf tanpa melihat wajah pembantu di sebelahnya. "Genit? Relatif, Mas! Karena kamu bukan tipe laki-laki yang ramah sama cewek, jadinya liat aku gitu kamu udah underestimate aku
last updateLast Updated : 2022-06-06
Read more

Bab 63

Aku Mengalah, Mas. Demi Ibumu! 63"Silahkan makan, Bu. Saya permisi pulang dulu," ujar Aini setelah meletakkan piring di meja makan. Pekerjaannya telah selesai. Ia meminta izin untuk pulang setiap hari karena masih ada anak di rumahnya. Zahra tak perlu pergi mencari tempat kos. Biarlah ia tinggal bersama kami di rumah ini. Karena aku yang telah membawanya dari desa, biar ia tetap tinggal di lingkungan kami. "Iya, makasih ya?" sahut Mas Yusuf. Ia tersenyum ramah sambil tetap menggandengku menuju meja makan yang sudah tepat di hadapan kami. "Sama-sama," jawab Zahra sambil mengangguk ramah. Ia kemudian berjalan ke arah belakang untuk mengambil tas juga jaketnya. Aku memutuskan untuk tak lagi bersuara. Masih ada sedikit rasa kesal setelah kejadian tadi sore. "Kamu, tumben sih, manja banget," lirih Mas Yusuf sambil mengusap lembut pipiku. "Tiba-tiba aku takut kamu digoda sama temanmu itu," jawabku sedikit jujur. Biar saja kuungkap kegelisahanku agar ia tahu bahwa istrinya merasa tida
last updateLast Updated : 2022-06-10
Read more

Bab 64

Aku Mengalah, Mas. Demi Ibumu! 64Mas Yusuf baru selesai menikmati sarapannya. Ia lantas berdiri setelah meraih kunci motor dalam genggamannya. Sedangkan dibelakangnya, Aini sedang membersihkan ruang tengah dari debu menggunakan kemoceng. Suasana rumah tampak hening karena hanya ada mereka berdua. Aku lantas masuk ke dalam setelah mengucap salam yang sudah telat.Mas Yusuf kaget saat melihatku tiba-tiba berada di belakangnya. "Dek, kok balik?" tanyanya cepat. "Iya, Mas. Ada yang tertinggal." Aku segera masuk ke kamar untuk mengambil ponsel yang terletak di belakang bantal. "Mas kok belum berangkat?" tanyaku sambil berjalan ke luar kamar. Mas Yusuf sengaja menungguku. Ia berdiri di depan pintu kamar sambil mengamati gerakku yang lincah. Ya, tubuhku terbilang kurus saat aku mulai merintis usaha. Porsi makan dengan aktivitasku tak seimbang, jadi mudah sekali berat badanku untuk turun. "Iya, tadi dapat pesan kalau meetingnya diundur, jam delapan. Jadi Mas agak santai."Kami lantas
last updateLast Updated : 2022-06-14
Read more

Bab 65

Aku Mengalah, Mas. Demi Ibumu! 65Mataku melotot tajam melihat apa yang ada dihadapanku. Duniaku seakan runtuh tak bersisa. Hancur lebur. Keningku berkerut, tak habis pikir dengan apa yang terjadi di depanku ini. Dadaku sesak naik turun tak berarturan. Kututup kembali pintu kamar yang tadinya kubukka perlahan. Celah kecil cukup jelas untuk membuat mataku melihat apa yang sedang terjadi di dalam kamar pribadiku. Perlahan tubuhku lunglai di atas lantai. Kutangkup wajahku dengan kedua tangan. Rasa sesak kian mendera, seakan oksigen tak lagi bersedia memberikan hakku untuk bernapas. Sekuat tenaga kutahan isak tangis agar tak mengganggu aktivitas mereka. Aku tengah terluka, sementara dua sejoli di dalam sana sedang memadu kasih bermandikan peluh asmara. Air mataku terus bercucuran merasakan nyeri yang teramat sangat. Sakit. Sungguh sakit melihat pemandangan di belakangku ini. Sekelebat bayangan keceriaan Arumi menari dikepala. Aku tak boleh lemah. Sekuat tenaga aku bersabar menemani M
last updateLast Updated : 2022-06-16
Read more

Bab 66

Aku Mengalah, Mas. Demi Ibumu! 66Dengan kasar aku mengambil koper yang teronggok di atas lemari. Kumasukkan semua baju-baju milik Mas Yusuf. Untuk apa mempertahankan cinta tapi tidak didasari dengan kesetiaan. Percuma. Lebih baik hidup sendiri, membahagiakan diri sendiri dari pada berjuang bersama tapi tiba-tiba menusuk hatiku dari belakang. Sakit. Luka tapi tak berdarah. Dengan air mata bercucuran kumasukkan seluruh baju Mas Yusuf dalam koper. Asal. Tanpa kulipat, tanpa kutata, semuanya kumasukkan. Dengan kasar kututup resletingnya dan kubawa di depan teras rumah. Tak lupa juga kubawa kunci motor miliknya. Motor yang sudah kuperbarui merk dan tahunnya, tetapi ia tak melihat kerasnya aku berjuang untuk merubah nasib kehidupan kami. Kuambil tas dan jaket milik Aini di kamar belakang. Aku juga tak mau melihat barang perempuan murahan itu masih berada di rumahku. Lalu kubawa semua barang-barang ini ke depan. Aku duduk bersidekap di kursi. Dengan sabar menunggu dua orang yang masih
last updateLast Updated : 2022-06-17
Read more

Bab 67

Aku Mengalah, Mas. Demi Ibumu! 67"Maafkan Yusuf, Al. Kasihan dia langsung mengurung diri setelah sampai di rumah! Tolong jangan begini!" Ibu langsung berucap saat aku berhasil membuka pintu. "Maaf, Bu. Mas Yusuf sudah menyakiti saya. Saya tak bisa menerimanya kembali.""Orang laki-laki melakukan kesalahan ya lumrah, harusnya masih ada kesempatan kedua. Jangan sombong kamu!""Saya tidak sombong, Bu!""Apa namanya kalau bukan sombong? Suami melakukan kesalahan baru sekali, tapi sudah kamu usir dari rumahnya! Ini juga rumah Yusuf!"Aku kaget dengan ucapan Ibu mertua. Ibu menarik tanganku ketika aku hendak menjawab ucapan mertuaku. Ia menggelangkan kepalanya. "Nggak usah dibalas, ngga ada untungnya balas omongan orang yang lagi emosi," bisik Ibu di telingaku. "Jangan sombong kamu! Yusuf juga punya hak di rumah ini. Jangan main asal usir aja!" Lagi ibu mertua berucap. Ada Ratih yang tengah duduk di kursi teras. Ia hanya diam menunduk. "Bu, kalau memang punya hak jangan khawatir nanti
last updateLast Updated : 2022-06-18
Read more

Bab 68

Aku Mengalah, Mas. Demi Ibumu! 68Sebuah tangan kekar bersamaan dengan tanganku yang hendak mengambil kunci mobil yang jatuh. Saat tangan kami sudah menyentuh kunci yang tergeletak di bawah, pandangan mata kami beradu. Seketika aku menarik tanganku agar tak lagi disentuhnya. "Mas Yusuf?" pekikku. Aku lalu bangkit, kembali meluruskan punggung yang semula membungkuk karena hendak mengambil kunci. Mas Yusuf meraih kunci itu dengan cepat. Lalu ia meraih kursi yang berada di depanku dan duduk di atasnya. Tangan kekarnya meraih tanganku cepat. Aku pun mencoba menarik kembali tanganku agar tak bersentuhan dengannya tapi sia-sia. Cengkeraman tangannya sungguh kuat, kugerak-gerakkan pun tak mampu melepaskan tanganku dari genggamannya. "Kita harus bicara, Dek!" lirihnya dengan sorot mata tajam menatap wajahku. Kubalas tatapan mata itu. Aku yang terlanjur sakit hati, tak lagi mau mendengar penjelasannya. "Buat apa? Beberapa waktu lalu Mas memintaku untuk membantunya, karena ia seorang janda
last updateLast Updated : 2022-06-21
Read more

Bab 69

Aku Mengalah, Mas. Demi Ibumu! 69"Nak," sapaku lirih pada Rumi yang tengah tengkurap di atas kasur. Ia memeluk guling erat. Aku beringsut mendekat ke atas ranjang dan kubelai rambutnya lembut. Wangi shampo menguar dalam hidungku. Segar. Dengan kasar ia menepis tanganku. Aku terhenyak. Tak menyangka jika responnya demikian kasar terhadapku. "Pergi, Ma!" bentaknya kasar. "Nak, jangan begini," lirihku. Aku tak bisa menahan air mata yang telah penuh dalam kelopak mata untuk tak mengalir. Satu kedipan saja membuat air dalam kelopak mataku bercucuran mengalir deras. "Kalau Mama masih memilih bercerai dari Ayah, lebih baik aku mati!" teriaknya lantang. Setelah berteriak Rumi kembali menangis sesenggukan. Ia makin erat mendekap guling dalam pelukannya. "Jangan begitu, Nak!" sanggahku. Aku kembali mencoba memegang tubuh putri kecilku itu. Tetapi lagi-lagi ia menepis tanganku dengan kasar. "Pergi, Ma! Ajak Ayah kembali ke sini!""Nggak semudah itu, Nak. Maafkan Mama," lirihku. "Rumi ju
last updateLast Updated : 2022-06-22
Read more

Bab 70

Aku Mengalah, Mas. Demi Ibumu! 70"Kakak pemilik toko baju ini ya?" tanya perempuan itu ramah. Sesekali pandangan gadis itu mengarah kepadaku disela-sela kesibukannya memilih baju. "Iya, saya pemilik toko baju ini." Aku tersenyum ramah. "Ada yang bisa dibantu?" sambungku. Aku merasa dia seperti ingin bicara banyak tapi ragu untuk memulai. "Em-mmm apa boleh saya mengajak Kakak ngobrol sebentar?" pintanya. Ragu ia berucap tapi ajakan itu sukses membuatku terkejut. "Maaf sebelumnya, Kakak ini siapa ya?" tanyaku pelan. Aku takut menyinggung perasaannya sebab bertanya siapa dirinya lebih dulu sebelum mengiyakan ajakannya. "Kita kemarin bertemu di sana," ujarnya menunjuk arah toilet. Ah pantas saja aku seperti tak asing melihatnya. Ini gadis yang dikenalkan Mas Azam padaku kemarin. "Ah ya, kamu calon istri Mas Azam?" tebakku."Alhamdulillah, boleh kita ngobrol sebentar, Kak?" ajaknya lagi. Sebenarnya moodku sedang tak enak tapi mungkin dengan ngobrol bersama orang baru bisa memperba
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status