Lucia menghela nafas kasar, kapasitas hatinya sudah nyaris penuh sesak mendengar keluh kesah menantunya. “Huft, Apa kamu tidak punya kerjaan lain? Kenapa sejak tadi ceritamu hanya berkutat tentang putraku? Kamu tak sadar sedang menjelekkan putraku, huh? Dia itu keturunan keluarga terhormat, mana mungkin sembarangan bertindak yang berpotensi mencoreng nama baik keluarga.”“Ibu kalau tidak percaya, ikut denganku sekarang. kita buktikan sama-sama kalau wanita yang aku maksud itu ada di sana.” Alice malah merasa senang dengan sikap Lucia sekarang, semakin wanita tua itu marah dan tidak terima, semakin besar potensi Alice memenangkan hati ibu mertuanya.“Tidak untuk hari ini, kamu tidak sadar sudah mengganggu kebahagiaanku? Kamu ngotot minta ketemu di waktu bunga-bungaku bermekaran. Aku pikir ada hal mendesak, ternyata hanya mengajakku menggosip tentang putraku sendiri.” Usai memberi jawaban telak, Lucia melangkah pergi meninggalkan Alice
Read more