“Hei, malah melamun sih? Itu suamimu telpon tuh. Kenapa nggak direspon? Apa aku saja yang wakilin terima panggilannya?” Belum juga mendapatkan persetujuan dari Selena Tan, Weni sudah lebih agresif menyerobot ponsel yang berdering itu dari tangan pemiliknya. Ketika satu-satunya benda berharga yang Selena Tan miliki itu berpindah, barulah ia terkesiap dan refleks berusaha merebut kembali sebelum Weni bertindak nekat.
“Hoi, jangan sembarangan! Balikin ponselku! Selena Tan berusaha menggapai ponselnya namun Weni lebih gesit menghindar bahkan rela berdiri demi kenyamanannya menguasai alat komunikasi itu. Ia tidak menghiraukan kepanikan Selena Tan, apalagi menuruti permintaan sahabatnya itu untuk mengembalikan ponsel itu. Yang ada ia sudah menekan tombol hijau dan menerima panggilan itu dengan antusias.
“Halo, ini siapa?” Tanya Weni yang bersemangat ingin mendengar suara dari seberang.
“Seharusnya aku yang bertanya, ini siapa? Menga
“Pe-peras dia?” Selena Tan menelan salivanya saking gugup, ia bahkan terbata-bata lantaran merasa ide yang dilontarkan Weni terlalu ekstrim. Berbanding terbalik dengan dirinya, Weni justru mengangguk bahkan tersenyum lebar saking yakin dengan ide terbaik itu.“Yup! Tidakkah kamu merasa sedang dihampiri dewi keberuntungan? Tiba-tiba bisa mengenal seorang pengusaha tersukses di negara ini, oh dia bahkan mengklaim kamu sebagai istrinya. Tahukah kamu bahwa itu adalah mimpi dari sekian banyak wanita di muka bumi ini? Terutama kaum jelata seperti kita, yang waktu tidurnya selalu kurang dan bekerja mati-matian demi sesuap nasi. Kamu mendadak dicintai sebuta itu oleh pria kaya raya, malah sok jual malah menolaknya. Harusnya kamu tuh lebih cerdas, gunakan kesempatan langka ini untuk memperkaya diri.” Jelas Weni yang tampak begitu menggebu, ambisinya membuat wajahnya berbinar girang. Ia tak pernah seantusias seperti saat ini dan berharap Selena Tan dapat satu fr
Weni lebih dulu mendapatkan kesadarannya setelah merasakan tidur yang sangat berkualitas padahal hanya beberapa jam saja ia mengistirahatkan dirinya. Semua itu berkat impiannya menjadi orang kaya secara instan yang sebentar lagi akan terwujud lewat sahabatnya, Selena Tan. Membayangkan hidup dengan jumlah uang yang fantastis itu saja sudah membuat senyum lebarnya terpajang, ia sudah tak bersabar hendak memulai hari. Diliriknya Selena Tan yang masih tertidur pulas kemudian meraih ponselnya perlahan demi menghubungi seseorang.“Pesan terkirim. Huft... Tinggal menunggu instruksi selanjutnya.” Ujar Weni bicara sendiri, tidak peduli ada Selena Tan yang tertidur di sebelahnya. Ia yakin wanita itu tidak akan menyadari apapun selagi tidurnya senyenyak itu. Sebuah pesan singkat yang ditunggu akhirnya masuk, sungguh sangat singkat dan jelas membuat semangat Weni berkobar. Ia manggut-manggut memahami perintah menggiurkan itu. “Baiklah, mari beraksi!”
Sepanjang perjalanan yang terasa sangat sunyi itu tidak membuat Selena Tan merasa curiga. Sebaliknya ia malah agak lega lantaran akan mengungsi di tempat yang aman. Ia tidak fokus pada perjalanannya, malah sibuk melamun dengan pikiran yang tidak menentu. Ketika ia melewati sebuah bangunan yang agak familiar, air muka Selena Tan mengerut seketika, menyusul feelingnya yang tidak enak lantaran merasa dejavu dengan lingkungan sekitar.“Pak, kita ke mana sebenarnya? Temanku itu meminta anda mengantarku ke mana?” Selidik Selena Tan yang kini malah meragu, padahal sebelumnya ia sudah sangat tenang dan yakin bahwa Weni telah menjadi penolongnya.“Sebentar lagi anda akan tahu, nona.” Hanya itu yang dikatakan oleh supir, sungguh tidak melegakan batin si penanya. Ia memang sudah diperintah untuk sedikit bicara, bahkan tidak diperkenankan untuk berinteraksi lebih kepada penumpang agar tidak menimbulkan kecurigaan. Sayangnya misi yang semula mulus itu tidak
“Sah? Istri sah dari mana? Jelas-jelas kamu saja masih terikat pernikahan dengan wanita lain. Seenaknya saja menggertak orang tanpa dasar.” Gerutu Selena Tan yang tidak mau kalah debat, terlebih ia tahu bahwa Nicole Saputra hanya ingin menggertaknya saja.Bos muda itu mendengus, meski terlihat agak kesal tetapi beberapa detik kemudian senyum liciknya mengembang. “Kamu perlu bukti? Baiklah kalau hanya itu yang bisa membungkammu. Pak Fei, berikan surat itu kepadanya!”Pengawal yang sedari tadi hanya jadi penonton itu kebagian perannya juga. Pak Fei mendekat dengan membawakan secarik kertas yang disebut surat itu kepada Selena Tan. Tanpa menunggu lama, kertas itu sudah berpindah tangan kepada wanita yang terlihat sangat penasaran itu. Pak Fei menyadari reaksi Selena Tan dari mimiknya yang tampak bingung. “Itu adalah surat pernikahan anda dengan tuan Saputra yang sudah disahkan. Secara hukum ini sudah termasuk legalitas, nona. Selamat kepada a
“Selamat datang kembali nyonya muda.” Mbok Mina yang memimpin penyambutan datangnya Selena Tan bersama rombongan pelayan lainnya, termasuk Helen. Mereka tidak tahu apa yang terjadi di malam sebelumnya, sampai ketika waktu sarapan tiba dan tidak mendapatkan nyonya muda itu ikut menyantap bersama tuan rumah. Barulah Nicole Saputra mengatakan yang sebenarnya sekaligus mengomando para pelayan itu agar tetap mengikuti instruksinya.Selena Tan hanya bisa menarik seulas senyuman tipis dan terpaksa, niat hatinya yang tidak ingin menginjakkan kaki di rumah mewah ini pun hanya tinggal angan. Belum juga dua puluh empat jam terbebas dari tampang menyebalkan bos muda yang sedari tadi cengar cengir itu, ia sudah harus menahan kesal sekaligus mual setiap kali melihat senyum kemenangan Nicole Saputra yang yang tampang sengaja seperti mengejeknya.“Te-terima kasih.” Jawab Selena Tan kikuk, susah untuk memposisikan dirinya sekarang ketika berhadapan dengan orang-
Keringat dingin mulai membasahi telapak tangan Selena Tan, ia tidak menampik bahwa ancaman dari bos muda itu membuat nyalinya menciut. ‘Aku sudah banyak mengalami kesulitan hidup dan tahu betul bahwa di dunia ini akan sangat mudah bagi orang yang punya uang apalagi kekuasaan. Jika aku terus bersikeras melawan dia, melihat sifat kerasnya begitu, rasanya percuma saja aku memberontak. Dia akan tetap dengan mudah menyingkirkanku. Sudahlah, aku tak perlu berkeras lagi membantah. Akan kucoba ikuti permainannya.’ Selena Tan menimbang dalam hatinya, ia bahkan sudah didera rasa lelah karena sudah berulang kali membuktikan bahwa gertakkan Nicole Saputra memang bukan isapan jempol semata.“Hah, sudahlah, aku capek berdebat. Langsung katakan saja apa maumu?” Ujar Selena Tan seraya mengibaskan satu tangannya, ingin terlihat acuh namun jatuhnya malah seperti sedang menunjukkan kelelahan batinnya.Nicole Saputra menunjukkan senyum penuh kemenanga
Pak Fei mendatangi sebuah rumah kontrakan sesuai dengan alamat yang diberikan kepadanya. Urusan di luar pekerjaan kantor yang harus ia selesaikan hari ini juga, resiko menjadi tangan kanan bos muda yang tampaknya kini sedang dimabuk asmara sehingga begitu royal menggelontorkan uang dalam jumlah yang cukup besar hanya untuk kepentingan mendapatkan seorang wanita. Setelah mengetuk pintu kayu itu berulang kali, akhirnya ada respon suara dari dalam yang mempertanyakan siapa dirinya.“Saya utusan dari tuan muda Saputra, nona.”“Oh, tunggu sebentar.”Barulah si pemilik rumah itu merespon dengan membukakan pintu. Ini kali pertama bagi pak Fei bertemu dengan sosok wanita yang masih muda dan agak sederhana penampilannya. Ia disambut dengan senyum sumringah, terlihat jelas dari sepasang matanya berbinar bahwa saat ini si wanita muda itu begitu antusias.“Ma-masuklah, tapi rumahku agak berantakan. Aku belum sempat merapika
“Nyonya besar, apa yang membawa anda tiba-tiba mengunjungi rumah ini? Maafkan saya yang tidak mengetahuinya lebih dulu sehingga tidak menyambut anda. Silahkan masuk nyonya besar.” Mbok Mina sedikit gelagapan menghadapi kunjungan tamu agung yang tak terduga. Bahkan tuan mudanya pun mungkin tak menyadari akan ada inspeksi dadakan dari wanita tua yang penuh kuasa itu. Meskipun rumah ini sepenuhnya milik Nicole Saputra, namun siapa yang berani mengabaikan status Lucia? Ibu dari tuan muda yang patut dihormati itu tak boleh sampai salah berucap yang berpotensi menyinggung dia.“Ya tentu saja datang untuk menyingkirkan parasit di rumah ini. Mana dia? Kalian sembunyikan wanita jalang itu?” Ujar Alice yang menyerobot pembicaraan, padahal bukan dirinya yang sedang diajak bicara. Tapi tingkahnya seakan dia adalah juru bicara sah nyonya Lucia.Mbok Mina mengerutkan dahinya, sebenarnya ia tahu siapa yang dimaksud oleh Alice namun hanya memasang tampang polos