Ashiqa terdiam sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Rama yang duduk di sampingnya sudah beberapa kali meliriknya. Alis Ashiqa hampir bertaut dan bibirnya agak mengerucut.“Sayang, dari tadi kamu kok diam aja sih, kamu kenapa?” Rama mengambil jemari Ashiqa dan meletakkannya di atas pahanya.“Siapa presdir dari Mega Cipta, Rama? Aku mau tahu," jawab Ashiqa sambil memandangi jalanan dari balik jendela kaca mobilnya.“Pak Ardinata, kenapa?” Rama memainkan jemari Ashiqa dengan gemas.“Pak Ardinata … Ardinata … ooh … aku ingat sekarang.”“Memangnya kamu kenal?” Rama melirik Ashiqa yang masih memasang wajah super serius.“Kalau tidak salah beliau salah satu sahabat ayahku, pak Ardi hadirkan di resepsi pernikahan kita?”“Iya, hadir. Aku kira kamu gak perhatikan siapa-siapa lagi karena sibuk mengataiku Datuk Maringgih.” Rama tertawa saat mengingat malam pertama mereka. Ashiqa mencubit perut Rama dengan gemas.“Aaauuccchhh … sakit, Sayang! Yaa ampuun ini jari kecil gini kok bisa pedes banget s
Read more