Home / Romansa / DUDA PILIHAN PAPA / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of DUDA PILIHAN PAPA: Chapter 31 - Chapter 40

45 Chapters

Pertukaran

Rama sibuk memeriksa semua saldo keuangannya yang pasti butuh waktu untuk dijadikan bentuk tunai dalam tempo singkat. Deva menelpon ibunya dan meminta bantuan, bersyukur ibu Imelda orang yang baik dan siap membantu Rama. Terryn termenung memikirkan apa yang menimpa sahabat dekatnya itu.“Mas Rama, Mas pernah kasih ponsel Ashiqa sebagai hadiah waktu wisuda lalu kan?” IMEI dari ponsel itu kira-kira bisa dilacak gak?”Rama menghentikan aktifitasnya sejenak sambil berpikir, Deva dan Wisnu saling berpandangan. Hal ini patut dicoba.“Wisnu, coba minta kemari anak buah kamu yang jago IT untuk melacak ponsel Ashiqa.”“Baik, Tuan Rama.” Wisnu agak menjauh dari mereka dan menelpon seseorang.Dalam waktu setengah jam Irwan, salah seorang bagian IT datang memenuhi panggilan Rama dan mulai mencoba melakukan usaha terbaik yang dia bisa.Ponsel Rama kembali berdering, sebuah pesan lokasi pertukaran dikirim Jalal dan waktunya diubah, Jalal meminta waktu lebih cepat, menjelang dini hari nanti agar Ram
Read more

Kau aman sekarang

Arkhana menyusuri lereng bukit kecil di perkebunan ini berharap Ashiqa tidak terlalu jauh jatuh terperosok dan masih dalam keadaan sadar. Lampu senter dari ponselnya menyorot kesana kemari untuk menemukan Ashiqa di langit yang mulai menyentuh fajar pagi.“Ashiqaaa … Ashiqaaa … kamu di manaaa?!” teriak Arkhana berulang-ulang.Sementara di belakang sana Rama sudah mulai lemas dan tak bisa berjalan lagi.“Mas Wisnu sebaiknya Tuan Rama kita bawa ke rumah sakit secepatnya, biar saya saja yang bawa, Mas Wisnu di sini membantu mencari Nyonya Ashiqa” Deva menawarkan bantuannya lagi pada Rama dan Wisnu. Asisten Rama itu melihat pada Rama yang hampir sudah tak bisa lagi berjalan.“Baiklah. Hati-hati yaa Tuan Deva, kita bawa ke mobil sekarang. Saya akan mencari keberadaan nyonya Ashiqa setelah ini.”Suara sirine mobil Polisi terdengar beberapa saat kemudian, Deva meminta Terryn melapor ke Polisi ketika adu tembak antara mereka sudah selesai. Deva segera meninggalkan lokasi setelah memberitahukan
Read more

Restart

Saras memandangi dirinya di depan cermin, dia baru saja selesai mandi dan berpakaian rapi. Terapi kakinya sudah semakin menunjukkan kemajuan, dia bahkan sudah bisa melangkah lebih jauh dan lebih kuat.Niken asistennya sangat gembira melihat hal itu. Kesedihan di wajah Saras sudah mulai pudar namun sayang ekspresi wajah Saras justru berubah menjadi lebih dingin dan menakutkan.“Apa Nyonya benar-benar tidak akan memberitahukan Tuan Arkhana tentang kesembuhan Nyonya? Bisa jadi Tuan akan sangat senang mendengarnya dan semakin menyayangi Nyonya.” Niken berdiri tak jauh dari Saras yang sedang berdiri memilih syal yang akan digunakannya.“Jika aku mengatakan ini pada Arkhana di saat itu juga aku akan kehilangannya Niken, dia bertahan di sisiku karena aku lumpuh, karena dia yang membuatku seperti itu," jawab Saras dengan nada ketus.“Tapi … Nyonya … Tuan ….” Niken tidak melanjutkan kata-katanya lagi dia tidak ingin merusak mood majikannya. Saras memang sudah semakin sembuh tapi tidak diiringi
Read more

Menunggu keajaiban

Semua serba putih dan sejuk, bahkan dedaunan dan rumputnya berwarna putih tetapi ini bukan di tempat yang bersalju. Tempat ini tidak sedingin itu hanya sejuk saja dan sejauh mata memandang tidak ada siapa-siapa selain desau angin dan matahari yang bersinar redup. Rama terus berjalan tanpa sakit yang dia rasakan dan melihat sekeliling yang terasa aneh.Rasanya dia sudah sangat jauh berjalan dan tidak menemukan ujungnya. Rama gelisah karena tak kunjung jua menemukan istrinya Ashiqa, dia berpikir mungkin saja dia tersesat atau meninggalkan Ashiqa di suatu tempat. Rama semakin bingung dia ingin pulang tapi tidak menemukan jalan untuk kembali pulang. Tempat ini benar-benar terasa asing.“Rama, kau di sini?” suara lembut seorang perempuan terdengar, bukan milik Ashiqa tetapi suara Kania mantan istrinya. Rama berbalik mencari sumber suara dan perempuan itu muncul dari kabut tipis sambil tersenyum.“Kania? Kau … kau Kania bukan?” Rama menatap Kania tidak berkedip.“Iya Rama, ini aku Kania.” P
Read more

Badai telah berlalu

Air mata Ashiqa berderai diiringi senyuman lega setelah Wisnu mengantarnya untuk bertemu Rama suaminya. Meskipun kondisi Rama masih lemah dokter menyatakan jika masa kritis Rama sudah lewat.“Kau membuatku sangat takut Rama, aku sangat takut kamu gak ada, aku gak mau kehilangan kamu, gak mau.” Ashiqa berkali-kali mengecup punggung tangan dengan penuh haru dan bahagia.“Aku juga gak mau berpisah dengan kamu saat ini, di saat kamu sedang mengandung bayiku. Ayah Baby … kau tidak tahu bagaimana perasaanku saat itu mendengarnya, Sayang.” Rama menggenggam erat jemari Ashiqa.“Kamu baik-baik saja kan Sayang, bagaimana dengan baby kita apa dia baik-baik saja? Kau terjatuh dari ketinggian.” Rama menatap dengan cemas istrinya.“Aku baik-baik saja, baby kita juga baik-baik saja, dia kuat, sekuat ayahnya.”“Kenapa kamu gak bilang sama aku di awal kalau kamu sedang hamil, Sayang?”Ashiqa kembali menitikkan air matanya,“Maafkan aku, aku sebenarnya ingin memberikanmu kejutan setelah proyek itu kita
Read more

Rama pening

Setelah insiden disangka gay Rama mengubah strategi aroma tubuhnya. Masalahnya Ashiqa semakin sering menciumnya ketika Rama bersamanya dan harus harum dengan memakai parfumnya. Ashiqa bermanja-manja menciumi berbagai bagian tubuh Rama tetapi harus dengan aroma parfumnya.Laki-laki itu menyukainya tetapi setelah kejadian parfum saat akan rapat dengan kliennya Rama, menggunakan cara lain. Saat tiba di kantor dia mengganti bajunya agar parfum Ashiqa yang disemprotkan istrinya itu tidak terlalu kentara.Tentu saja yang paling direpotkan adalah Wisnu, dia harus membuat ruang khusus di ruangan Rama untuk menyiapkan selusin baju ganti tanpa harus diketahui Ashiqa. Wisnu agak menciut juga menghadapi bumil yang tingkat kebaperannya ikut melonjak. Kadang kata ‘iya’ istri tuannya itu bukan dari arti ‘iya’ yang sebenarnya, bisa berarti kata ‘tidak’ yang tertunda.Perempuan itu semakin garang tetapi bisa berubah menjadi manja dan sangat manis seperti anak kucing. Wisnu hanya geleng-geleng kepala d
Read more

Ujian lagi

Ashiqa sedang mengupas apel untuk cemilannya, usia kandungannya sudah masuk tujuh bulan. Keadaan sudah semakin membaik sekarang meski pada akhirnya ada beberapa aset Rama yang harus dilepas untuk menyelamatkan perusahaan. Ashiqa tidak mengambil pusing karena dia yakin Rama pasti sudah memikirkannya dengan matang untuk setiap keputusan yang diambil.“Halooo … bumil!” Terryn muncul dari arah belakang Ashiqa sambil membawakannya beberapa kue dan cemilan pesanan Ashiqa.“Naaah … ini yang aku tunggu niih, lemper pedas ayam, risol dan karipap!" mata Ashiqa berbinar mengabsen bawaan Terryn.“Tapi ini banyak banget kalo kamu bikin sendiri, Yin.” Ashiqa takjub dengan keterampilan Terryn dalam mengolah panganan dengan rasa yang lezat.“Aku dibantu ibuku, ada Ibu datang dari kampung dan Ibu tanyain kamu jadi aku dan Ibu buatkan ini spesial buat bumil yang paling cantik ini.” Terryn mengambil sebuah apel di keranjang buah di hadapan Ashiqa dan menggigitnya.“Terima kasih banyak yaa … aku udah rep
Read more

Melangitkan doa

Rama duduk menunggu istrinya yang terbaring lemah belum sadarkan diri, Ashiqa baru saja dipindahkan dari ruang tindakan ke ruang perawatan. Tangan Ashiqa belum juga dilepaskannya dan laki-laki itu masih merapal doa dalam hatinya agar istri dan anak dalam kandungannya baik-baik saja.“Ay … Ayah Baby ….” Ashiqa mulai membuka mata dan bersuara, tentu saja yang dicarinya terlebih dulu adalah suaminya. Rama mendongak dan mendekatkan wajahnya ke istrinya dan mencium dahinya dengan perasaan lega.“Sayang … akhirnya kamu sadar juga, aku di sini, ada apa?” tanya Rama dengan lembut, telapak tangannya membelai kepala Ashiqa perlahan.“Dokter bilang apa, Ay? Bagaimana Baby kita?” Ashiqa menyentuh perutnya perlahan.“Dokter bilang kamu harus bed rest, untungnya cepat ditangani jadi semuanya baik-baik saja. Kamu jangan khawatir yaa sayang, jangan stress, jangan banyak pikiran yaa.”“Maafin aku yaa yang sudah buat Ayah Baby cemas.” Ashiqa memegang erat tangan Rama.“Gak usah dipikirkan lagi. Aku tah
Read more

Bidadari surga ayah

Malam sangat mencekam bagi keluarga Marco, Andrea istrinya tengah menahan sakit karena akan melahirkan sementara nyawa keduanya sedang terancam bahaya. Mobil yang mereka kendarai diserang oleh orang yang tak dikenal dan membuat sopir mereka tewas juga salah seorang asisten rumah tangga yang akan menemani Andrea bersalin. Sementara Marco sendiri tengah terluka parah tetapi dia berusaha agar istri dan anak yang akan dilahirkannya selamat.“Marco, rasanya aku sudah tidak tahan lagi, rasanya sakit sekali Marco.” Andrea mencengkram baju tidur yang dikenakannya. Peluh sudah membanjiri dahi Andrea sementara Ratmi asisten rumah tangganya yang selamat lainnya memegangi nyonya mudanya dengan rasa cemas dan ketakutan yang luar biasa.“Sabar Sayang sedikit lagi kita akan tiba di rumah sakit. Semoga suruhan Bastian tidak sampai mengikuti kita kemari.”“Marco, kau terluka, kau banyak mengeluarkan darah.” Andrea semakin pucat pasi, untung mobil yang mereka bawa masih bisa dikendarai dan menghindari
Read more

Bayi yang salah kamar

Ashiqa yang siuman beberapa saat setelah operasi diperkenankan untuk melihat jasad bayinya yang terakhir kalinya. Perempuan itu memeluk, mendekap dan mencium jasad Baby yang terbungkus dalam kain putih. Ashiqa menangis tanpa suara, tanpa raungan dan tanpa sedu sedan. Hanya air matanya yang mengalir deras menandakan dia sedang terluka, rapuh dan penuh duka. “Sudah saatnya Baby pulang Sayang, dia akan selalu bersama kita. Berikan dia padaku Shiqa.” Rama mengecup kepala Ashiqa, membelainya dan meminta dengan lembut jasad Baby yang akan dibawanya untuk dimakamkan. Ashiqa masih mendekap erat jasad putrinya dan belum ingin memberikannya pada Rama.“Sayang, putri kita akan menunggu kita di pintu surga, dia lebih dulu menjadi bidadari di sana Sayang. Ikhlaskan yaa ? berikan Baby padaku, ku mohon Sayang.” Rama mencoba mengambil jasad Baby dari dekapan Ashiqa dengan pelan hingga Ashiqa melepaskan sosok mungil yang dingin tanpa nyawa itu.“Tidak … tidak … Ayah Baby, jangan bawa dia pergi … dia
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status