Aku merasakan Damian mencium pundakku, lalu dia naik mencium leherku, pipiku, hingga akhirnya bibir kami bertemu. Aku tersenyum saat dia meletakkan salah satu tangan di belakang kepalaku, karena aku tahu dia tidak hanya sekadar memberi ciuman biasa. Aku membuka diri untuknya, membiarkan dia mengenali aku lebih dalam. Tetapi tidak terlalu dalam agar dia tidak mengetahui semua rahasia yang belum saatnya dia ketahui. Tangannya masuk ke sela-sela kemejaku sehingga telapak tangannya bertemu dengan kulit punggungku. Hangat. Hanya itu yang aku rasakan. Tidak ada rasa jijik, tidak nyaman, atau ingin menjauhkan diri darinya. Ini benar-benar aneh. Aku merasakan itu saat dekat dengan keenam temannya sehingga misiku nyaris tidak bisa aku selesaikan. Namun bersama Damian, aku bukan hanya nyaman berada di dekatnya, aku juga tidak menolak setiap sentuhannya. Sebaliknya, aku menginginkan hal yang sama. Aku ingin memeluknya, terus berada di dekatnya, membalas ciumannya yang p
Read more